Terdorong Kinerja Keuangan Kuartal Kedua, Saham-saham Ini Dongkrak IHSG
Dari 9 indeks sektoral, hanya indeks sektor pertambangan serta indeks industri dasar dan kimia yang masih positif
Dari 9 indeks sektoral, hanya indeks sektor pertambangan serta indeks industri dasar dan kimia yang masih positif
Bareksa.com – Paruh pertama tahun ini telah berlalu. Perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pun melaporkan kinerja keuangan yang langsung direspon positif oleh para pelaku pasar yang tercermin dari harga saham mereka. Sejumlah emiten, terutama yang berbasis komoditas, mencatatkan kinerja cemerlang sepanjang kuartal kedua tahun ini.
Riset CGS-CIMB Securities tanggal 2 Agustus 2018 yang dikutip Eastspring Investments Indonesia menunjukkan agregat penghasilan dan laba inti selama kuartal II-2018 masing-masing tumbuh 9 persen dan 4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/YoY). Sebagian besar dari pertumbuhan laba datang dari perusahaan-perusahaan komoditas seperti batubara (naik 32 persen YoY), industri barang dan jasa (naik 60 persen YoY), 2) Industri otomotif (naik 21 persen YoY), 3) Perusahaan barang konsumsi (naik 12 persen YoY) dan perbankan (naik 12 persen YoY).
Pertumbuhan positif ini mengurangi tekanan dari penurunan laba dari perusahaan telekomunikasi (turun 45 persen YoY), properti (turun 50 persen YoY) dan konstruksi (turun 44 persen YoY). Sementara pertumbuhan barang-barang konsumsi tercatat naik 3 persen YoY dan perawatan kesehatan mengempis 31 persen YoY.
Promo Terbaru di Bareksa
Dari 46 perusahaan yang diikuti oleh CGS-CIMB Securities, 43,5 persen mencatatkan hasil kuartal II-2018 yang sesuai dengan perkiraan (dibandingkan 46 persen di kuartal II-2017). Selanjutnya sekitar 43,5 persen mencatatkan hasil di bawah perkiraan (dibandingkan 30 persen di kuartal II-2017), sementara 13 persen di atas perkiraan (dibandingkan 24 persen di kuartal II-2017).
Kejutan negatif sebagian besar berasal dari sektor properti, media dan barang konsumsi sehari-hari, sedangkan kejutan positif berasal dari perusahaan ritel. Kinerja negatif ini lebih buruk dibanding kuartal I-2018. Data dari RHB Sekuritas Indonesia kurang lebih mengutarakan hal yang sama, dengan pertumbuhan laba di kuartal II secara umum belum menunjukkan hasil yang menggembirakan terutama pada sektor-sektor konsumsi sehari-hari seperti kebutuhan dasar (staples), perawatan kesehatan dan telekomunikasi.
Pertumbuhan Laba 46 Perusahaan Menurut Klasifikasi Industri
Sumber: RHB Sekuritas Indonesia dikutip Eastspring Investments Indonesia
Hasil kuartalan ini menunjukkan tantangan yang harus dihadapi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam melanjutkan tren positifnya. Dalam jangka pendek, sentimen positif bisa didapatkan dari kestabilan rupiah tetapi untuk mendapatkan konsistensi tren yang baik, laba perusahaan harus tumbuh dalam kisaran belasan persen.
Kinerja Indeks Sektoral
Pengaruh realisasi laporan keuangan semesteran beberapa emiten tersebut bisa dilihat dari pergerakan indeks sektoral di Bursa. Dari sembilan indeks sektoral hingga Rabu, 8 Agustus 2018, tercatat hanya dua indeks sektoral saja yang masih membukukan return positif sejak awal tahun (year to date)
Dua indeks itu adalah indeks sektor pertambangan dan indeks industri dasar dan kimia. Berdasarkan catatan BEI, indeks pertambangan ada pada posisi 2.131,92 atau naik 33,75 persen secara year to date. Sementara indeks industri dasar dan kimia naik 20,53 persen secara year to date.
Tabel Perbandingan Indeks Saham Sektoral di Bursa Efek Indonesia
Sumber: BEI
Dari dua sektor yang naik itu, indeks sektor pertambangan diwakili saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Saham PTBA hingga 8 Agustus 2018 sudah naik 95,5 persen atau berkontribusi 24,2 poin terhadap IHSG. Sementara saham BYAN naik 88,2 persen dengan kontribusi 27,7 poin terhadap IHSG.
Di sisi lain, indeks industri dasar dan kimia diwakili duo saham milik Grup Sinarmas yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kerta Tjiwi Kimia Tbk (TKIM). Saham INKP yang memiliki market cap Rp108 triliun telah naik 267,1 persen secara year to date dan berkontribusi 70,7 poin terhadap IHSG. Adapun harga saham TKIM naik 432,5 persen dan berkontribusi 35,2 poin terhadap IHSG.
Hingga 8 Agustus 2018, IHSG sendiri masih minus 4,1 persen secara year to date dan berada pada level 6.094,83. Pada periode ini, IHSG memiliki market cap Rp6.871 triliun dengan rata-rata transaksi harian Rp8,79 triliun.
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.