JPMorgan Sebut IHSG Bisa Tembus 7.250 di 2020, Begini Prospek Reksadana Saham
Reksadana saham untuk investasi jangka panjang, diversifikasi portofolio ke ETF dan obligasi
Reksadana saham untuk investasi jangka panjang, diversifikasi portofolio ke ETF dan obligasi
Bareksa.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir November 2019 terkoreksi secara year to date (ytd) sebesar 2,95 persen ke level 6.011,83. Bahkan, IHSG sempat bertengger di bawah level 6.000 atau mencapai level terendah 5.826,87 pada 17 Mei 2019.
Pasar saham Indonesia memang sedang dalam volatilitas tinggi. Pasalnya, Indonesia tengah mendapat beberapa sentimen mulai dari isu politik hingga kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
Namun tahun 2019 yang tersisa kurang dari 1 bulan, justru membuat beberapa pihak menilai IHSG akan kembali menguat pada 2020 mendatang. Seperti proyeksi JPMorgan yang dikutip CNBC Indonesia, 27 November 2019.
Promo Terbaru di Bareksa
JPMorgan memproyeksikan, IHSG bisa bangkit dan menyentuh level lebih dari 7.000 atau mencapai 7.250 pada akhir 2020. Lantas, bagaimana proyeksi JPMorgan tersebut jika dilihat dari sisi pelaku pasar dalam negeri? Bagaimana pula prospek industri reksadana terhadap proyeksi pasar saham?
Kepala Bidang Investasi Avrist Asset Management Tubagus Farash Akbar Farich mengaku cukup kesulitan mempredikasi target level IHSG tahun ini. “Karena banyak sentimen eksternal jangka pendek ketimbang fundamental,” tutur Farash kepada Bareksa, Senin, 2 Desember 2019.
Tapi Farash melihat, rata-rata return wajar IHSG mencapai 10 persen sampai 12 persen per tahun selama lima tahun ke depan. Hal itu, kata Farash, ditopang normalisasi valuasi sekitar 1 persen, dividen 2 persen dan pertumbuhan laba 7 persen sampai 9 persen per tahun.
Lalu, bagaimana pengaruhnya terhadap reksadana saham?
Sumber: Bareksa.com
Dengan beragam sentimen yang akan memengaruhi IHSG, Faras menilai, prospek reksadana saham secara jangka pendek pasti fluktuatif. “Tapi kalau pilih reksadana dengan underlying portofolionya big caps dengan fundamental dan likuiditas baik, dalam jangka panjang pasti mendapat return yang optimal,” jelas dia.
Untuk itu, Farash menyarankan agar investor reksadana melakukan diversifikan antara reksadana indeks saham seperti IDX30 dan LQ45 untuk jangka pendek dan ETF atau obligasi untuk jangka menengah.
“Kalau lihat tahun ini, obligasi positif. Sementara, return saham masih negatif,” tambah Farash.
Karena itu, Farash menegaskan diversifikasi lebih baik ke ETF dan obligasi. “Tapi, tetap ada reksadana saham untuk porsi keperluan investasi jangka panjang,” imbuhnya.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.
Maka dari itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang. Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.