Apa yang mau kamu cari?
Kamu bisa mulai dari nama produk investasi atau topik tertentu.
Kamu bisa mulai dari nama produk investasi atau topik tertentu.
Sekitar 48 persen investor ritel merupakan generasi milenial dengan usia di bawah 30 tahun
Sekitar 48 persen investor ritel merupakan generasi milenial dengan usia di bawah 30 tahun
Bareksa.com - Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia, Laksono W. Widodo, mengatakan sepanjang tahun ini merupakan tahun sulit bagi pasar modal seluruh dunia, karena pandemi Covid-19 telah mengakibatkan gejolak pasar. Sepanjang tahun ini, pasar saham Indonesia mengalami volatilitas cukup tinggi, utamanya di masa awal pandemi. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terpuruk di titik terendahnya pada 24 Maret 2020 di level 3.937.
"Namun pada Juli hingga September, volatilitas pasar mereda, kemudian pasar mulai bergerak stabil. Pasar kita memang belum pulih seperti sebelum masa pandemi, namun lebih stabil karena peran investor ritel dalam negeri," ujar Laksono ketika berbicara dalam acara Capital Market Summit Expo 2020, secara virtual di Jakarta (21/10/2020).
Sumber : Paparan Direktur BEI, Laksono Widodo
Menurut Laksono, berdasarkan nilai perdagangan harian, tercatat kontribusi investor ritel domestik secara year to date hingga September 2020 meningkat jadi 51 persen, dibandingkan sepanjang tahun lalu yang masih 43,9 persen. "Meskipun rata-rata nilai perdagangan harian pasar kita sepanjang tahun ini Rp6,3 triliun, menurun dibandingkan di 2019 yang senilai Rp6,6 triliun, namun investor ritel mendominasi perdagangan sepanjang tahun ini," ungkapnya.
Dibandingkan 2015, di mana kontribusi investor ritel domestik baru 40,6 persen, maka sepanjang 2020 ini peran investor ritel domestik naik signifikan. Di sisi lain, kontribusi investor institusi menyusut dari 20,5 persen pada 2015, menjadi 18,3 persen YtD 2020. Tidak berbeda, kontribusi investor asing juga menurun dari sebelumnya 38,9 persen pada 2015 jadi 30,7 persen YtD 2020. "Menurunnya kontribusi investor asing sepanjang tahun ini karena arus modal keluar investor asing sepanjang tahun ini," kata Laksono.
Tercatat net sell investor asing di pasar saham Indonesia secara year to date hingga 16 Oktober 2020 mencapai Rp46,55 triliun.
Sumber : Paparan Direktur BEI, Laksono Widodo
Laksono menyatakan jika dilihat dari sisi porsi kepemilikan saham, kepemilikan oleh investor ritel domestik juga meningkat hampir dua kali lipat, dari 6,5 persen pada 2015, naik jadi 12,3 persen per September 2020. Senada kenaikan kepemilikan juga dibukukan investor institusi dari 30,1 persen pada 2015, jadi 39,6 persen per September 2020. Sebaliknya porsi kepemilikan saham oleh investor asing menyusut dari 63,4 persen pada 2015, jadi 48 persen per September 2020.
"Menurunnya porsi kepemilikan asing ini juga karena capital outflow, meskipun porsi kepemilikan asing memang masih cukup signifikan," Laksono menjelaskan.
Dia mengatakan meskipun porsi kepemilikan saham investor asing menurun, namun cukup penting karena porsinya yang paling besar. "Namun kami sangat gembira karena investor ritel domestik berperan sangat aktif, bahkan menyerap saham-saham yang dilepas asing, di mana secara year to date dana asing keluar mencapai US$3,2 miliar," kata Laksono.
Sumber : Paparan Direktur BEI, Laksono Widodo
Profil Investor Ritel
Laksono menjelaskan kini pasar modal Indonesia memiliki basis investor ritel domestik yang kuat, guna menopang kinerja pasar modal di masa sulit seperti selama masa pandemi Covid-19 saat ini. Berdasarkan profilnya, kebanyakan investor ritel tersebut ialah generasi milenial. Menurut catatan BEI, sekitar 48 persen investor ritel merupakan generasi milenial dengan usia di bawah 30 tahun. Kemudian investor berusia 31-40 menyumbang 24,31 persen terhadap kompisisi investor ritel, disusul investor berusia 41-50 tahun 15,03 persen.
Menurut Laksono, berdasarkan jenis kelamin 60,95 persen investor pria dan 39,05 persen wanita. Mayoritas atau 53,34 persen investor ritel bekerja sebagai karyawan, disusul 19,17 persen adalah mahasiswa atau pelajar. Dari sisi jenjang pendidikan, terbesar atau 45,7 persen investor ritel merupakan lulusan sarjana strata satu, disusul lulusan SMA 41,44 persen.
"Mayoritas mereka atau 57,86 persen memiliki pendapatan per tahun Rp10 juta hingga Rp100 juta, kemudian 24,29 persen investor ritel memiliki pendapatan Rp100 juta hingga Rp500 juta per tahun. Mereka masuk golongan kelas menengah Indonesia," kata Laksono.
Sumber : Paparan Direktur BEI, Laksono Widodo
Hingga September 2020, jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 3,28 juta investor, dengan investor saham sebanyak 1,38 juta. Menurut Laksono, jumlah investor tersebut naik signifikan dibandingkan 2016 lalu, yang baru 894 ribu investor, dengan investor saham sebanyak 534 ribu. Meski begitu, presentase rasio jumlah investor pasar modal dibandingkan total jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 270 juta jiwa, memang masih kecil.
Jumlah rata-rata investor yang aktif melakukan perdagangan saham juga naik signifikan jadi 76.000 investor secara YtD 2020, naik 39 persen dari tahun lalu yang sebanyak 55.000 investor. Sepanjang tahun ini, jika dilihat per bulannya maka Agustus mencetak jumlah investor yang melakukan perdagangan harian tertinggi mencapai 113.000 investor.
Sumber : Paparan Direktur BEI, Laksono Widodo
Berdasarkan platform perdagangannya, investor yang menggunakan platform online trading kian meningkat.
Sumber : Paparan Direktur BEI, Laksono Widodo
Investor Reksana
Sejatinya pertumbuhan jumlah investor ritel domestik tidak hanya dibutukukan di pasar saham, industri reksadana juga mencetak kinerja serupa. Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan jumlah SID investor mencapai 3,28 juta pada akhir September 2020. Dengan rincian SID saham mencapai 1,38 juta, sedangkan SID reksadana sebanyak 2,58 juta per 30 September. Besar kemungkinan investor saham juga memiliki portofolio reksadana dan sebaliknya.
Jumlah Investor Reksadana
Tahun | Jumlah investor | Pertumbuhan YoY (%) |
2017 | 622.545 | |
2018 | 995.510 | 59,91 |
2019 | 1,77 juta | 78,25 |
2020* | 2,58 juta | 45,76 |
*hingga September, dari berbagi sumber diolah Bareksa
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.117,58 | - | |||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.106,04 | - | - | ||||
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.886,76 | ||||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund | 1.080,62 | - | - | ||||
Capital Regular Income Fund Dividen | 1.025,06 | - | - | - | - |
ST014T2
Syariahsukuk tabungan
Imbal Hasil/Th
6,5%
Periode Pembelian
Berakhir dalam 10 hari
Jangka Waktu
2 tahun
Terjual 92%
ST014T4
Syariahsukuk tabungan
Imbal Hasil/Th
6,6%
Periode Pembelian
Berakhir dalam 10 hari
Jangka Waktu
4 tahun
Terjual 67%
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.