Bareksa.com – Optimisme Bursa Efek Indonesia (BEI) mematok target 35 pencatatan saham perdana alias initial public offering/IPO pada 2017, mendapat titik terang. Setidaknya, ada dua perusahaan yang akan IPO pada kuartal I dengan menggunakan laporan keuangan September 2016.
Dua perusahaan tersebut adalah PT Bintraco Dharma dan PT Nusantara Pelabuhan Handal. Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat, keduanya telah melakukan presentasi kepada otoritas bursa, atau yang biasa disebut mini expose, untuk menggelar IPO dengan emisi 20 persen dari modal disetor.
“Sekarang mereka tinggal menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” terang Samsul, Rabu, 21 Desember 2016.
Sayang, Samsul belum menyebut target dana yang akan diraup kedua perusahaan itu. Yang jelas, baik Bintraco dan Nusantara Pelabuhan bakal mendapat keistimewaan berupa diskon listing fee, karena terkait kebijakan BEI soal tax amnesty.
Informasi saja, Bintraco adalah holding company bagi beberapa anak perusahaan besar seperti PT Nasmoco (founder dealer Toyota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) dan PT Andalan Finance Indonesia dan beberapa perusahaan joint venture seperti PT Toyota Tshuso Logistic Center-Nasmoco Transport, PT Bayauc Nasmoco Investindo dan lain-lain.
Sementara itu, PT Forza Land Indonesia yang dikabarkan menunda IPO tahun ini, juga masih memungkinkan untuk merealisasikan rencana tersebut pada tahun depan. “Jadi, mereka tinggal tentukan waktunya saja karena sudah due dilligence dan menunggu efektif dari OJK,” imbuh Samsul.
Di sisi lain, BEI telah menutup IPO di tahun 2016 dengan catatan 16 emiten baru dengan total nilai Rp12,1 triliun. Meski jumlah emiten tidak capai target, nilainya naik 7,1 persen ketimbang emisi IPO tahun 2015 Rp11,3 triliun. Adapun PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA) menjadi emiten terakhir yang mencatatkan saham perdana.
Tabel: Penghimpunan Dana dari Pasar Modal hingga 19 Desember 2016
Sumber: BEI
Kondisi Baik
Secara umum, Samsul menilai kondisi pasar modal tahun ini dengan valuasi dan pricing yang bagus, akan menarik minat perusahaan untuk IPO. “Angka terakhir, valuasi dengan harga yang terbentuk di pasar sudah baik. Artinya, untuk beberapa industri kalau pun menawarkan harga mahal, pasti akan diserap investor,” ujarnya.
Kondisi tersebut pun akan didukung oleh beberapa indikator yang masih positif, baik dari sisi ekuitas, maupun surat utang (yield curve yang masih rendah). Dengan begitu, lanjut Samsul, maka potensi aksi korporasi tahun depan masih baik.
Samsul pun mengungkapkan beberapa potensi seperti beberapa sumber dana segar dari pension fund Rp54 triliun (reallocation & growth), asuransi Rp85 triliun (reallocation & growth), reksa dana Rp18 triliun (growth), dan tax amnesty Rp55 triliun (5 persen allocation). Baca juga: Dana Rp212 Triliun Berpotensi Masuk Bursa Tahun Depan
(hm)