Ternyata Bukan Semata Warren Buffett, Ini 6 Faktor Pendorong Harga Emas Melesat
Hari ini emas di pasar global kembali tertekan meski efek Warren Buffet masih terasa, sebaliknya harga di Indonesia naik
Hari ini emas di pasar global kembali tertekan meski efek Warren Buffet masih terasa, sebaliknya harga di Indonesia naik
Bareksa.com - Langkah Warren Buffet yang memborong saham perusahaan tambang emas kedua terbesar di dunia, Barrick Gold Corp, sempat mendongkrak kenaikan harga emas sekaligus memangkas penurunan tajam harga emas pada pekan lalu. Namun, kemudian harga emas di pasar global kembali terkoreksi.
Hari ini, pada pukul 14.10 WIB seperti dilansir Bisnis.com, harga emas spot turun 1,01 persen atau 20,18 poin menjadi US$1.982,26 per troy ounce. Adapun, indeks dolar AS naik 0,04 persen menuju 92,311.
Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya menyampaikan harga emas bergerak melemah pada Rabu setelah kemarin naik tajam karena dolar AS yang bergerak stabil.
Promo Terbaru di Bareksa
"Hal ini terjadi di tengah investor yang terlihat menunggu perilisan hasil notulensi rapat dari pertemuan kebijakan terbaru dari Federal Reserve," papar Monex.
Disebutkan harga emas turun karena dolar AS yang menguat tipis. Dalam jangka pendek, rebound dolar AS mungkin akan menghambat reli harga emas.
Sebaliknya, di pasar dalam negeri, harga emas 24 karat khususnya keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, pada hari ini (19/8/2020) kembali mengalami kenaikan. Menyusul kenaikan harga Rp20.000 per gram pada kemarin, harga emas batangan Antam pada hari ini naik Rp8.000 per gram menjadi Rp1.058.000.
Harga emas naik turun, apa saja sebenarnya yang menyebabkan harga emas dapat naik maupun sebaliknya?
Berikut enam faktor harga emas naik menurut Investopedia yang dilansir Kontan.co.id:
Pertama, inflasi. Harga emas digerakkan oleh kombinasi penawaran, permintaan dan perilaku investor. Meski tampaknya cukup sederhana, faktor-faktor tersebut bekerja bersama.
Misalnya, banyak investor menganggap emas sebagai lindung nilai inflasi. Pertimbangan utamanya karena nilai emas dinilai relatif konstan. Nilai dari emas dinilai tak tergerus inflasi.
Kedua, jumlah permintaan dan pasokan. Dalam sebuah makalah berjudul The Golden Dilemma, Erb dan Harvey mencatat, emas memiliki elastisitas harga yang positif.
Artinya, semakin banyak orang membeli emas, harganya naik, sejalan dengan permintaan. Jika investor mulai berbondong-bondong membeli emas, harga naik, tidak peduli bagaimana kondisi perekonomian atau apa kebijakan moneternya. Tapi, saat jumlah peminat turun, maka harga juga bisa turun.
Ketiga, kebijakan bank sentral. Disampaikan penggerak pasar harga emas terkadang adalah bank sentral. Adapun bank sentral di Indonesia, adalah Bank Indonesia (BI).
Saat cadangan devisa besar dan perekonomian terus berjalan, bank sentral disebutkan ingin mengurangi jumlah emas yang mereka miliki. Sebab, emas adalah aset mati, tidak seperti obligasi atau bahkan uang di rekening deposito, tidak menghasilkan pengembalian. Masalahnya bagi bank sentral, jika justru ketika investor lain di luar sana tidak begitu tertarik pada emas. Akibatnya, harga emas jatuh.
Keempat, suku bunga. Suku bunga disebutkan juga berpengaruh terhadap kenaikan harga emas. Saat suku bunga rendah, maka harga emas akan naik. Sementara harga emas akan cenderung stabil atau turun saat suku bunga naik.
Ketika suku bunga naik, masyarakat lebih memilih menyimpan uang mereka dalam bentuk deposito yang memiliki bunga tinggi. Perpaduan antara kenaikan inflasi dan penurunan suku bunga akan membuat harga emas semakin mahal.
Kelima, perubahan nilai tukar. Perubahan nilai tukar rupiah dengan dolar Amerika Serikat (AS) juga dinilai berpengaruh terhadap kenaikan harga emas. Semakin tinggi kurs dolar AS terhadap rupiah atau rupiah semakin melemah, maka harga emas akan semakin menguat atau tinggi.
Keenam, faktor lain. Faktor lain yang bisa memengaruhi harga emas adalah kondisi geopolitik global. Seperti saat ini, harga emas mengalami kenaikan saat ada sejumlah masalah global.
Misalnya ketegangan hubungan antara Amerika dan China yang nampak memanas kembali. Contoh lainnya, pandemi Covid-19 yang tidak ada satu orang pun yang tahu kapan akan berakhir, memberikan dampak pada pasar finansial keuangan global termasuk Indonesia.
Bareksa Emas
Ingin juga melakukan investasi emas atau justru ingin diversifikasi investasi ke emas batangan? Nah, Jika tidak ingin repot membeli emas batangan atau logam mulia, bisa memanfaatkan fitur jual beli emas secara online kini sudah tersedia di BareksaEmas, yang bisa diakses melalui aplikasi Bareksa yang tersedia untuk ponsel (handset) berbasis iOS dan Android.
BareksaEmas, Bareksa telah bermitra dengan Indogold, yaitu pedagang emas online yang menyediakan fasilitas titipan. Indogold sudah mendapat izin OJK sebagai salah satu usaha pergadaian (untuk penitipan emas).
Selain itu, emas yang diperjualbelikan Bareksa melalui fitur BareksaEmas adalah logam mulia dengan kadar 99,99 persen yang diproduksi oleh ANTAM dan UBS. Emas batangan produksi ANTAM dan UBS sudah sering dijadikan alat investasi sehingga tidak perlu diragukan lagi keasliannya.
Sebagai tambahan informasi, BareksaEmas hadir bagi investor yang sudah terdaftar di Bareksa yang bisa membeli emas mulai dari ukuran 0,1 gram.
(AM)
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.