Saham ARTI Mentok Rp50 Saat Ratu Prabu Mau Bangun LRT, Sesuaikah Dengan Kinerja?

Bareksa • 09 Jan 2018

an image
Seorang karyawan beraktivitas di dekat tayangan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Ambrolnya saham ARTI tertekan sejak kinerja Ratu Prabu Energi yang jeblok hingga 89 persen

Bareksa.com - Nama Ratu Prabu sedang mencuat sejak pernyataan niat ingin membangun membangun proyek light rail transit (LRT) dengan nilai investasi mencapai Rp405 triliun. Perusahaan yang dikendalikan oleh Burhanuddin Bur Maras ini memiliki entitas anak tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI), yang harga sahamnya mentok di level terbawah pasar reguler.

Sebelumnya diberitakan bahwa Burhanuddin Bur Maras mendatangi Balai Kota DKI Jakarta untuk menemui Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno. Menurutnya, pembangunan LRT sepanjang 400 km terbagi ke dalam 3 fase. Salah satu rutenya dari Jakarta menuju ke bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng.

Berita ini menarik, pasalnya, hingga saat ini harga saham ARTI mentok di level Rp50 per lembar, level terendah di pasar reguler Bursa Efek Indonesia. Mengingat besarnya rencana proyek tersebut, Bareksa pun menelusuri laporan keuangan emiten minyak dan gas ini untuk melihat kekuatan pendanaannya.

Saham ARTI pertama kali menyentuh level gocap pada 4 November 2016. Meski sempat berfluktuasi dan mencapai level Rp61 pada Februari 2017, saham emiten minyak dan gas ini kembali anjlok dan enggan bergerak lagi dari dasar. Hal ini pun seiring dengan kinerja keuangannya yang memble.

Grafik: Pergerakan Harga Saham ARTI Sejak Penawaran Perdana (IPO)

Sumber: Bareksa.com

Berdasarkan laporan keuangan sembilan bulan yang berakhir 30 September 2016, laba bersih perusahaan tercatat Rp1,55 miliar, jeblok 89 persen dibandingkan Rp14,1 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

Penurunan laba tersebut diakibatkan oleh pendapatan yang melorot. Total pendapatan emiten bersandi saham ARTI itu turun 20 persen menjadi Rp169,19 miliar.

Kendati pendapatan susut, beban pokok tetap mencatat kenaikan 5,7  persen menjadi Rp89,83 miliar. Alhasil, laba kotor Ratu Prabu turun hingga 37 persen menjadi Rp79,35 miliar.

Setelah ditelusuri, ternyata penurunan pendapatan tersebut akibat anjloknya bisnis minyak dan gas sehingga perusahaan hanya bertopang pada segmen properti. Pendapatan jasa konsultan perminyakan yang sebelumnya menjadi penopang utama turun 26 persen menjadi Rp60 miliar dari sebelumnya Rp80,7 miliar. Selain itu, jasa perminyakan turun 85 persen menjadi Rp4,4 miliar dari sebelumnya Rp26,7 miliar.

Maka dari itu, hingga September 2016, pendapatan ARTI paling besar disumbang sewa ruang kantor sebanyak Rp91 miliar. Angka itu meningkat 22,18 persen berkat perpanjangan durasi sewa dari PT Thiess Contractors Indonesia.

Durasi sewa diperpanjang selama 42 bulan dengan sewa per bulan mencapai US$61.190. Tambahan sewa dari Thiess sekaligus membuat perusahaan itu menyumbang 8,66  persen terhadap total pendapatan perseroan. (Baca Utang dari 3 Bank Asing, Beban Keuangan Ratu Prabu Energi Berpotensi Turun)

Untuk diketahui, Ratu Prabu memiliki dua gedung perkantoran yang disewakan di bilangan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Di sisi lain, bisnis yang terkait dengan minyak kompak mengalami penurunan. Pendapatan dari jasa konsultan minyak turun 26  persen, sewa rig turun 53  persen, dan jasa minyak lainnya juga melorot 83  persen.

Grafik: Pendapatan dan Laba Perushaan

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

Adapun, pada kuartal III 2017 kinerja ARTI mulai membaik dengan adanya kenaikan laba hingga 85 persen menjadi Rp2,2 miliar namun belum dapat mendorong harga saham ARTI yang hingga saat ini berada di level Rp50.

Kini, kabar mengenai ARTI pun belum bisa mendorong harga saham karena klarifikasi dari perseroan yang menyebut rencana untuk pembangunan LRT tersebut ada di level induk usaha. Namun, sejak perdagangan 5 Januari 2018, transaksi saham ARTI langsung mengalami lonjakan baik dari sisi volume dan nilai. Saat itu, volume transaksi saham ARTI mencapai 97.851 lot dalam sehari atau bernilai Rp489,25 juta. (Baca juga Bukan ARTI yang Akan Bangun LRT Rp405 Triliun, Ini Kata Bos Ratu Prabu)

Catatan transaksi tersebut menjadi yang tertinggi sejak 14 September 2017 saat volumenya mencapai 101.303 lot dengan nilai Rp506,51 juta. (Lihat Sejak Kabar Ratu Prabu Bangun LRT, Volume Transaksi Saham ARTI Melonjak)

Pada perdagangan kemarin (Senin, 8 Januari 2017), transaksi saham ARTI kembali meningkat. Meski harganya masih mentok di Rp50, volume dan nilai transaksi saham ARTI telah mencapai 133.240 lot atau bernilai Rp666,2 juta.

Sejauh ini, banyak investor melakukan aksi beli saham ARTI melalui broker Mega Capital Sekuritas dengan volume 31.360 saham. Adapun transaksi jual saham ARTI dilakukan melalui broker Buana Capital Sekuritas dengan volume 50.000 saham. (hm)