2018, OJK Prioritaskan Membuat Produk Derivatif Pasar Modal
Otoritas bakal meluncurkan produk Indonesia government bonds future (IGBF) tahun depan
Otoritas bakal meluncurkan produk Indonesia government bonds future (IGBF) tahun depan
Bareksa.com - Otoritas Jasa Keuangan menilai produk lindung nilai (hedging) di pasar modal Indonesia untuk investor asing sudah sangat diperlukan sehingga menjadi salah satu prioritas OJK tahun depan. Otoritas bakal meluncurkan produk Indonesia government bonds future (IGBF) dan tengah mengkaji produk derivatif saham untuk memfasilitasi hedging investor asing.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal 2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Fahri Hilmi mengungkapkan, selama ini transaksi di pasar modal Indonesia lebih berat ke spot market, belum ada produk derivatif. Padahal, investor asing sangat membutuhkan instrumen derivatif untuk melindungi nilai investasinya di pasar modal Indonesia.
"Jadi investor asing yang memiliki posisi long di Indonesia nantinya memiliki opsi alternatif untuk hedging," katanya di Jakarta, Selasa, 31 Oktober 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
Selama ini investor asing melakukan hedging investasinya di Singapura dan Hong Kong. Oleh sebab itu, tahun depan OJK memprioritaskan membuat regulasi baru terkait produk derivatif yang ditujukan untuk investor asing sebagai bagian dari pendalaman pasar (market deepening).
Adanya produk derivatif saham dan obligasi di Indonesia akan berimplikasi pada pergerakan rupiah. Apabila investor asing aktif melakukan hedging di luar negeri, hal itu akan membuat risiko terhadap rupiah karena rupiah diperdagangkan di luar negeri tanpa dikontrol Bank Indonesia (BI).
"Kita harus ciptakan market-nya di sini," lanjut Fahri.
Produk derivatif yang paling konkret yang bakal diluncurkan tahun depan adalah IGBF, instrumen derivatif untuk pemegang surat utang di Indonesia. OJK masih mengkaji sejumlah opsi produk derivatif saham.
Fahri mengatakan bahwa investor asing tidak pernah mengalihkan (switching) instrumen investasinya di Indonesia. Apabila investor asing membeli saham, maka di kemudian hari saat mereka mengambil untung (profit taking), investor asing tidak akan mengalihkan dananya ke surat utang. Begitu pula sebaliknya.
Investor asing sangat memegang mandatnya dalam berinvestasi, apabila mandatnya berinvestasi di saham, asing hanya akan masuk ke instrumen saham. "Kalau mereka keluar dari pasar saham, mereka keluar saja. Kita sudah telusuri dan tidak ada investor asing yang switching," katanya.
Perilaku investor asing berbeda dengan investor lokal. Pelaku pasar domestik sudah sangat biasa mengalihkan dananya ke dalam berbagai instrumen investasi.
Tiga Fokus OJK
Menurut Fahri, OJK akan fokus meningkatkan tiga hal, yaity supply, demand dan infrastruktur.
Dia mengatakan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum lama ini mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada level 6.042. Akan tetapi konsekuensinya adalah rasio harga dibandingkan saham per lembar (price-to-earning ratio/ PER) IHSG mahal, bahkan lebih mahal dari Singapura dan Malaysia. (Baca juga: IHSG Capai 6.000 Tapi Pertumbuhannya Masih Tertinggal dari Bursa Dunia)
Untuk itu OJK akan terus mendorong penambahan supply dengan menambah instrumen baru. Seperti pada Agustus tahun ini ada instrumen investasi baru, yakni kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) jalan tol dan sekuritisasi aset PT Perusahaan Listrik Negarar (PLN).
Kedua, dari sisi demand OJK akan terus menyosialisasikan pasar modal kepada masyarakat. Menurut Fahri, upaya otoritas menyosialisasikan investasi di pasar modal mulai tampak hasilnya saat ini, jumlah investor ritel mulai meningkat.
Sementara dari sisi infrastruktur, otoritas bekerjasama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memperbaiki engine di bursa. OJK akan ikut aktif memperbaiki sistem di BEI sehingga tidak lagi terjadi error saat perdagangan saham. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.