Bareksa.com - Nilai tukar rupiah pagi tadi berfluktuasi dan sempat menguat hingga ke level Rp11.685 per dolar Amerika sebelum adanya pengumuman mengenai data inflasi dan neraca perdagangan, ungkap Ariston Tjendra, Head of Research PT Monex Investindo.
Namun setelah adanya keluarnya data inflasi dan neraca perdagangan, nilai tukar rupiah kembali flat ke level Rp11.700 per dolar Amerika pada penutupan hari ini. Menurut Ariston, hal tersebut disebabkan investor masih menanti kebijakan moneter dari Bank Euro serta data - data ekonomi Amerika. "Saat ini fokus investor masih tertuju oleh sentimen dari bursa luar sebelum menentukan transaksi".
Sementara itu, perdagangan obligasi pada hari ini cenderung ramai. Pada minggu lalu, market rally cukup lama dan pagi tadi terjadi aksi profit taking oleh investor, menurut Ezra Nazula, Fixed Income Analyst.
Menurut Ezra, obligasi tenor 5 tahun (FR0069) teraktif diperdagangkan hari ini dengan volume transaksi yang mencapai Rp 1,5 triliun. Sedangkan obligasi tenor 20 tahun (FR0068) mencapai Rp 1,2 triliun. Dan obligasi tenor 10 tahun (FR0070) tercatat volume transaksi mencapai Rp 1 triliun.
"Setelah adanya rilis data inflasi dan neraca perdagangan ini, perdagangan obligasi kian ramai, mengingat return dari obligasi negara masih sangat menarik," pungkas Ezra.
Berdasarkan data IBPA, harga wajar obligasi negara yang menjadi benchmark (acuan) mengalami peningkatan dengan kenaikan harga tertinggi ada pada obligasi tenor 20 dan 10 tahun masing-masing sebesar 50 dan 40 basis poin. (NP)