Sinyal Resesi Ekonomi AS & Negosiasi Dagang China, Yang Mana jadi Sentimen IHSG?

Bareksa • 29 Mar 2019

an image
Mahasiswa melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (26/11/2018). IHSG ditutup menguat 0,28 persen atau naik 16,58 poin ke level 6.022,78 pada perdagangan Senin (26/11) dari posisi Jum'at (23/11) pekan lalu di level 6.006,202. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Pada perdagangan kemarin, Kamis (28/3) IHSG ditutup menguat 0,56 persen berakhir di level 6.480

Bareksa.com - Setelah mengalami koreksi pada perdagangan Rabu,pasar saham Indonesia berhasil bangkit dengan kenaikan cukup meyakinkan pada perdagangan kemarin.

Di sisi lain, bursa saham utama kawasan Asia ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin. Indeks Hang Seng (Hong Kong)menguat 0,16 persen, Indeks Straits Times (Singapura) naik 0,16 persen, Indeks Nikkei (Jepang) merosot 1,61 persen, Indeks Shanghai (China) melemah 0,92 persen, dan indeks Kospi (Korea) turun 0,82 persen.

Sejatinya, ada sentimen positif yang mewarnai perdagangan kemarin yakni hawa sejuk negosiasi dagang Amerika Serikat (AS) dengan China. Kemarin hingga hari ini (28-29 Maret), AS dan China menggelar negosiasi dagang di Beijing yang mempertemukan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.

Negosiasi dagang kedua negara kemudian akan dilanjutkan pada awal bulan April di Washington. Dalam negosiasi dagang teranyar dengan AS tersebut, pejabat pemerintahan AS mengatakan China menawarkan proposal yang lebih berani dibandingkan dengan yang mereka tawarkan sebelumnya, termasuk proposal guna mengatasi masalah pemaksaan transfer teknologi, seperti dilansir dari Reuters.

"Mereka (China) berbicara mengenai pemaksaan transfer teknologi dalam koridor yang sebelumnya tak pernah ingin mereka bicarakan - baik dalam cakupan maupun detailnya," papar pejabat tersebut kepada Reuters.

Seperti diketahui, pemaksaan transfer teknologi memang merupakan salah satu penyebab meletusnya perang dagang kedua negara. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menganggap praktek pemaksaan transfer teknologi yang dialami oleh perusahaan-perusahaan AS yang berinvestasi di China telah sangat merugikan mereka dan perekonomian AS secara keseluruhan.

Namun, kekhawatiran terkait datangnya resesi di AS yang semakin besar membuat aura damai dagang AS-China menjadi kurang terasa. Naiknya kekhawatiran tersebut dapat dilihat dari imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan yang semakin meninggalkan tenor 10 tahun.

Pada perdagangan kemarin, yield tenor 3 bulan berada di level 2,4403 persen, sementara untuk tenor 10 tahun berada di level 2,3805 persen, ada selisih 5,98 bps.

Semakin tingginya selisih antara yield tenor 3 bulan dan 10 tahun menandakan pelaku pasar melihat risiko yang semakin tinggi dalam jangka waktu dekat.

Pada Kamis, 28 Maret 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,56 persen dengan berakhir di level 6.480,79. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung cenderung sepi, di mana tercatat 13,72 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi hanya Rp7,86 triliun.

Secara sektoral,hampir seluruhnya kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin, kecuali sektor industri dasar yang melemah sendirian 0,76 persen.

Tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni keuangan (1,22 persen), infrastruktur (1,03 persen), dan konsumer (0,44 persen).

Beberapa saham yang menopang IHSG kemarin :

1. Saham BMRI (3,1 persen)
2. Saham BBRI (1,5 persen)
3. Saham TLKM (1,8 persen)
4. Saham BBCA (0,7 persen)
5. Saham INTP (4,3 persen)

Sebanyak 195 saham menguat, 208 saham melemah, dan 128 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) di seluruh pasar pada perdagangan kemarin senilai Rp306,18 miliar.

Saham-saham yang terbanyak diburu investor asing :

1. Saham TLKM (Rp105,71 miliar)
2. Saham BMRI (Rp67,99 miliar)
3. Saham GGRM (Rp56,28 miliar)
4. Saham BRPT (Rp55,68 miliar)
5. Saham BBRI (Rp41,48 miliar)

Analisis Teknikal IHSG


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle disertai short lower shadow yang menggambarkan pergerakan IHSG sangat positif karena mampu berakhir di level tertingginya, meskipun sempat bergerak sedikit di bawah level pembukaannya.

Secara intraday, pergerakan IHSG sudah terlihat berada di zona hijau sejak awal perdqagangan meskipun setelah itu berangsur turun hingga mengakhiri sesi pertama dengan kenaikan tipis.

Namun memasuki sesi kedua, IHSG secara perlahan berhasil bangkit dan terus merangkak naik hingga akhirnya mampu menutup perdagangan pada level tertingginya. Kenaikan kemarin membuat pergerakan IHSG masih dalam uptrend jangka pendeknya meskipun sempat diiringi beberapa koreksi kecil.

Indikator relative strength index (RSI) terpantau kembali bergerak naik, mengindikasikan adanya momentum kenaikan yang kembali terbuka. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi untuk kembali melanjutkan kenaikannya.

Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang kembali mendorong laju IHSG pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones naik 0,35 persen, kemudian S&P 500 menguat 0,36 persen, dan Nasdaq Composite bertambah 0,34 persen.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.