Syailendra: Volatilitas Pasar Saham Akibat PSBB Hanya Sementara
PSBB Jakarta akan menghambat pemulihan ekonomi tetapi tidak menghentikannya
PSBB Jakarta akan menghambat pemulihan ekonomi tetapi tidak menghentikannya
Bareksa.com - Akhir pekan lalu, saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kembali, pasar saham pun anjlok signifikan. Namun, hal ini dianggap sebagai respon sementara dalam jangka pendek dan diharapkan pasar saham akan kembali bangkit.
Pada Kamis, 10 September 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal Indonesia ditutup turun 5,01 persen dan sempat mengalami penghentian perdagangan (trading halt) akibat penurunan drastis dalam sehari. Namun, pada Jumat IHSG kembali naik dan awal pekan ini, IHSG hingga sesi pertama terpantau menguat 2,3 persen ke level 5.134,07.
Syailendra Capital dalam riset yang dibagikan kepada investor mengatakan bahwa PSBB akan menghambat pemulihan ekonomi tetapi tidak menghentikannya. "Volatilitas IHSG pasca pengumuman rencana kembalinya PSBB di Jakarta akan hanya bersifat sementara. Melihat kejadian yang sama di negara-negara lain, pasar cenderung kembali menguat setelah volatilitas jangka pendek," tulis Syailendra dalam riset tertanggal 14 September 2020.
Promo Terbaru di Bareksa
Sebagai perbandingan, Filipina dan Australia kembali menerapkan penguncian atau pembatasan sosial (lockdown) masing-masing pada Agustus dan Juni. Pasca penurunan setelah pengumuman lockdown, pasar saham kedua negara mencatatkan rebound (kembali naik) dalam kurang dari 14 hari.
Grafik Pergerakan IHSG dibandingkan Bursa Saham Filipina dan Australia Pasca Lockdown
catatan: T0 adalah perdagangan sehari setelah pengumuman lockdown
Sumber: Bloomberg, Syailendra Research
Menurut Syailendra, potensi rebound IHSG ini dapat disebabkan dampak PSBB di Jakarta tehadap ekonomi Indonesia yang akan lebih sedikit dibanding pada kuartal II. Selain itu, sekspektasi pasar sendiri terhadap IHSG pada 2020 ini sudah terbilang konservatif.
PSBB dapat menurunkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal III, tetapi tidak sedalam pada kuartal II. Efek PSBB total DKI Jakarta terhadap pertumbuhan PDB diekspektasi lebih kecil dikarenakan provinsi-provinsi lain yang sampai saat ini tidak mengikuti DKI Jakarta seperti pada kuartal II.
Di samping itu, konsensus estimasi pertumbuhan laba IHSG tahun 2020 (FY2020E) menunjukkan ekspektasi yang konservatif. Pertumbuhan laba untuk FY2020E diekspektasi di level -29,31 persen year on year, dengan pertumbuhan laba semester pertama yang masih berada di level -24 persen.
Grafik Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kuartalan YoY
Sumber: Bloomberg, Syailendra Research
Riset Syailendra mengatakan bahwa pemulihan akan terus berlanjut meski ada pengetatan PSBB. Sebab, amunisi stimulus pemerintah yang lebih banyak dan siap pada kuartal II ini diekspektasi dapat menopang pertumbuhan ekonomi.
Per Agustus 2020, pemerintah masih memiliki sekitar Rp190 triliun anggaran stimulus tersisa untuk semester kedua tahun ini. Realisasi anggaran stimulus ini diharapkan juga dapat mengurangi dampak ekonomi PSBB total yang akan kembali diterapkan.
Sementara itu, pelaku pasar masih menunjukkan ekspektasi konservatif untuk 2020. Aliran dana asing yang belum kembali masuk ke Bursa Efek Indonesia dapat mengindikasikan potensi upside dari berbaliknya aliran dana. "Investor asing tetap konsisten melakukan net sell semenjak awal tahun, menunjukkan kepemilikan asing yang semakin menurun pada tahun ini di pasar modal Indonesia."
Data bursa mencatat arus dana asing keluar (net foreign outflow) dari IHSG sejak awal tahun hingga Agustus 2020 mencapai tiga kali lipat dari angka pada periode YTD Agustus 2019. Aliran dana asing keluar dari IHSG ini, menurut Syailendra, juga menjadi salah satu kontributor utama penurunan IHSG pada kuartal II 2020.
Grafik T12M Foreign Outflow IHSG dalam US$ Juta
Sumber: Bloomberg, Syailendra Research
Sebagai informasi, IHSG adalah cerminan pasar saham Indonesia, yang menjadi acuan bagi investasi pasar modal lain seperti reksadana dan reksadana saham. Reksadana saham mayoritas portofolionya adalah saham yang bisa bergerak naik turun (fluktuatif) dalam jangka pendek sehingga memiliki risiko yang tinggi.
Investasi di reksadana saham dan investasi saham disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi, yang memiliki tingkat toleransi risiko tinggi atau agresif. Selain itu, investasi reksadana saham cocok untuk jangka panjang lebih dari lima tahun.
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.