BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Schroders: Ini Dampak Perubahan Iklim terhadap Pasar dan Investasi

Bareksa01 September 2020
Tags:
Schroders: Ini Dampak Perubahan Iklim terhadap Pasar dan Investasi
Karyawan bekerja di kantor Schroders Indonesia, Jakarta.

Ada yang diuntungkan dan dirugikan akibat dari perubahan iklim global

Bareksa.com - Perubahan lingkungan, terutama perubahan iklim, tanpa disadari bisa memberi dampak pada ekonomi dunia dan akhirnya berpengaruh pada hasil investasi.

Dalam video infografik bulanan mengenai ringkasan ekonomi dunia Agustus 2020, Schroders memberikan sorotan pada perubahan iklim bagi pengembalian hasil investasi.

Menurut Schroders, selama 30 tahun ke depan, perubahan iklim bisa terjadi. Maka dari itu, Schroders memperkirakan dampak perubahan iklim terhadap pengembalian investasi bergantung pada tiga hal utama.

Promo Terbaru di Bareksa

Pertama, output ekonomi akibat kenaikan suhu. Hal ini mendorong pengembalian hasil di negara-negara yang lebih dingin (minus 12 derajat Celcius) seperti Kanada, Inggris dan Swiss. Akan tetapi, kondisi ini merugikan pengembalian hasil di negara-negara yang lebih hangat, seperti di negara berkembang.

Kedua, biaya upaya mitigasi. Pembuat kebijakan berupaya memitigasi risiko dengan cara menerapkan aturan seperti pajak atas emisi karbon, yang menjadi tambahan biaya dalam investasi.

Ketiga, kerugian aset terlantar (stranded asset). Aset seperti cadangan minyak, gas dan batu bara dibiarkan tidak dikembangkan sehingga menjadi aset yang terlantar. Perusahaan-perusahaan minyak, gas dan batu bara pun memiliki nilai yang diperkirakan menurun.

Berkaitan dengan saham global, yang tercermin dalam Indeks MSCI All-Country World disetahunkan 30 tahun, Schroders memprediksi imbal hasil bisa menurun.

"Kami memperkirakan perubahan iklim akan mengurangi imbal hasil tahunan menjadi 3,8 persen, versus 4 persen jika tanpa perubahan iklim," tulis Schroders dalam infografik yang dipublikasikan 25 Agustus 2020.

Lantas, negara mana yang menghadapi risiko paling besar dari aset terlantar?

Cadangan batu bara, minyak dan gas disebut terlantar bila harus tetap berada dalam tanah untuk membatasi peningkatan suhu. Nilai perusahaan-perusahaan yang memiliki cadangan tersebut dapat menyusut bila mereka tidak bisa mengembangkannya.

Schroders menilai bahwa China, Rusia, Amerika Serikat dan India memiliki cadangan bahan bakar fosil tertinggi di dunia. "Ada yang menang dan kalah akibat perubahan iklim, menyebabkan kinerja wilayah yang berbeda.
Pendekatan aktif untuk mengelola perubahan iklim sangat penting."

Illustration

***

Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.379,53

Up1,02%
Up5,18%
Up7,30%
Up8,82%
Up19,45%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.089,71

Up0,44%
Up5,40%
Up6,62%
Up7,08%
Up2,64%
-

Capital Fixed Income Fund

1.837,78

Up0,53%
Up3,93%
Up6,27%
Up7,42%
Up17,19%
Up40,03%

STAR Stable Amanah Sukuk

1.075,16

Up0,66%
Up3,97%
Up6,64%
---

Insight Renewable Energy Fund

2.257,46

Up0,72%
Up3,68%
Up5,94%
Up6,95%
Up19,66%
Up35,50%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua