SUN Pekan Ini Diprediksi Masih Bearish; Politik Tidak Stabil, Rupiah Lemah

Bareksa • 06 Oct 2014

an image
Karyawan mengamati layar IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

SUN pekan ini juga akan dipengaruhi oleh faktor global -- kenaikan the Fed Rate yang dapat memicu capital outflow

Bareksa.com - Pasar Surat Utang Negara (SUN) pekan ini diprediksi masih akan terus dibayangi oleh pola bearish, dikarenakan oleh kondisi dalam negeri terkait keadaan politik yang tidak baik, dan nilai rupiah yang masih bertahan di atas Rp12.000 per dolar Amerika.

Pergerakan pasar diprediksi juga akan semakin volatile karena dipicu oleh faktor trading di pasar. "Pekan ini, pelaku pasar akan lebih memilih masuk ke tenor pendek," kata analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ayu Ajeng, Jakarta.

Hasil rapat paripurna DPR pada Kamis lalu (2/9) yang memutuskan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Golkar, sementara empat wakilnya masing-masing dari Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sosial, dan Partai Amanat Nasional diperkirakan memicu kekhawatiran pelaku pasar akan dipersulitnya pelaksanaan kebijakan-kebijakan atau program-program Presiden terpilih Joko Widodo. Di sisi lain, rupiah terus melemah. Bahkan pada penutupan Jumat (3/10) akhir pekan lalu, rupiah berada di level Rp12.178 per dolar Amerika.

Pasar SUN pekan ini juga akan dipengaruhi oleh faktor global, terutama terkait dengan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, the Fed Rate, yang dapat memicu capital outflow dan pelemahan Rupiah.

Perdagangan obligasi pekan sebelumnya diwarnai pola bearish yang disebabkan oleh minimnya sentimen positif di pasar. Kondisi tersebut tercermin dari turunnya indeks harga obligasi pekan ini sebesar -1,35 persen week-on-week (wow), atau jauh lebih rendah dibanding penurunan pekan sebelumnya yang tercatat sebesar -0,02persen wow. Indeks yield efektif pekan kemarin turut terdorong naik lebih tinggi, yakni 2,63 persen wow dibanding pekan sebelumnya yang naik sebesar 0,06 persen wow.

Tekanan pekan kemarin dipengaruhi oleh fluktuasi pasar yang memang sudah terjadi sejak pekan sebelumnya yakni terkait the Fed Rate yang kemungkinan akan naik lebih cepat dari rencana awal, serta pelemahan Rupiah yang telah menembus level psikologisnya yaitu di level Rp12.000 per dolar AS. Pasar semakin tertekan dengan situasi politik “panas” dalam negeri dan rilisnya data neraca perdagangan Indonesia bulan Agustus yang tercatat defisit USD310juta.  

Obligasi Korporasi Ikut Bearish

Sama halnya seperti yang dialami oleh pasar SUN, pergerakan obligasi korporasi dalam sepekan terakhir mengalami bearish.

Rata-rata yield sepanjang tenor 1 hingga 10 tahun terdorong naik sebesar 19,9 basis poin wow, yang disumbang oleh naik paling tingginya rata-rata yield pada tenor panjang hingga 24,6 basis poin wow.

Sedangkan berdasarkan ratingnya, dorongan yield paling tinggi dialami oleh rating AAA yang naik sebesar 22,1 basis poin, disusul BBB dengan kenaikan 20,5 basis poin, AA sebesar 20,4 basis poin dan A naik sebesar 16,5 basis poin. Obligasi berseri PPLN08A dengan rating AAA tercatat mengalami kenaikan yield 61,6 basis poin wow, paling tinggi diantara seri lainnya dengan rating yang sama.

Sementara seri dari rating BBB yang mencatatkan peningkatan yield paling tinggi yakni BCAP01CN1 sebesar 19,0 basis poin wow. (QS)