Bareksa.com - Benarkah ada “kutukan” harga emas selalu turun di bulan September? Harga logam mulia belakangan memang telah beberapa kali mencatat rekor tertinggi barunya sepanjang masa (all time high) bahkan menembus di atas US$2.500. Namun memasuki September 2024, harga logam kuning mulai melandai berada di bawah level psikologis US$2.500. Karena itu wajar jika ada anggapan emas sedang mengalami “kutukan” bulan September (September Curse).
Turunnya harga emas itu justru menandakan sedang diskon atau harganya sedang murah. Sehingga bagi investor yang jeli bisa membelinya di harga bawah. Apalagi secara historis dalam 10 tahun terakhir, periode 2014-2023, harga emas spot dunia mencatatkan penurunan sebanyak 7 kali dan hanya 3 kali mencatatkan kenaikan secara bulanan pada akhir September. Artinya peluang harga emas turun pada September mencapai 70%.
Menurut data Dewan Emas Dunia (World Gold Council) penurunan terdalam secara bulanan pada akhir September dibandingkan akhir Agustus terjadi pada 2022 lalu. Saat itu harga emas merosot 4,64% secara bulanan. Kemudian penurunan signifikan juga terjadi pada 2014 lalu, di mana penurunan logam mulia mencapai 4,47%. Kenaikan harga emas pada bulan September, di antaranya terjadi pada 2017 lalu dengan peningkatan 2,57%.
Tahun | Kinerja Emas bulan September | |
Emas Dunia | Emas Lokal | |
2014 | -4,41% | -1,44% |
2015 | 0,63% | 2,34% |
2016 | -1,12% | -0,62% |
2017 | 2,55% | -1,25% |
2018 | -0,23% | -0,11% |
2019 | 0,83% | -1,86% |
2020 | -2,35% | -1,66% |
2021 | -0,38% | -4,45% |
2022 | -4,68% | -0,92% |
2023 | -0,16% | -3,32% |
Average | -0,93% | -1,33% |
Sumber : World Gold Council & Emas lokal Treasury, kinerja MOM dibanding Agustus, diolah
Kisah serupa juga terjadi di emas dalam negeri. Menurut Tim Analis Bareksa, merujuk data harga emas Treasury dalam periode 10 tahun terakhir, harga emas dalam negeri juga tercatat mayoritas minus pada bulan September. Tercatat 9 kali harga emas domestik negatif dan hanya 1 kali mencatat kenaikan.
Artinya dalam 10 tahun terakhir, peluang harga emas dalam negeri mengalami penurunan mencapai 90% di bulan September. Rata-rata penurunan penurunan harga logam kuning di mata uang rupiah itu hingga 1,33% pada bulan terakhir di kuartal III itu.
Tim Analis Bareksa menyarankan agar momentum potensi penurunan harga emas di bulan September, bisa jadi kesempatan yang baik bagi investor untuk melakukan akumulasi pembelian. Sebab, seiring potensi penurunan suku bunga AS, maka biasanya akan menekan nilai tukar dolar AS melemah dan bisa mengerek naik harga emas. Apalagi mempertimbangkan prediksi harga emas tahun depan yang berpeluang reli. Maka potensi penurunan harga jangka pendek justru jadi kesempatan bagus untuk membeli emas.
Meskipun dibayangi “September Curse”, namun banyak ahli memperkirakan harga emas berpeluang kembali reli jelang akhir 2024 dan 2025. Ramalan itu mempertimbangkan kuatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang akan dimulai pada rapat Dewan Gubernur The Federal Reserve (FOMC) pada 18 September mendatang. Para analis menilai suku bunga Negara Paman Sam bakal dipotong 0,25-0,5% dari level saat ini 5,25-5,5%.
Suku bunga yang rendah berpotensi menekan dolar AS, sehingga emas jadi lebih murah bagi pembeli dengan mata uang selain dolar AS. Selain itu, emas juga didukung aksi borong oleh bank sentral negara-negara dunia, utamanya Tiongkok, seiring meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan memanasnya konflik geopolitik. Pada semester I 2024, aksi borong emas oleh bank sentral mencatat volume tertinggi mencapai 483 ton, mengalahkan rekor sebelumnya di paruh pertama 2023 yang mencapai 460 ton.
Emas juga didukung oleh meningkatnya minat investor ritel dalam berinvestasi di aset safe haven itu. Tidak hanya itu, industri perhiasan hingga elektronik, tercatat masih terus memborong. Ini masih ditambah permintaan yang lebih besar dari pasokan emas dunia, sehingga harganya berpeluang akan terus meningkat.
Salah satu prediksi bullish harga emas pada awal 2025 disampaikan oleh Goldman Sachs. Bank investasi raksasa asal Negara Paman Sam itu meramal harga emas bisa menembus US$2.700 per ounce pada awal tahun depan dengan 3 alasan. Yakni aksi borong emas oleh bank sentral akan berlanjut, pemotongan suku bunga The Fed akan mendorong investor asal negara-negara Barat berbondong-bondong memborong emas, serta ketakutan investor atas dampak besarnya utang Pemerintah AS, sehingga mereka akan mencari aset lindung nilai melalui emas.
Analis Citi Amerika lebih bullish dengan memperkirakan harga emas bisa menembus US$3.000 per ounce pada 2025. Menurut mereka, kenaikan itu akan ditopang oleh meningkatnya permintaan emas fisik, utamanya emas batangan dan koin. Analis Yardeni Research bahkan memasang target harga emas lebih ambisius di akhir 2025 yang bisa menembus US$3.500. Alasannya, mereka menilai inflasi saat ini memiliki pola yang sama seperti yang terjadi pada 1970-an, ketika harga-harga barang mulai melonjak dan emas pun meroket dari US$35 per ounce ke puncak tertinggi saat itu US$665 per ounce.
Dibandingkan saat ini (per 5/9/2024), di mana harga emas spot di kisaran US$2.495 per ounce, maka logam kuning punya potensi kenaikan 8,2% berdasarkan prediksi Goldman Sachs. Adapun dibandingkan prediksi Citi Amerika dan Yardeni Reserach, maka harga logam kuning masih punya potential upside masing-masing 20% dan 40%.
Saat ini negara-negara melalui bank sentralnya sedang ramai-ramai memborong emas guna mengantisipasi risiko ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Kamu juga ingin mengoleksi emas batangan? Salah satu cara mudah investasi emas adalah dengan memanfaatkan fitur Bareksa Emas yang tersedia di Bareksa.
Kamu bisa berinvestasi emas dari manapun dan kapanpun. Dalam menyediakan fitur Bareksa Emas, Bareksa bekerja sama dengan Pegadaian, Treasury, dan Indogold. Bareksa Emas sebagai alternatif pilihan investor untuk memiliki emas fisik yang bisa dibeli secara digital atau emas online.
Mitra pengelolaan emas di Bareksa Emas yaitu Treasury berlisensi sebagai pedagang emas digital dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan. Sementara Pegadaian dan Indogold juga memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Investasi emas secara online bukan berarti tidak ada wujudnya. Sekarang, setelah membeli emas digital di Bareksa Emas, Smart Investor juga bisa memiliki wujud fisiknya yang diantar langsung ke rumah dengan fitur Cetak Fisik.
Emas batangan yang tersedia di Bareksa Emas adalah emas murni dengan kadar 99,99%. Smart Investor dapat memilih emas Antam ataupun emas UBS untuk Tarik Fisik di Bareksa Emas. Jangan tunda lagi, terus tingkatkan investasi emas kamu dan raih potensi keuntungannya.
(Sigma Kinasih/Rahmat Hidayat/AM)
***
Ingin investasi emas dan reksadana di Bareksa?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.