Bareksa.com - Perusahaan digital rintisan (startup) mulai melirik pasar modal sebagai sarana menggalang dana untuk meningkatkan permodalan. Hal tersebut merupakan hal baru di Indonesia karena sebelumnya perusahaan startup digital lebih memilih modal ventura atau angel investor untuk menambah modal.
Terbaru, dua perusahaan startup digital, mengambil langkah untuk mencari dana di pasar modal. Hari ini, perusahaan perdagangan online PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) telah resmi tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, PT M Cash Integrasi sedang dalam proses penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) untuk mencari modal di Bursa.
Direktur Utama Kioson Komersial Indonesia, Jasin Halim menjelaskan, perseroan memilih langkah IPO saham sebagai game changing pembiayaan. "Kita mendapatkan tawaran dari perusahaan yang ingin masuk, tetapi karena ada perbedaan valuasi kita melihat jalur IPO merupakan cara paling fair mendapatkan harga pasar," ujarnya di Jakarta, Kamis, 5 Oktober 2017.
Selain bermanfaaat bagi perseroan, dia menilai langkah Kioson melakukan IPO saham bermanfaat bagi investor ritel. Selama ini perusahaan-perusahaan startup digital lebih memilih modal ventura dan angel investor sebagai sarana meningkatkan modal.
Melalui IPO saham, investor ritel dapat ikut menikmati pertumbuhan luar biasa (hypergrowth) perusahaan digital rintisan seperti yang telah terjadi di Indonesia dalam empat tahun terakhir. Dalam proses IPO, mayoritas pemegang saham Kioson merupakan investor ritel.
Kioson memperoleh dana sebesar Rp 45 miliar melalui IPO saham. Perseroan mendapatkan dana tersebut usai menerbitkan 150 juta unit saham, setara 23,07 persen dari modal disetor, dengan harga pelaksanaan Rp 300 per saham.
Saat penawaran saham kepada publik, saham Kioson mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 10 kali. Setelah listing di BEI, Kioson masuk dalam sektor trade service & investment dan subsektor retail trade.
Usai dicatatkan di BEI, saham Kioson langsung melejit menuju harga Rp 450 per saham, tumbuh 50 persen dari harga pembukaan sebesar Rp 300 per saham. Peningkatan harga saham perseroan mencapai penolakan otomatis (auto rejection) batas atas BEI. (Baca juga: Kena Auto Rejection Saat Listing Perdana, Saham KIOS Dibeli Hanya 1 Broker)
Rencananya, perseroan akan menggunakan dana hasil IPO saham untuk modal kerja. Kioson juga mengalokasikan 78,95 persen dana IPO untuk mengakuisisi PT Narindo Solusi Komunikasi.
Direktur Keuangan Kioson, Setiawan Parikesit menerangkan bahwa akuisisi tersebut berperan strategis memperkuat infrastruktur perseroan. Narindo merupakan perusahaan yang fokus pada bisnsi agregator e-voucher.
"Artinya, Kioson telah menjaga bisnsi perusahaan sejak dari hulu, sehingga kami harapkan dapat mendukung bottom line Kioson," ujar dia.
Kioson merupakan perusahaan online to offline yang mempertemukan penjual dan konsumen melalui pasar atau kios di dunia maya. Hingga April 2017, Kioson telah melibatkan lebih dari 19.000 mitra pemilik usaha mikro, kecil dan menengah serta melayani lebih dari 2 juta pelangan di Indonesia.
Pendapatan Kioson per akhir April 2017 tercatat sebesar Rp 25,9 miliar dan masih membukukan kerugian. Perseroan menargetkan memperoleh laba dalam dua tahun mendatang.
Sementara itu, perusahaaan startup digital lainnya, M Cash Integrasi memulai proses due dilligence IPO saham hari ini, Kamis, 5 Oktober 2017. Rencananya, anak usaha dari PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) tersebut bakal melepas 216 juta saham baru, setara 25 persen dari modal disetor dengan harga penawaran Rp 1.300-1.450 per saham.
Dengan kisaran (range) harga tersebut, M Cash berpotensi memperoleh dana sebesar Rp 280-315 miliar dari publik. Perseroan mengklaim telah memiliki anchor investor yang siap membeli saham M Cash.
M Cash merupakan perusahaan kios digital. Mesin yang dikembangkan perseroan memudahkan masyarakat untuk mebeli produk digital, seperti pulsa, token listrik, dan membayar tagihan. Toko digital perseroan juga bisa digunakan untuk membeli kartu SIM. (hm)