Bareksa.com – Salah satu risiko dalam berinvestasi pada aset keuangan, seperti reksa dana adalah menurunnya nilai investasi akibat fluktuasi pasar keuangan (risiko pasar). Risiko ini tidak bisa dihindari oleh setiap investor.
Hal tersebut dikarenakan underlying aset dalam pengelolaan portofolio reksa dana seperti saham dan obligasi, aktif diperdagangkan di pasar keuangan dan pergerakannya pun sangat sensitif terhadap perkembangan ekonomi baik global maupun domestik. (baca juga: Apa Itu Risiko Pasar? Bagaimana Menghadapinya?)
Penurunan aset pada portofolio reksa dana ini dapat menyebabkan dana kelolaan menjadi turun. Jika hal ini terjadi hingga menyebabkan dana kelolaan kurang dari Rp10 miliar dalam kurun waktu 120 hari berturut-turut, maka produk reksa dana tersebut dapat dibubarkan atau dilikuidasi, sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.
Meski tidak sampai menyebabkan nilai investasi habis tak tersisa atau Rp0 (nol), hal ini tentunya menjadi salah satu potensi risiko yang mungkin dapat terjadi pada investasi reksa dana. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat selektif dalam memilih produk reksa dana. Misalnya saja dengan memilih produk reksa dana yang memiliki dana kelolaan besar hingga lebih dari Rp100 miliar.
Reksa dana dengan dana keloaan yang besar memiliki risiko pembubaran reksa dana yang minim. Selain itu, pertumbuhan aset atau keuntungan (return) yang dihasilkan pun relatif stabil, dengan sedikit lebih besar atau sama dengan benchmark-nya dalam jangka panjang sehingga risiko fluktuasi pasar keuangan pun relatif akan lebih kecil.
Kendati demikian, bukan berarti reksa dana yang memiliki dana kelolaan relatif rendah menghasilkan kinerja yang buruk. Sebab, Analis Bareksa menemukan tiga produk reksa dana saham yang memiliki dana kelolaan relatif kecil yakni berada di bawah Rp100 miliar per Maret 2017, tetapi justru mencatatkan hasil yang positif. Dengan catatan, jenis reksa dana ini sendiri berisiko paling tinggi di antara jenis lainnya.
Ketiga produk tersebut adalah Syailendra Midcap Alpha Fund milik PT Syailendra Capital dengan dana kelolaan sebesar Rp20,06 miliar, Sucorinvest Sharia Equity Fund milik PT Sucor Asset Management dengan dana kelolaan sebesar Rp29,65 miliar, dan Bahana Trailblazer Fund milik PT Bahana TCW Investment Management dengan dana kelolaan sebesar Rp38,39 miliar. Lengkapnya tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel: Daftar Reksa Dana Saham Dengan Dana Keloaan Kurang dari Rp100 miliar per Maret 2017
Sumber: Bareksa.com
Ketiga reksa dana di atas, sejak awal tahun hingga saat ini (per tanggal 5 Maret 2017), tercatat menghasilkan return sekitar 2-4 kali lipat dari indeks reksa dana saham yang sebesar 2,41 persen. Sementara dalam setahun terakhir, reksa dana Sucorinvest Sharia Equity Fund memimpin dengan return tertinggi yakni mencapai 39,82 persen atau lebih dari 2 kali lipat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 16,86 persen.
Kinerja yang baik ini menjadikan ketiga reksa dana ini sebagai produk keuangan yang potensial dalam berinvestasi, khususnya jangka panjang. Hal ini bisa terlihat dari usia reksa dana yang masih kurang dari 5 tahun, sehingga memiliki waktu untuk bertumbuh lebih besar lagi dalam jangka panjang dengan dana kelolaan yang masih relatif kecil.
Selain selektif memilih produk reksa dana, ada baiknya sebelum berinvestasi, setiap investor dapat menyesuaikannya dengan tujuan dan jangka waktu investasi serta profil risiko masing-masing. Hal ini dilakukan agar investor dapat menemukan produk yang cocok dan tetap merasa nyaman pada investasinya yang sesuai dengan kebutuhan. (hm)
*
Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana..