Bareksa.com - Tidak terasa waktu cepat berlalu, pasar saham Indonesia telah melewati semester pertama tahun 2019 dengan cukup positif meski pun cenderung masih terbatas.
Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Juni, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencatatkan kenaikan 2,65 persen year to date (YtD).
Angka tersebut sebenarnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan capaian kenaikan pada kuartal pertama yang berhasil mencatatkan kenaikan 4,43 persen YtD.
Sumber: Bareksa
Di saat masih terbatasnya kenaikan bursa saham domestik sepanjang enam bulan pertama tahun ini, turut mendorong kinerja reksadana saham secara umum yang juga hanya mencatatkan kenaikan tipis 0,24 persen YtD, bahkan reksadana syariah justru merosot 8,27 persen YtD
Namun di tengah kondisi tersebut, masih terdapat produk reksadana saham yang dijual di Bareksa yang mampu jauh mengungguli IHSG dan memberikan keuntungan besar bagi investornya.
Berdasarkan data reksadana saham yang dijual di Bareksa, terdapat tiga reksadana saham dengan imbal hasil (return) tertinggi secara YtD (periode 28 Desember 2018 – 28 Juni 2019) yang berhasil memberikan cuan dua digit, luar biasa!
Berikut ulasan 5 produk reksadana saham yang menjadi juara pada semester I 2019 dari sisi return :
1. Avrist Equity – Cross Sectoral
Reksadana saham yang menjadi juara pada semester I 2019 ditempati oleh Avrist Equity – Cross Sectoral dengan return 17,23 persen YtD. Produk yang dikelola oleh PT Avrist Asset Management ini, hingga Mei 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) Rp2,94 miliar.
Sumber: Bareksa
Avrist Equity – Cross Sectoral dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp500.000. Produk yang diluncurkan sejak 15 Mei 2013 ini bekerja sama dengan bank kustodian Standard Chartered Bank.
2. Manulife Saham Syariah Asia Pasi?k Dollar AS
Reksadana saham yang mencatatkan kinerja terbaik nomor dua pada semester I 2019 ditempati oleh Manulife Saham Syariah Asia Pasi?k Dollar AS dengan return 11,87 persen YtD. Produk yang dikelola PT Manulife Asset Management ini, hingga Mei 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) US$393,43 juta.
Sumber: Bareksa
Manulife Saham Syariah Asia Pasi?k Dollar AS dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal US$10.000. Produk yang diluncurkan sejak 15 Februari 2016 ini bekerja sama dengan bank kustodian Citibank N.A.
3. Sucorinvest Equity Fund
Reksadana saham yang mencatatkan kinerja terbaik nomor tiga pada semester pertama 2019 ditempati oleh Sucorinvest Equity Fund dengan return 10,48 persen YtD. Produk yang dikelola PT Sucorinvest Asset Management ini, hingga Mei 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) Rp974,28 miliar.
Sumber: Bareksa
Sucorinvest Equity Fund dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp100 ribu. Produk yang diluncurkan sejak 8 Mei 2012 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Perlu diingat, reksadana saham memiliki risiko yang tinggi dengan potensi keuntungan yang tinggi juga dan cocok untuk investasi jangka panjang. Untuk kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.