IHSG Terus Melemah, Lima Saham dengan PER Tinggi Ini Patut Diwaspadai

Bareksa • 30 Jan 2019

an image
Ilustrasi pergerakan harga saham IHSG, reksadana, investasi, obligasi, surat utang

Tingginya PER menunjukkan tingginya valuasi saham tersebut sehingga sangat mungkin dijadikan sasaran aksi jual

Bareksa.com - Aksi ambil untung (profit taking) mulai membayangi pasar saham Tanah Air. Pada perdagangan Selasa, 29 Januari 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,34 persen ke level 6.436,48.

Alhasil IHSG telah mengalami pelemahan dalam dua hari perdagangan berturut-turut untuk pertama kalinya pada tahun 2019. Sehari sebelumnya atau pada hari Senin, 28 Januari 2019 IHSG juga tercatat melemah 0,37 persen.

Kinerja bursa saham domestik senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditutup pada zona merah. Indeks Shanghai (China) turun 0,1 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) turun 0,16 persen, dan Indeks Straits Times (Singapura) terpangkas 0,37 persen.

Negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang penuh risiko membuat bursa saham benua kuning ditinggalkan investor. Pada 30 dan 31 Januari, Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwakan menggelar negosiasi dagang dengan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer di Washington.

Sebelumnya, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan negosiasi dagang dengan Liu He pada 30-31 Januari mendatang akan sangat menentukan apakah AS dan China akan mampu mencapai kesepakatan dagang atau tidak.

Namun celakanya, jelang negosiasi penting tersebut, tensi antar kedua negara kembali memanas. Senin (28/01/2019), pemerintah AS resmi menjatuhkan tuntutan pidana kepada perusahaan teknologi asal China, Huawei, chief financial officer-nya, dan dua afiliasi atas dugaan penipuan bank untuk melanggar sanksi terhadap Iran.

Dalam dakwaan yang diajukan di New York, AS, Departemen Kehakiman mengatakan Huawei telah menyesatkan sebuah bank global dan otoritas AS mengenai hubungannya dengan anak usaha, Skycom dan Huawei Device USA, demi menjalankan bisnis di Iran.

Pemerintah AS juga mendakwa Huawei lantaran diyakini mencuri kekayaan intelektual milik T-Mobile. China tidak terima terhadap tuntutan ini. Melansir Reuters, seorang juru bicara dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mengatakan bahwa tuntutan AS terhadap Huawei adalah "tidak adil" dan "tidak bermoral".

Jika kedua negara dengan ekonomi tersebut dunia tersebut gagal mencapai kesepakatan dagang hingga tanggal 1 Maret, Presiden AS Donald Trump sudah mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$200 miliar menjadi 25 persen, dari yang sebelumnya 10 persen.

Di sisi lain,pelemahan IHSG dalam dua hari terakhir cukup wajar karena pelaku pasar mulai ingin mencairkan keuntungan yang sudah didapatkannya. Pasalnya, kenaikan IHSG sepanjang tahun ini memang terbilang sudah cukup besar. Hingga penutupan perdagangan kemarin, IHSG sudah mengakumulasikan kenaikan 3,91 persen.

Di saat kondisi seperti ini, saham-saham dengan price to earning ratio (PER) yang tinggi patut dihindari oleh investor. Sebab tingginya PER menunjukkan tingginya valuasi atas saham tersebut sehingga sangat mungkin untuk dijadikan sasaran dalam aksi jual.

Sebagai informasi, PER adalah salah satu ukuran paling dasar yang digunakan dalam analisis saham secara fundamental. Secara mudahnya, PER adalah perbandingan antara harga saham di pasar (market price) dengan laba bersih perusahaan per saham (earning per share/EPS).

Berdasarkan pantauan Bareksa, berikut beberapa saham dalam anggota indeks LQ45 (indeks 45 saham paling likuid ditransaksikan) dengan PER paling tinggi hingga penutupan perdagangan kemarin yang sebaiknya diwaspadai investor.


Sumber :  Bursa Efek Indonesia diolah Bareksa

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.