Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan terpantau (IHSG) terpantau membukukan kinerja yang positif sepanjang pekan lalu. Sepanjang lima hari perdagangan, IHSG tidak satu hari pun berakhir pada zona merah. Tercatat dalam periode 23 hingga 27 Juli 2018, IHSG mengalami penguatan 1,98 persen dengan ditutup pada level 5.989,14.
Secara sektoral, delapan dari 10 sektor saham membukukan kenaikan pada pekan kemarin, dengan kenaikan tertinggi dipimpin oleh sektor pertambangan (4,86 persen), disusul aneka industri (3,77 persen), dan industri dasar (3,36 persen).
Sementara dua sektor yang melemah yakni sektor pertanian dan infrastruktur yang masing-masing mengalami penurunan 0,65 dan 0,27 persen.
Di sisi lain, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net foreign buy) dalam sepekan kemarin senilai Rp1,72 triliun. Namun jika diakumulasikan sejak awal tahun, investor asing masih tercatat keluar dari pasar saham domestik senilai Rp49,14 triliun.
Adapun saham-saham yang paling banyak diborong oleh investor asing dalam sepekan kemarin antara lain BBCA (Rp647,80 miliar), BBRI (Rp315,82 miliar), PTBA (Rp262,51 miliar), INKP (Rp226,13 miliar), dan HMSP (Rp94,63 miliar).
Sentimen Positif
Menurunnya tensi perang dagang menjadi sentimen positif yang mendorong laju saham Benua Asia. Perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa berjalan kondusif. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker sepakat untuk menurunkan hambatan tarif (tariff barrier) dan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.
"Kami sepakat bekerja bersama untuk menuju tarif nol, tidak adanya non-tariff barrier, dan tidak ada subsidi bagi produk-produk non-otomotif. Kami juga akan meningkatkan perdagangan di bidang jasa, farmasi, produk-produk kesehatan, juga kedelai," ungkap Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Dengan berbagai kesepakatan itu, Trump dan Juncker akan memulai proses perundingan untuk membahas isu bea masuk baja dan aluminium dari Uni Eropa ke AS. Mereka juga akan membahas bea masuk balasan yang dikenakan Uni Eropa atas beragam produk Negeri Paman Sam. Ada kemungkinan pengenaan berbagai bea masuk itu akan dibatalkan.
Masih dari isu perdagangan, angin segar juga datang dari Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin yang menyampaikan bahwa Negeri Paman Sam telah membuat kemajuan terkait Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA), dan berharap mengamankan kesepakatan pada waktu dekat.
Selain didukung meredanya tensi perang dagang, bursa Asia juga mendapatkan berita positif dari pemerintah China yang berjanji untuk menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mednrong pertumbuhan ekonomi, seiring dengan melemahnya laju ekonomi Negeri Tirai Bambu. Sebelumnya, Bank Sentral China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan likuiditas ke sistem perbankan sebesar 502 miliar yuan atau setara Rp 1.058,2 triliun dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Suntikan tersebut merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.
Sementara dari dalam negeri, sepertinya pelaku pasar menyambut positif rencana “operasi” penyelamatan rupiah oleh pemerintah. Demi mengurangi beban impor yang bisa menekan rupiah, pemerintah berencana menunda proyek-proyek infrastruktur non-strategis. Tampaknya pasar menyadari bahwa penundaan proyek-proyek non-strategis perlu dilakukan mengingat prioritas pemerintah dan Bank Indonesia (BI) saat ini adalah menjaga stabilitas rupiah.
Analisis Teknikal IHSG
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal pergerakan IHSG selama sepekan kemarin terlihat positif dengan mencatatkan kenaikan lima hari beruntun. Selain itu, IHSG juga terlihat mulai menutup gap pada level 5.948-5.987 dan kembali mendekati level psikologis 6.000.
Pergerakan IHSG terlihat behasil menembus dan mampu bertahan di atas garis MA 60 menandakan adanya potensi uptrend setelah berada dalam major downtrend sejak akhir Februari lalu.
Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terpantau masih bergerak naik dan berada di sekitar area netral mengindikasikan sinyal kenaikan IHSG masih cukup kuat. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.