Bareksa.com – Pesta demokrasi Indonesia melalui pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan anggota legislatif (pileg) serentak pada 17 April diyakini akan berjalan lancar dan aman. Kondisi ini bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan pasar saham, seperti yang telah terjadi pada tahun-tahun politik sebelumnya.
Untuk pertama kalinya, Indonesia akan menghadapi pilpres dan pileg serentak di tanggal yang sama pada tahun ini. Banyak pihak optimistis dengan kondisi pasar, sebab jika mengikuti pola atau kecenderungan yang terjadi dalam setiap tahun penyelenggaraan pemilu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu melesat.
Berikut historikal pergerakan IHSG dalam empat pemilu terakhir.
Sumber : BEI, diolah Bareksa.com
Bisa jadi ini bukan pola baku, tetapi paling tidak statistik telah membuktikan bahwa pada saat pemilu rata-rata IHSG bisa naik hingga 55,97 persen. Angka tersebut dihitung berdasarkan kinerja IHSG selama empat pemilu terakhir pasca era reformasi.
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa IHSG konsisten mencatatkan kenaikan bahkan dengan persentase yang cukup fantastis di kala tahun pemilu. Dari kecenderungan tersebut, kita boleh optimistis bahwa IHSG bisa mencatatkan kinerja positif di tahun 2019.
Berdasarkan data terbaru, IHSG secara year to date telah menguat 4,95 persen, atau berada di level 6.501 per 22 Februari 2019. Hal tersebut mengindikasikan tahun politik yang sedang berjalan ini juga direspon baik oleh para pelaku pasar.
Grafik : Pergerakan IHSG secara Year to Date (22 Februari 2019)
Sumber : Bareksa.com
Satu gagasan penting yang dipercayai pelaku pasar dalam analisis teknikal adalah bahwa sejarah cenderung berulang (history will repeat itself), terutama dalam hal pergerakan harga. Sifat berulang dari pergerakan harga dikaitkan dengan psikologi pasar.
Dengan kata lain, pelaku pasar cenderung memberikan reaksi yang konsisten terhadap rangsangan pasar yang sama dari waktu ke waktu. Hal ini bisa juga terjadi dalam tahun politik yang selalu memberikan sentimen positif bagi IHSG.
Berikut historikal pergerakan IHSG dalam tiga pemilu terakhir, yakni 2004, 2009 dan 2014. Pergerakan IHSG dihitung secara bulanan, dengan bulan ketika pemilu diadakan ditandai dengan kotak berwarna hijau.
Tabel: Pergerakan IHSG Bulanan 2001-2018
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Pada 2004, pileg dilaksanakan pada April. Kemudian, pilpres putaran I pada Juli dan pilpres putaran II pada September. Pada 2009, pileg dilangsungkan pada April, sementara pilpres dilangsungkan pada Juli. Demikian juga pada 2014, pileg diselenggarakan pada April dan pilpres pada Juli.
Mengacu pada data tersebut, pada bulan diselenggarakannya pemilu, baik pileg maupun pilpres, IHSG selalu menunjukkan tren kenaikan. Naiknya IHSG secara khusus selalu terjadi pada bulan saat pilpres diadakan dalam tiga periode 2004, 2009 dan 2014.
Pada pilpres putaran I Juli 2004, IHSG menguat 3,36 persen. Adapun pada pilpres putaran II September 2004, IHSG kembali menguat 8,67 persen.
Tidak berbeda, pada pilpres di bulan Juli 2009, IHSG menguat 14,63 persen.
Pada Pilpres 2014, kedua calon presiden merupakan kandidat baru. Meski begitu, IHSG masih mempunyai performa baik dengan pertumbuhan 4,31 persen di bulan Juli 2014.
Jika melihat data historis tersebut, ada pola yang sama antara Pilpres 2004, 2009 dan 2014. Bisa disimpulkan, IHSG cenderung naik selama di bulan pilpres.
Sektor Pilihan
Dari empat pemilu sebelumnya, pelaku pasar selalu bisa dengan senang hati menerima calon dari petahana maupun presiden baru. Hal yang sama kemungkinan bisa terjadi juga pada tahun ini dan tentunya menjadi harapan besar pelaku pasar.
Menurut analisis Bareksa, naiknya IHSG saat pilkada dan pilpres terdorong sejumlah sentimen, di antaranya adalah peningkatan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Setidaknya ada dua sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdorong oleh kondisi ini, yakni konsumer (consumer) dan keuangan (finance).
Analisis Bareksa menilai, perputaran uang yang tinggi, bisa bersumber dari berbagai program populis seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau Program Keluarga Harapan (PKH), mendorong daya beli masyarakat untuk membelanjakan uang di sektor konsumer. Sementara itu, dengan uang beredar yang lebih banyak diasumsikan juga bank lancar dalam memberikan kredit kepada masyarakat.
Tabel Kinerja IHSG dan Sektor Saham pada Tahun Pemilu (%)
Sumber: BEI, diolah Bareksa.com
Pada tahun 2004, saat IHSG naik 44,56 persen, sektor keuangan melonjak hingga 69,61 persen. Meski pada 2008 kinerja sektor keuangan di bawah IHSG, tetapi peningkatannya mencapai 70,94 persen. Demikian juga pada tahun 2014, kinerja sektor yang termasuk bank, multifinance dan asuransi ini mencapai 35,41 persen dan melampaui IHSG.
Sektor konsumer juga pada 2014 mampu membukukan kinerja yang seiring IHSG. Pada 2008, pertumbuhan sektor konsumer bahkan mencapai 105,39 persen meski pada 2004 hanya membukukan peningkatan 11,43 persen.
Secara year to date tahun ini hingga 22 Februari 2019, tren peningkatan kedua sektor saham tersebut juga mulai terlihat. Dengan IHSG yang menguat 4,95 persen, sektor keuangan sudah melaju 5,05 persen sementara sektor konsumer sudah naik 2,68 persen.
Grafik Perbandingan IHSG, Sektor Konsumer dan Keuangan YTD 22 Februari 2019
Sumber: Bareksa.com
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa IHSG konsisten mencatatkan kenaikan bahkan dengan persentase yang cukup fantastis di kala tahun pemilu. Dari kecenderungan tersebut, kita boleh optimistis bahwa IHSG bisa mencatatkan kinerja positif di tahun 2019. (KA02/hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.