IHSG Naik, Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Melesat

Bareksa • 20 Jun 2019

an image
Presiden Direktur PT Syailendra Capital Fajar R. Hidayat (kiri) didampingi Direktur Marketing PT Syailendra Capital Harnugama (kanan) tengah memaparkan perkembangan bisnis Syailendra Capital di Jakarta, Kamis (19/4). (Issa Almawadi/Bareksa)

Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund menjadi reksadana jenis indeks mencatat kenaikan tertinggi

Bareksa.com - Pasar saham Indonesia kembali bergerak penuh gairah pada perdagangan kemarin. Menutup perdagangan Rabu, 19 Juni 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat 1,31 persen ke level 6.339,26.

Faktor eksternal memang sedang mendukung IHSG untuk melaju kencang. Ada dua sentimen besar yang membuat pelaku pasar berbondong-bondong masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pertama adalah semakin tingginya ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju. Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan mulai menurunkan suku bunga acuan bulan depan. 

Kedua adalah aura damai dagang AS dengan China yang kembali merekah. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan dirinya telah menelepon Presiden China Xi Jinping. Keduanya sepakat untuk bertemu dan melakukan dialog dagang di sela-sela KTT G20 akhir bulan ini.

Dua sentimen tersebut terbukti efektif mendongrak mood pelaku pasar untuk memburu aset-aset berisiko. Hasilnya positif, IHSG pun berhasil menguat signifikan.

Positifnya pergerakan IHSG turut mengerek kinerja reksadana, termasuk reksadana yang berjenis Indeks & ETF. Berdasarkan data bareksa, Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund menjadi reksadana jenis Indeks & ETF yang mencatatkan kenaikan tertinggi kemarin yakni 2,56 persen.

Kenaikan tersebut sangat wajar mengingat komposisi dalam MSCI Indonesia Value Index merupakan saham-saham blue chips yang kemarin memang mencatatkan kenaikan cukup signifikan.

Beberapa saham yang masuk dalam indeks tersebut beserta dengan kenaikannya antara lain :

• PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (3,02 persen)
• PT Astra International Tbk (2,11 persen)
• PT Bank Mandiri Tbk (1,59 persen)
• PT Bank Negara Indonesia Tbk (2,01 persen)
• PT United Tractors Tbk (1,1 persen)
• PT Indofood Sukses Makmur Tbk (0 persen)
• PT Perusahaan Gas Negara Tbk (5,64 persen)
• PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (11,6 persen)
• PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (4,89 persen)
• PT Adaro Energy Tbk (2,41 persen)


Sumber: Bareksa

Sejak awal tahun, Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund sendiri bergerak cukup atraktif dengan mampu mencatatkan kenaikan 6,09 persen secara year to date (YtD).

Reksadana yang dikelola oleh PT Syailendra Capital ini, hingga Mei 2019 memiliki total dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp213,24 miliar.

Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund bertujuan untuk memberikan hasil investasi yang optimum melalui investasi pada efek bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh korporasi yang ditawarkan melalui penawaran umum dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yang berasal dari kumpulan Efek yang terdaftar dalam MSCI Value Index serta dapat berinvestasi pada instrumen pasar uang dalam negeri dan/atau deposito, sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia.

Sebagai informasi, Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp50.000. Reksadana yang diluncurkan sejak 8 Juni 2018 ini bekerja sama dengan Standard Chartered Bank sebagai bank kustodian.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.