Bareksa.com - Berhenti bekerja kantoran untuk membuka usaha sendiri menjadi salah satu tujuan sebagian pemuda masa kini. Betapa tidak, karena suatu kebanggaan dan kepuasaan tersendiri ketika kita dapat menciptakan peluang usaha dan mampu memperkerjakan orang lain. Hal ini tentunya secara tidak disadari kita berkontribusi untuk mensejahterakan masyarakat.

Berbagai pilihan cara membuka usaha kecil menengah pun menjadi alternatif, salah satunya adalah bisnis dengan cara waralaba (franchise). Dengan sistem waralaba ini kita bekerjasama dengan pihak yang telah memiliki nama (brand) usaha tertentu untuk dapat kita menduplikasi nama produk, jenis produk, produksi dan strategi pemasaran. Keuntungan bagi para pemula bisnis dengan cara waralaba ini adalah belajar memiliki bisnis dengan menjalankan sistem yang telah berjalan dengan baik dan telah teruji keberhasilannya.

Sebagai contoh, kita bisa memilih salah satu usaha waralaba di bidang kuliner khas Jepang, yang menyediakan makanan berbahan dasar tepung dan gurita (takoyaki) atau telur dadar ala Jepang (okonomiyaki). Bila kita belum mengerti bagaimana cara membuat masakan tersebut dan strategi pemasarannya, kita bisa membeli franchise dari Muhammad Fadli Aziz yang memiliki merek dagang ‘Daddy’s Takoyaki’.

Namun untuk berbisnis waralaba ini kita harus memiliki modal terlebih dahulu untuk dapat melakukan kerjasama dengan pemiliki bisnis waralaba. Besarnya modal yang diperlukan ini tergantung dari setiap pemilik waralaba dalam menetapkan minimal investasi awalnya.

Investasi waralaba di Daddy's Takoyaki dibanderol dari harga Rp12 juta untuk jenis mini investasi dengan dua produk makanan takoyaki dan okonimyaki beserta peralatannya. Omzet rata-rata per bulan sebesar Rp10,5 juta, setelah dihitung pengeluarannya maka per bulan akan mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp2,4 juta dan periode balik modal 5 sampai 6 bulan. Cukup menggiurkan bagi pengusaha yang baru memulai bisnis.

Apabila kita memiliki target untuk memiliki bisnis ini dalam 5 tahun ke depan, dengan menggunakan konsep ‘Future Value’ dana/modal yang kita perlukan adalah sekitar Rp30 juta (asumsi kenaikan harga mini investasi sebesar 20 persen per tahun). Berarti dalam hal ini kita harus menyisihkan uang sebesar Rp500 ribu setiap bulan untuk ditabung guna mewujudkan keinginan memiliki bisnis ini.

Lalu, bagaimana jika kita menabungkan uang untuk bisnis ini dengan berinvestasi pada reksa dana?

Coba kita simulasikan menggunakan salah satu reksa dana pendapatan tetap MNC Dana Syariah dengan menggunakan Simulator Reksa Dana Bareksa.
Misalkan sejak lima tahun lalu kita sudah mulai berinvestasi di reksa dana MNC Dana Syariah sebesar Rp500 ribu per bulan. Kemudian, setiap bulan tiap tanggal 12 kita rutin menempatkan dana sebesar Rp500 ribu dengan cara auto debet, seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.

Gambar : Simulasi Menabung di Reksa Dana

Sumber : Bareksa.com
Hasilnya, uang pokok yang kita kumpulkan selama lima tahun terkumpul sebesar Rp30 juta. Tetapi, jika diinvestasikan di reksa dana pendapatan tetap nilai tersebut berkembang menjadi Rp36,22 juta atau tumbuh sekitar 20,73 persen. Lihat grafik di bawah.
Grafik : Hasil Simulasi Investasi Reksa Dana

Sumber : Bareksa.com

Namun, apabila uang kita hanya ditabung di bank, dengan asumsi bunga 2 persen, maka hanya akan bertumbuh menjadi Rp31, 58 juta saja seperti terlihat dalam grafik di bawah ini. Angka tersebut belum dipotong pajak atas bunga dan biaya administrasi bank. Jadi, hasilnya jauh lebih kecil dibandingkan menabung di reksa dana.

Grafik : Hasil Simulasi Investasi Reksa Dana

Sumber : Bareksa.com

Sekarang bila sudah punya modal untuk berusaha, jenis usaha apa yang akan Anda pilih?

* * *

Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.