Aura Damai Dagang AS-China Mulai Terlihat, Ini Prospek IHSG

Bareksa • 07 Feb 2019

an image
Aktivitas pekerja di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. IHSG menguat ditopang sejumlah saham berkapitalisasi pasar besar. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

IHSG kemarin ditutup melesat 1,02 persen dengan berakhir di level 6.547

Bareksa.com - Membuka kembali perdagangan pasca libur tahun baru Imlek, pasar saham Indonesia mengalami pergerakan sangat ciamik pada perdagangan kemarin hingga mampu berakhir menguat sangat meyakinkan.

Pada perdagangan kemarin, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia diliburkan dan hanya bursa saham Jepang yang dibuka. Pada penutupan perdagangan, indeks Nikkei terpantau menguat tipis 0,14 persen.

Kombinasi sentimen dari luar dan dalam negeri mendukung penguatan bursa saham Tanah Air. Dari sisi eksternal, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengonfirmasi pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam pada tanggal 27-28 Februari mendatang. Konfirmasi tersebut diberikan Trump saat memberikan pidato State of the Union di hadapan Kongres.

Selepas pertemuan Trump dan Kim pada tahun lalu, hubungan AS dan Korea Utara bisa dibilang pasang surut. Korea Utara beberapa kali mengeluarkan pernyataan keras, menyatakan keengganannya dalam melakukan denuklirisasi tanpa adanya timbal balik yang diberikan AS.

Kini, pelaku pasar kembali optimistis bahwa perdamaian di semenanjung Korea Utara bisa dicapai. Satu risiko besar yang menghantui pasar keuangan dunia yakni perang antara AS dan Korea Utara menjadi bisa diredam, setidaknya untuk saat ini.

Kemudian, aura damai dagang AS-China juga ikut mengerek kinerja bursa saham domestik. Selasa waktu setempat (5/2/2019), dua orang sumber mengatakan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan bertandang ke China pada pekan depan untuk menggelar negosiasi dagang, seperti dilansir dari Reuters.

Pada dialog dagang yang belum lama ini digelar di AS, terungkap masih ada perbedaan-perbedaan yang signifikan di antara kedua pihak, seiring dengan tidak adanya proposal baru dari China untuk memenuhi tuntutan AS.

Tuntutan AS yang dimaksud adalah supaya China mengakhiri transfer teknologi secara paksa, mengakhiri subsidi pemerintah untuk sektor industri, serta mengubah peraturan-peraturan yang mendiskriminasi perusahaan asal AS dalam hal digital trade.

Sementara dari dalam negeri, kemarin siang Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian Indonesia tumbuh 5,18 persen YoY pada kuartal terakhir tahun lalu, mengalahkan konsensus pasar 5,12 persen YoY.

Alhasil, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2018 adalah 5,17 persen, juga berada di atas ekspektasi 5,15 persen.

Terlepas dari tekanan terhadap rupiah yang begitu besar sepanjang tahun lalu, laju perekonomian Indonesia ternyata bisa dijaga di level yang relatif tinggi. Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2017 tercatat hanya sebesar 5,07 persen. Sepanjang tahun 2018, rupiah melemah hingga 7,3 persen melawan dolar AS di pasar spot.

Dengan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang relatif tinggi, ada harapan bahwa momentum tersebut bisa dibawa ke tahun 2019. Apalagi sepanjang 2019, laju rupiah terbilang cukup baik. Sejak awal tahun hingga penutupan kemarin, rupiah telah terapresiasi sekitar 3,79 persen melawan dolar AS di pasar spot.

Rabu, 6 Februari 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 1,02 persen dengan berakhir di level 6.547,877. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung cukup ramai, di mana tercatat 13,93 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi yang mencapai Rp10,18 triliun.

Secara sektoral, seluruhnya kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin, dengan tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni infrastruktur (2,88 persen), properti (1,84 persen), dan industri dasar (1,43 persen).

Beberapa saham yang mendorong IHSG kemarin :

1. Saham BBCA (-2,4 persen)
2. Saham BMRI (-3,3persen)
3. Saham ASII (-3 persen)
4. Saham HMSP (-2,1 persen)
5. Saham TLKM (-2,3 persen)

Sebanyak 260 saham menguat, 175 saham melemah, dan 119 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) pada perdagangan kemarin senilai Rp138,21 miliar.

Saham-saham yang terbanyak diburu investor asing :

1. Saham BBRI (Rp93,13 miliar)
2. Saham BMRI (Rp79,32 miliar)
3. Saham ASII (Rp70,73 miliar)
4. Saham UNVR (Rp35,06 miliar)
5. Saham POOL (Rp35,02 miliar)

Analisis Teknikal IHSG


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan Senin membentuk bullish candle dengan body yang besar disertai short upper shadow.

Kondisi tersebut menggambarkan IHSG mengalami pergerakan sangat positif bahkan hingga hampir ditutup di level tertingginya, serta tidak sedikitpun bergerak di bawah level pembukaannya.

Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat konsisten melaju di zona hijau sepanjang perdagangan kemarin tanpa sedikitpun turun setelah dibuka menghijau.

Kenaikan IHSG kemarin menunjukkan adanya indikasi bahwa IHSG masih akan melanjutkan uptrendnya karena terus konsisten bergerak di atas garis middle bollinger band.

Indikator relative strength index (RSI) terpantau mulai kembali bergerak naik, mengindikasikan adanya momentum kenaikan yang terbuka. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi untuk melanjutkan kenaikannya.

Namun di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak melemah pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif yang sedikit menghambat laju IHSG pada hari ini.

Indeks Dow Jones terkoreksi 0,08 persen, kemudian S&P 500 turun tipis 0,22 persen, dan Nasdaq Composite berkurang 0,36 persen. 

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.