Sepanjang 2018 IHSG Amblas, Tapi Tiga Saham Ini Meroket Hingga 4 Kali Lipat
Faktor apa saja yang mendorong ketiga saham tersebut mampu meroket tajam di tengah pelemahan IHSG?
Faktor apa saja yang mendorong ketiga saham tersebut mampu meroket tajam di tengah pelemahan IHSG?
Bareksa.com- Di tengah penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun berjalan ini, sejumlah saham mampu naik dua sampai empat kali lipat sejak akhir tahun lalu atau year to date (YTD) seperti saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) justru meroket.
IHSG turun sebesar 6,44 persen menjadi 5.946,54 (penutupan 24 Mei 2018) dari sebelumnnya 6.355,65 pada akhir tahun lalu. Namun saham ERAA mampu naik 279,17 persen menjadi Rp2.730 dari sebelumnya Rp735.
Grafik Pergerakan IHSG Secara Year To Date
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Sementara itu, TKIM mampu naik 340,2 persen ke level Rp13.075 dari sebelumnya Rp2.920 dan saham INKP loncat 177,3 persen ke harga Rp15.250 dari sebelumnya Rp5.400.
Grafik Pergerakan Harga Saham ERAA, INKP dan TKIM Secara Year To Date
Sumber: Bareksa.com
Kinerja Erajaya
Menguatnya saham ERAA secara signifikan sejak awal tahun ini, seiring ekspansi perusahaan di tengah penutupan sejumlah gerai peritel telepon seluler demi efisiensi.
Ketika beberapa peritel ponsel menutup gerai pada 2017 untuk melakukan efisiensi, sejumlah vendor besar seperti Oppo, Samsung, Vivo, Apple justru melakukan ekspansi dengan menambah gerai resmi baru.
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh salah satu peritel ponsel yang tercatat di Bursa Efek Indonesia ini, Erajaya. Pada tahun ini, Erajaya yang terkenal dengan gerai bernama Erafone ini berencana akan menambah 250 gerai baru. Penambahan gerai ritel ponsel tersebut meningkat lima kali lipat dibandingkan dengan penambahan toko pada 2017.
Tidak hanya membuka gerai baru, perusahaan distributor ponsel dan voucher pulsa ini juga masuk ke bisnis teknologi finansial (fintech). Akhir bulan lalu, perseroan telah mengumumkan pembelian saham PT Indonesia Orisinil Teknologi (IOT) sebanyak 5.099 lembar saham atau 50,99 persen dari saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Saham itu milik Agus Triana Runtuwene.
Dijelaskan juga tujuan akuisisi PT IOT oleh perseroan adalah untuk mengembangkan bisnis dengan cara mendaftarkan PT IOT untuk memperoleh izin menjalankan bisnis layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kemudian, pada 12 Maret 2018, Erajaya juga telah mengumumkan pendirian anak usaha di Singapura.
Corporate Secretary Erajaya Amelia Alen menjelaskan pada 7 Maret 2018, perseroan telah mendirikan entitas anak dengan nama Erajaya Holding Pte. Ltd yang dimiliki 100 persen oleh perseroan. Entitas tersebut akan menjadi holding company (perusahaan induk) bagi anak perseroan di luar Indonesia.
Berdasarkan laporan keuangan September 2017, Erajaya merupakan salah satu peritel yang 80 persen pendapatannya berasal dari penjualan telepon selular dan tablet dan selebihnya dari penjualan voucher elekronik, computer, dan perangkat lainnya.
Segmen Penjualan ERAA
Sumber: Laporan perusahaan
Adapun segmen geografis konsumen ERAA dikelompokkan menjadi tiga wilayah, yaitu wilayah Barat terdiri dari Sumatera dan Jawa, wilayah Tengah terdiri dari Jabodetabek, Kalimantan, Singapura, dan Malaysia, serta wilayah Timur yaitu daerah di luar wilayah barat dan tengah.
Selain itu, sebesar 64 persen penjualan ERAA ada di wilayah Tengah, 21 persen di wilayah Barat, dan selebihnya di wilayah Timur.
Menelisik laporan keuangan ERAA, laba bersih perseroan terpantau terus meningkat seiring dengan pendapatannya. Sepanjang tiga bulan pertama di 2018, pendapatan ERAA naik 60 persen menjadi Rp8,28 triliun dari Rp5,16 triliun di periode yang sama tahun 2017.
Hal ini membuat laba bersih perseroan naik 230 persen menjadi Rp205 miliar dari Rp65,4 miliar di periode yang sama tahun 2017.
Sister Company di Grup Sinar Mas
Sementara itu saham TKIM dan INKP yang meroket masing-masing sebesar 340 persen dan 177 persen sepanjang tahun berjalan. Kedua saham terkait kertas dan bubur kertas ini sama-sama dikendalikan oleh Grup Sinar Mas, melalui PT Purinusa Ekaparsada, sehingga bisa dibilang sebagai sister company.
Pada periode Januari-Maret 2018, kedua perusahaan mencatatkan kinerja yang cemerlang.
Indah Kiat mencatat laba bersih Rp2,09 triliun atau melonjak 80,73 persen dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp1,14 triliun. Perolehan laba Indah Kiat sejalan dengan kenaikan penjualan dari Rp9,94 triliun menjadi Rp11,4 triliun, ditambah dengan menurunnya beban pokok penjualan dari Rp74,29 miliar menjadi Rp73 miliar.
Sementara itu, laba bersih Tjiwi Kimia melonjak enam kali lipat menjadi Rp640 miliar sepanjang tiga bulan pertama 2018, dibandingkan hanya Rp102 miliar pada periode sama 2017. Namun, berbeda dengan Indah Kiat, laba bersih Tjiwi Kimia lebih didorong kenaikan bagian laba bersih dari entitas asosiasi yang mencapai Rp681,75 miliar dari periode tiga bulan pertama tahun 2017 Rp146,7 miliar.
Sementara pada periode ini, perseroan hanya mencatat kenaikan tipis pada pendapatan, yakni 1,71 persen dari Rp3,6 triliun menjadi Rp3,72 triliun
Laba dan Pendapatan INKP dan TKIM
Sumber: Laporan keuangan perusahaan
Meroketnya harga saham TKIM dan INKP juga terdorong sentimen kebijakan pemerintah China yang ingin mengurangi polusi besar-besaran dengan cara menutup beberapa pabrik kertas pada 2017, sehingga membuat pasokan pulp di pasar global berkurang hingga 40 persen.
Lembaga penyedia data hutan global, RISI memproyeksikan akan ada peningkatan permintaan tissue dan pulp sejak 2016 hingga 2020 masing-masing 5 dan 4 persen per tahunnya.
Selain itu, dalam riset Bahana Sekuritas, disebutkan bahwa dampak berkelanjutan dari tindakan lingkungan China yang ketat di 2017 mendorong harga pulp di 2017 berada di harga rata-rata US$636 per ton atau tumbuh 26 persen year on year (YOY).
Harga Bubur Kertas
Sumber: Bloomberg yang disajikan dalam riset Bahana Sekuritas
Indonesia tercatat sebagai produsen kayu pulp dengan biaya terendah di dunia karena pasokan kayu di Indonesia sangat banyak sehingga mampu menekan harga.
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai hutan paling luas dengan cakupan area 94 juta hektare, yang setara dengan 52 persen dari total luas lahan hutan di bumi.
Biaya Produksi (US$/Ton)
Sumber: presentasi Fibria
Alasan harga pulp akan kembali meningkat
1) Kenaikan dalam perdagangan global. Pertumbuhan perdagangan global telah berangsur pulih sejak awal 2015.
2) Pemulihan ekonomi China. Membaiknya beberapa data China seperti kenaikan listrik dan beberapa komoditas serta kenaikan impor China. Permintaan dan impor pulp China turut meningkat.
3) Komitmen China terhadap polusi. Gangguan pasokan dari China (penutupan pabrik) dan pembatasan impor kertas bekas, maka China menargetkan pengurangan kapasitas produksi 4 juta ton per tahun dari pabrik pulp dan kertas non kayu.
Pada kuartal IV 2017, Kementerian Industri China memberlakukan larangan impor atas 24 jenis sampah sebagai bagian dari rencana pemerintah untuk mengatasi pencemaran lingkungan secara besar-besaran. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.