Begini Prospek Kinerja Reksadana Saham Syariah di Semester II 2019
Sepanjang semester I 2019, kinerja reksadana saham syariah menjadi yang terburuk dibandingkan jenis lainnya
Sepanjang semester I 2019, kinerja reksadana saham syariah menjadi yang terburuk dibandingkan jenis lainnya
Bareksa.com - Sepanjang semester I 2019, kinerja reksadana saham syariah menjadi yang terburuk dibandingkan dengan ketiga jenis reksadana syariah lainnya. Hingga akhir Juni, indeks reksadana saham syariah merosot atau negatif hingga 8,27 persen year to date (YtD).
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, dari 17 reksadana saham syariah yang dijual Bareksa, 13 di antaranya atau 76,47 persen masih mampu mencatatkan kinerja di atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 2,65 persen YtD.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut analisis Bareksa, anjloknya kinerja reksadana saham syariah secara umum dipengaruhi oleh efek domino perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang masih memanas, terutama saat bulan Mei.
Sebagaimana diketahui, reksadana saham syariah biasanya mengarahkan investasinya ke sektor komoditas. Komoditas itu dapat berupa batu bara, crude palm oil (CPO), karet, dan lain-lain.
Sementara itu, indeks komoditas per Juni juga menunjukkan tren negatif dengan anjlok 10,57 persen. Alasan ini menjadi faktor utama turunnya indeks saham syariah.
Namun demikian, di sisi lain tentu ada juga reksadana saham syariah yang berhasil menunjukkan tren positif. Hal itu dapat terjadi karena kontribusi dari alokasi aset yang tepat. Hal ini dilakukan dengan memilih investasi ke saham yang tidak terlalu anjlok.
Adapun faktor lain yang membuat kinerjanya masih positif dapat pula terjadi karena manajer investasi (MI) memperhatikan market timing. Berarti, MI akan menentukan dengan berbagai cara kapan saat beli dan jual saham yang tepat.
Sebagai informasi, di atas kertas market timing diartikan sebagai kemampuan investor dalam menentukan waktu kapan ia masuk pasar dan kapan ia keluar pasar dan mengalihkan dananya pada instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan. Dalam implementasinya, market timing berarti keluar pada saat pasar akan turun, dan masuk pada saat pasar akan naik.
Adapun untuk prospek reksadana saham syariah di semester II 2019 selanjutnya bergantung pada tren ekonomi global. Adanya pergerakan dari The Fed selaku bank sentral AS dan PBOC selaku bank sentral China untuk menggenjot ekonomi di negaranya masing-masing, perlu diikuti oleh pihak regulator domestik yakni Bank Indonesia.
Sekadar informasi, pada semester I 2019 tren ekonomi sedang berada dalam fase negatif. Karena itu, pemerintah perlu memberikan kebijakan ekonomi yang longgar dengan menurunkan suku bunga guna memacu tingkat konsumsi lebih tinggi lagi.
Sekto konsumsi menyumbang lebih dari 50 persen komponen pembentuk produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Artinya, jika laju konsumsi mampu untuk didorong lebih cepat, maka besar kemungkinan ekonomi domestik dapat tumbuh lebih cepat pula.
Di sisi lain, reksadana saham syariah juga dapat mengalokasikan investasinya ke sektor infrastruktur dan konsumsi. Sektor konsumsi bisa jadi menarik bila kondisi tetap fluktuatif dan masih penuh ketidakpastian, karena sektor ini merupakan yang paling defensif saat terjadi gejolak ekonomi.
Untuk sisa di enam bulan kedua pada tahun ini, kinerja reksadana saham syariah secara umum diharapkan bisa berbalik positif dengan catatan sentimen negatif global berupa perang dagang serta bank sentral yang mau melonggarkan kebijakan moneternya. Hingga akhir tahun, Bareksa memproyeksikan indeks reksadana saham syariah bisa tumbuh positif 8 persen.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.