Bareksa.com - Penurunan harga minyak dunia saat ini membantu menghemat anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Menurut Harry Su, Head of Research PT Bahana Securities, turunnya harga minyak dunia membuat Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hanya perlu menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000 per liter untuk memperoleh penghematan anggaran sekitar Rp103 triliun.
Sebelumnya sempat disampaikan Jokowi yang berencana menaikkan harga BBM hingga Rp3.000 per liter untuk menghemat anggaran guna membiayai sektor-sektor yang lebih produktif seperti sektor infrastruktur, kesehatan, pendidikan dan Usaha Kecil Menengah (UKM).
Harry Su menilai dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000 per liter akan mengakibatkan kenaikan inflasi sebesar 8,38 persen, naik 288 basis poin (bps) dari level saat ini sebesar 5,5 persen.
"Impaknya pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi 4,94 persen," tambah Harry Su dalam acara Market Outlook hari ini.
Harry Su menambahkan, berdasarkan data historis kenaikan harga BBM 2005-2013, semakin tinggi presentase kenaikan harga BBM justru pengaruh ke pasar saham lebih kecil dan pemulihan berlangsung lebih cepat. "Sebagai contoh kenaikan pada Oktober 2005 hingga 96 persen, koreksi di IHSG hanya 6,1 persen dan masa recovery hanya 2 bulan."
Kenaikan harga BBM yang tinggi justru dapat menambah jumlah dana yang dihemat Pemerintah sehingga pengaruh perbaikan di fundamental ekonomi lebih terasa, tambah Harry Su.
Grafik Data Inflasi Tahunan
Sumber: Bareksa.com
Sektor-sektor mana saja yang akan terpengaruh kenaikan BBM?
Leo, analis Bahana Securities memperkirakan sektor otomotif dan properti yang akan terkena dampak terbesar. Meningkatnya harga BBM mendorong kenaikan inflasi sehingga menurunkan daya beli masyarakat.
Kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII) di kuartal ketiga ini akan sudah mulai terasa perlambatannya, tambah Leo. "Pendapatan kuartal ketiga mungkin bisa turun 10-20 persen secara kuartalan walaupun secara tahunan masih tumbuh. Di kuartal keempat baru akan lebih besar dampaknya."
Berdasarkan back test yang dilakukan Bahana Securities, berdasarkan kenaikan harga BBM periode 2005-2013, tiga bulan sebelum kenaikan harga BBM saham-saham yang mengalami kenaikan diantaranya berasal dari sektor minyak dan gas bumi, batubara, peternakan dan infrastruktur dan telekomunikasi. Sementara yang mengalami penurunan adalah sektor otomotif, properti dan semen.
Tetapi tiga bulan setelah kenaikan harga BBM, saham-saham yang mengalami kenaikan adalah sektor minyak dan gas bumi, telekomunikasi, otomotif dan bank. Sementara yang mengalami penurunan diantaranya dari sektor peternakan, infrastruktur, properti dan semen. (np)