Mengenal Perbedaan Sistem Kerja Reksadana Indeks dan Konvensional

Bareksa • 17 May 2019

an image
Ilustrasi investor pria karyawan pekerja kantoran duduk tersenyum sambil membayangkan hasil investasi saham reksadana obligasi surat utang dengan latar belakang grafik dan layar komputer.

Saat ini di Indonesia memang sudah ada beberapa reksadana indeks saham dan indeks obligasi

Bareksa.com - Salah satu tipe reksadana yang masih cukup asing bagi sebagian investor adalah reksadana indeks. Sebenarnya apa itu reksadana indeks? Reksadana Indeks ialah reksadana yang dikelola untuk mendapatkan hasil investasi yang mirip dengan suatu indeks yang dijadikan acuan, baik itu indeks obligasi maupun indeks saham.

Reksadana Indeks mirip seperti reksadana terbuka, yang dapat dibeli dan dijual sewaktu-waktu setiap hari bursa. Reksadana indeks ditujukan bagi investor yang menginginkan transparansi atas investasinya.

Dilihat dari sejarahnya, reksadana indeks pertama kali muncul pada tahun 1951, saat itu seorang lulusan Princeton University bernama John Bogle membuat tesis dengan judul “Mutual Funds can make no claims to superiority over the Market Averages

Dalam penelitian tersebut, dia menemukan bahwa ternyata kebanyakan reksadana yang dikelola secara aktif di Amerika Serikat tidak mampu mengalahkan hasil investasi pasar (benchmark).

Tulisan tersebut kemudian menjadi cikal bakal lahirnya reksadana indeks atau Index Fund dan Exchange Traded Fund.

John Bogle sendiri mendirikan perusahaan manajer investasi dengan nama Vanguard pada tahun 1974 dan pensiun pada tahun 1999. Perusahaan ini terus bertumbuh dan menawarkan ragam jasa keuangan selain reksadana.

Pada September 2018, Vanguard Group telah berkembang menjadi perusahaan jasa finansial terbesar di dunia dengan dana kelolaan sekitar US$5,3 triliun atau sekitar Rp74.200 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS. Fantastis kan?

Saat ini di Indonesia memang sudah ada beberapa reksadana indeks saham dan indeks obligasi. Tapi perkembangannya masih kalah jauh dibandingkan dengan reksadana konvensional.

Hal ini cukup wajar, karena bahkan di negara asalnya ide untuk berinvestasi di reksadana indeks membutuhkan waktu puluhan tahun agar bisa diterima oleh masyarakat di sana.

Sementara itu tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk reksadana juga masih sangat minim. Adanya reksadana dengan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan indeks acuan menjadi faktor lain yang menghambat pertumbuhan reksadana indeks.

Perbedaan Reksadana Indeks dan Reksadana Konvensional

Terdapat beberapa perbedaan yang terlihat signifikan antara reksadana indeks dengan reksadana konvensional.

1. Sistem Kerja Reksadana Konvensional

Jika kita melihat cara kerja dari reksadana konvensional yaitu adanya investor yang mempercayakan dananya kepada pihak profesional dalam bidangnya yang disebut manajer investasi untuk dikelola melalui sebuah produk reksadana.

Selanjutnya mereka akan mengelola dana tersebut dengan berinvestasi pada saham , obligasi, deposito, dan lainnya (tergantung jenis reksadananya). Umumnya tujuan utama dari pengelolaan tersebut adalah memberikan hasil di atas indeks acuan.

Dengan kata lain, misalkan jika investor berinvestasi pada reksadana saham, maka target utama dari para manajer investasi adalah untuk memberikan hasil di atas kinerja IHSG.

Secara sederhana, jika IHSG dalam suatu periode menghasilkan kenaikan 15 persen, maka reksadana saham ditargetkan memberikan lebih tinggi daripada hasil tersebut.

Kalaupun IHSG mengalami kerugian seperti yang terjadi pada tahun 2018 kemarin yang turun 2,54 persen, Manajer Investasi akan berusaha agar kerugian reksadana saham yang dikelolanya bisa lebih kecil dibandingkan hasil tersebut.

Cara kerja reksadana pendapatan tetap yang berinvestasi di obligasi juga demikian. Manajer Investasi akan berusaha keras agar hasil investasinya di atas indeks obligasi.

Dalam kamus pasar modal, IHSG ataupun indeks obligasi yang dijadikan pembanding ini disebut juga dengan istilah benchmark.

Pengelolaan reksadana dengan target mengalahkan benchmark dikenal juga dengan strategi pengelolaan aktif atau active management strategy.

Keberhasilan dalam mengalahkan benchmark secara konsisten inilah yang membedakan manajer investasi yang satu dengan yang lain. Karena sebagian mereka ada yang berhasil, namun ada juga yang tidak.

Untuk bisa mengalahkan benchmark, salah satu cara yang sering digunakan adalah melakukan analisis terhadap semua saham yang terdapat dalam IHSG. Kemudian dari seluruh daftar tersebut, manajer investasi hanya menempatkan dana pada saham yang dianggap berpotensi memberikan hasil lebih tinggi.

Ketika IHSG naik, belum tentu semua saham di dalamnya ikut naik. Ada yang naik dengan persentase yang sama, ada yang lebih tinggi, ada yang lebih rendah, dan bahkan ada juga yang justru turun.

Manajer Investasi yang handal adalah mereka yang mampu memperkirakan saham dengan persentase kenaikan yang lebih tinggi sehingga hasil reksadananya juga bisa lebih baik.

2, Sistem Kerja Reksadana Indeks

Berbeda dengan reksadana konvensional yang berusaha mengalahkan benchmark, target dari reksadana indeks adalah justru menyamainya. Jadi daripada dikelola secara aktif, pendekatan dari reksadana indeks adalah secara pasif dengan menyusun portofolio investasi menyerupai indeks acuannya.

Karena komposisinya mirip atau bahkan sama persis dengan indeks acuan, maka hasilnya juga tentunya akan mirip dengan indeks acuannya. Cara ini dikenal pula dengan strategi pengelolaan pasif atau passive management strategy.

Pengelolaan secara pasif menghasilkan efisiensi biaya karena manajer investasi tidak memerlukan tenaga analis yang banyak untuk melakukan analisis saham perusahaan yang akan menjadi target dalam portofolionya.

Kemudian biaya transaksi juga menjadi lebih kecil karena manajer investasi tidak melakukan trading jual beli secara aktif. Karena itu, biaya reksadana indeks umumnya lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional.

Baik buruknya kinerja reksadana ini tidak diukur dari seberapa besar return yang dihasilkan ataupun dari seberapa kecil risiko fluktuasi harga, melainkan dari selisih antara kinerja reksadana dengan kinerja indeks acuan.

Semakin besar selisihnya, meskipun kinerja reksadana lebih baik, tetap dianggap tidak baik karena yang ideal adalah sama dengan indeks acuannya. Selisih antara reksadana dengan indeks acuan disebut juga dengan istilah tracking error.

Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.