Bareksa.com – Memasuki bulan ke tiga tahun ini, pasar modal Indonesia baru mencatat dua anggota baru emiten saham. Dua perusahaan itu adalah PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM) dan PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS).
Catatan itu memang lebih baik ketimbang periode yang sama tahun lalu. Pada saat itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) baru mencatat satu anggota baru yakni PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT) yang IPO pada 16 Maret 2017.
Terlepas dari pencatatan saham, hingga Rabu, 7 Maret 2018, BEI telah mencatat 10 emisi obligasi dan sukuk yang dirilis oleh sembilan emiten senilai total Rp21,24 triliun.
Obligasi terbaru adalah milik PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) yakni obligasi berkelanjutan III tahap IV senilai Rp2,16 triliun. Obligasi ini terdiri dari tiga seri, yakni seri A Rp946 miliar dengan tingkat bunga tetap 6,4 persen per tahun dan jangka waktu 370 hari, kemudian seri B Rp253 miliar dengan tingkat bunga tetap 7,25 persen per tahun dan jangka waktu 2 tahun, serta seri C Rp966 miliar dengan tingkat bunga tetap 7,6 persen per tahun dan jangka waktu 3 tahun.
Atas pencatatan obligasi BFI Finance ini maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 354 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp401,90 triliun dan US$47,5 juta yang diterbitkan oleh 114 Emiten.
Sementara, Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 92 seri dengan nilai nominal Rp2.138,17 triliun dan US$200 juta. Serta Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp9,93 triliun.
Berdasarkan data BEI, emisi obligasi dan sukuk tahun ini lebih tinggi 36,86 persen ketimbang periode Januari – 7 Maret 2017. Saat itu, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat adalah 8 emisi dari 8 emiten senilai Rp15,52 triliun.
Negative Return
Menurut riset Indonesian Bond Pricing Agency (IBPA), Indonesia Composite Bond Index (ICBI) pada perdagangan pekan keempat Februari ditutup di level 242,5843 atau turun 0,3 persen (week on week/wow) dari pekan sebelumnya.
Penurunan tersebut disebabkan oleh kinerja indeks total return obligasi pemerintah (INDOBeXG-TR) yang turun 0,31 persen (wow) dan obligasi korporasi (INDOBeXC-TR) turun 0,27 (wow).
Pasar obligasi telah melemah selama enam pekan berturut-turut sehingga secara tahun berjalan, instrumen obligasi domestik ini mencatatkan negative return sebesar 0,16 persen (ytd).
Menurut IBPA, turunnya kinerja pasar selama sepekan didorong oleh respons negatif pasar terhadap rilis testimoni pertama Gubernur baru The Fed Jerome Powell yang mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan lebih agresif seiring pertumbuhan ekonomi jangka pendek, solidnya pasar tenaga kerja, dan daya kenaikan inflasi AS yang lebih cepat.
Sentimen bernada hawkish tersebut memicu peningkatan antisipasi risiko dan aksi jual investor. Bahkan, rilis inflasi Indonesia periode Februari pada pertengahan pekan yang turun ke level 3,18 persen (yoy) belum sanggup meredakan tekanan di pasar. (AM)