BNP Paribas Memprediksi IHSG Tahun Depan Tembus 6.600
Sektor konsumer diperkirakan bakal menjadi pendorong pertumbuhan indeks saham
Sektor konsumer diperkirakan bakal menjadi pendorong pertumbuhan indeks saham
Bareksa.com - PT BNP Paribas Investment Partner Indonesia memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa mencapai 6.500-6.600 tahun depan. Sektor konsumer diperkirakan bakal menjadi pendorong pertumbuhan indeks saham.
Director and Head of Equity BNP Paribas Investment Partner, Aliyahdin Saugi, menjelaskan pertumbuhan laba emiten tahun depan diperkirakan akan mencapai 10-12 persen. Hal itu ikut mendorong pertumbuhan IHSG.
"IHSG masih bisa tumbuh sekitar 10 persen, sesuai dnegan kenaikan laba emiten. Indeks bisa mencapai sekitar 6.600," kata Aliyahdin di Jakarta, Kamis, 23 November 2017. (Baca : Meski Transaksi Sepi, IHSG Nyaris Tembus 6.100)
Proyeksi pertumbuhan IHSG sekitar 10 persen juga mempertimbangkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan 5,2-5,3 persen.
Menurut Aliyahdin, sektor konsumer akan menjadi pendorong pertumbuhan indeks saham tahun depan. Dia menilai perputaran uang di masyarakat tahun depan akan lebih banyak.
Salah satu faktornya adalah belanja pemerintah di bidang sosial pada 2018 akan naik. Hal itu akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga lebih berani berbelanja.
Perusahaan sektor industri rokok, mie dan bahan makananan lainnya akan ikut terimbas positif meningkatnya daya beli. "Sektor konsumer akan positif, terutama perusahaan bahan pokok dan turunannya," jelas Aliyahdin. (Lihat : IHSG Capai 6.000 Tapi Pertumbuhannya Masih Tertinggal dari Bursa Dunia)
IHSG Periode 24 November 2016 - 23 November 2017
Sumber : Bareksa.com
Perhelatan Pilkada dan Perbaikan Ekspor
Selain meningkatnya belanja pemerintah di bidang sosial, pagelaran pemilihan kepala daerah (Pilkada) juga akan membuat uang yang beredar di masyarakat meningkat. Kemudian, satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah perbaikan ekspor. (Baca : Kekuatan Investor Domestik Jadi Pendorong IHSG Tembus 6.000)
Meningkatnya ekspor komoditas membuat daya beli masyarakat terdongkrak. Salah satu fenomena yang sudah terlihat adalah meningkatnya penjualan sepeda motor tahun ini setelah sebelumnya cenderung stagnan.
"Tahun depan seharusnya konsumer bagus, jika indeks keyakinan konsumen tinggi, daya beli juga akan tinggi," lanjutnya.
Sektor lain yang akan positif selain konsumer adalah perbankan. Sektor bank akan positif karena ekonomi Indonesia berpotensi membaik.
Membaiknya perekonomian domestik akan membuat cashflow dan balance sheet perusahaan membaik. Hal itu tentu akan berimplikasi positif terhadap industri bank karena kredit bermasalah (non-performing loan/ NPL) ikut membaik. Sehingga loan growth juga akan bagus.
Sektor telekomunikasi juga masih akan positif. Akan tetapi, dia memperkirakan kompetisi di sektor telekomunikasi tahun depan akan lebih ketat.
Sementara sektor konstruksi walau masih berpotensi meningkat, investor harus bisa memilah perusahaan yang cukup baik. Banyaknya proyek infrasturktur pemerintah akan mendorong industri konstruksi, tetapi investor harus melihat perusahaan apa saja yang memiliki cashflow positif. (Lihat : 2018, OJK Prioritaskan Membuat Produk Derivatif Pasar Modal)
Risiko Pasar
Di tengah optimisme tahun depan, Aliyahdan menuturkan bakal ada risiko dari global. Risikonya adalah apabila bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), terlalu cepat meningkatkan suku bunganya. Sementara, pasar berekspektasi kenaikan suku bunga AS akan berlangsung gradual.
Sementara itu, risiko inflasi meningkat di atas target apabila dolar AS menguat secara tiba-tiba. Kenaikan harga minyak mentah dunia juga berpotensi mendongkrak inflasi Indonesia.
Dari sisi politik, seharusnya akan berefek positif terhadap perekonomian. Akan tetapi ada juga kemungkinan sektor swasta menahan investasinya atau masyarakat cenderung takut membelanjakan uangnya. (Baca : Nilai Kapitalisasi Pasar BEI Sentuh Rekor Baru)
"Itu bisa membuat ekonomi melambat. Itu adalah risiko-risikonya, jangan dikesampingkan," terangnya. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.