Penguatan Dolar Yg Bersamaan Dengan Pelemahan Yen Buruk Untuk Negara Berkembang

Bareksa • 17 Nov 2014

an image
Bursa Efek Indonesia (Bisnis.com)

Pasar saham di negara-negara berkembang selalu ambrol pada saat dolar AS menguat bersamaan dengan Pelemahan Yen Jepang.

Bareksa.com - Tren penguatan nilai dolar Amerika Serikat yang sedang terjadi bersamaan dengan pelemahan Yen Jepang telah menyebabkan kekawatiran terjadinya instabilitas di negara-negara berkembang.

Keadaan seperti ini dipercayai dapat melemahkan pilar-pilar penyangga indeks bursa saham di negara-negara berkembang, yaitu: nilai mata uang yang stabil, biaya dana yang murah, dan kegiatan carry trade, menurut laporan riset yang ditulis oleh analis Viktor Shvets dan Chetan Seth, CFA dari Macquarie Capital Securities.

Dalam keadaan pasar keuangan yang stabil, banyak investor mencari untung dengan melakukan carry trade, yaitu meminjam dana dalam mata uang dengan suku bunga rendah, seperti Yen Jepang, dan menanam dana pinjaman tersebut di instrumen investasi di negara-negara berkembang yang memiliki tingkat suku bunga yang tinggi, seperti Indonesia.

Kegiatan carry trade memberikan dampak capital inflow di negara dimana dana diinvestasikan. Tapi sayangnya, penguatan dolar AS dan pelemahan nilai mata uang di negara-negara berkembang menyebabkan investor menghindar melakukan carry trade.

Seberapa cepat dan mendadaknya kelanjutan pergerakan penguatan dolar AS dan pelemahan Yen di waktu yang akan datang akan menentukan seberapa besar indeks bursa saham negara-negara berkembang akan terganggu, masih menurut laporan riset Macquarie.

"Penguatan dolar AS yang berlanjut memberikan dua pilihan bagi negara-negara berkembang: ikut mengarahkan mata uangnya agar menguat seiring dengan dolar AS -- yang berarti mengundang resiko pengereman laju perekonomian dalam negeri -- atau membiarkan mata uangnya melemah, yang berarti dapat memancing capital flight," tulis Viktor dan Chetan dalam laporan riset yang dikirim ke investor.

Sementara, mereka menambahkan, pelemahan Yen akan membuat produk dari Jepang lebih kompetitif dibanding barang ekspor negara-negara berkembang.

Data historis menunjukan bahwa indeks saham negara-negara berkembang selalu ambrol setiap kali ada penguatan dolar AS dan pelemahan Yen pada saat yang bersamaan, yaitu pada tahun 2008, 2000, dan 1997.  

Aliran dana investor global menunjukan bahwa sell-off yang moderat terjadi di Sep-Okt, tetapi sekarang pada bulan November ini sudah berbalik dengan adanya peningkatan aliran dana masuk ke negara-negara berkembang walaupun masih kecil. Padahal aliran dana investor ke negara-negara maju sekarang ini sedang meningkat signifikan.

Secara umum, sekarang ini Taiwan, India dan Indonesia dalam keadaan overbought, sementara Thailand dan Malaysia terlihat oversold, menurut Macquarie Capital.