Bareksa.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, pasar surat utang negara (SUN) masih cukup positif. Kendati di saat yang sama pasar saham Indonesia mengalami penurunan karena down-side risk dari penyebaran virus corona.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan minimnya sentimen positif dari global dan domestik memang mempengaruhi pasar saham Indonesia. Hingga 21 Februari 2020, indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 6,62 persen secara year to date (YtD) ke level 5.882,3.
"Pelemahan ini lebih disebabkan pada kekhawatiran investor terhadap virus corona yang berdampak pada kinerja emiten di Indonesia," ujar dia dalam keterangan tertulis Rabu, (26/2).
Meski begitu, Wimboh masih melihat sisi positif dari pasar obligasi Indonesia. Pasar SUN dinilai masih menguat dengan yield yang menurun 17,3 bps secara month to date (mtd), kendati terjadi net sell oleh investor asing Rp6,8 triliun.
"Perbankan menjadi penopang pasar SUN domestik dengan pembelian Rp52,4 triliun," kata dia.
Secara luas, Wimboh mengungkapkan, penyebaran virus corona ini memang mempengaruhi perekonomian secara global. Salah satu dampak langsung dari penyebaran virus corona ini adalah terhadap terhadap perekonomian Tiongkok yang berkontribusi 16 persen terhadap PDB Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang menurun ini akan berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi negara mitra dagangnya.
"Dampak dari masih tingginya ketidakpastian perekonomian global juga tercermin di perekonomian domestik, terutama pada investasi dan kinerja eksternal yang cenderung melambat," terang dia.
OJK juga tengah mempersiapkan langkah stimulus untuk mengatasi penyebaran virus corona. Langkah itu adalah merelaksasi pengaturan penilaian kualitas aset kredit dengan plafon sampai Rp10 miliar yang hanya didasarkan pada satu pilar, yaitu ketepatan pembayaran pokok dan bunga. Kemudian, relaksasi pengaturan restrukturisasi kredit yang disalurkan kepada debitur di sektor terdampak virus corona. Relaksasi diberlakukan sampai dengan satu tahun setelah ditetapkan.
Sementara itu, di tengah penguatan SUN, reksadana pendapatan tetap juga tetap tumbuh positif. Dari 44 reksadana pendapatan tetap di Bareksa, semuanya masih menunjukkan imbal hasil positif secara YtD. Bahkan, tiga di antara 44 reksadana pendapatan tetap tersebut membukukan imbal hasil di atas 4 persen.
Return 3 Reksadana Pendapatan Tetap YTD
Sumber : Bareksa
Tiga reksadana pendapatan tetap, yakni Manulife Obligasi Negara Indonesia II dari PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Capital Fixed Income Fund dari PT Capital Asset Management dan Cipta Bond dari PT Ciptadana Asset Management juga tetap membukukan kinerja positif dalam satu tahun.
NAV 3 Reksadana Pendapatan Tetap 1 Tahun
Sumber : Bareksa
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.