Bareksa.com - Antara investasi di saham-saham Amerika Serikat (AS), US Treasury (Obligasi Pemerintah AS), dan emas, mana paling cuan? Setiap instrumen ternyata punya masa kejayaannya sendiri, termasuk emas yang kian menyala akhir-akhir ini.
Glowingnya logam kuning didorong menguatnya ekspektasi pemotongan suku bunga The Federal Reserve pada September, pelemahan ekonomi Abang Sam, ketidakpastian politik AS jelang Pemilu pada November, hingga konflik geopolitik Timur Tengah yakni Israel - Iran yang bersiap perang dan berpotensi membuat krisis Jazirah Arab bisa meluas.
Pemangkasan suku bunga bisa jadi sentimen positif buat emas sebagai instrumen investasi yang tidak memberikan imbal hasil. Selain itu, turunnya Fed Rate bisa mendorong pelemahan dolar AS, sehingga emas jadi lebih murah bagi pembeli dengan mata uang selain dolar. Adapun ketidakpastian politik, krisis ekonomi, hingga suasana politik justru menguntungkan emas sebagai salah satu aset safe haven.
Seperti dilansir kiplinger.com (23/5), Sejak tahun 1980-an, saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) berhasil mencatatkan kinerja jauh melampaui emas dan US Treasury. Dari tahun 1980 hingga 2023, indeks S&P 500, dengan dividen yang diinvestasikan kembali, mampu memberikan imbal hasil tahunan 11,7% sebelum inflasi dan setelah dipotong inflasi imbal hasilnya 8,2%.
Adapun kinerja Obligasi Negara AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun memberikan imbal hasil 5,6% dalam periode yang sama. Setelah kurangi angka inflasi, maka Obligasi Pemerintah AS 10 tahun mencatat return tahunan 2,4%.
Adapun emas dalam rentang waktu yang sama tidak begitu cemerlang. Dari tahun 1980 hingga 2023, logam kuning menghasilkan pengembalian tahunan 3,2% sebelum inflasi. Setelah disesuaikan dengan inflasi, emas mencatatkan imbal hasil 0,02%.
Sekali lagi, di era ini saham AS mampu mengalahkan kinerja emas dan Obligasi Pemerintah AS. Sejak tahun 1990 hingga 2023, S&P 500 menghasilkan total imbal hasil tahunan yakni kenaikan harga saham ditambah dividen mencapai 10,1% sebelum inflasi. Setelah dikurangi inflasi, maka imbal hasilnya jadi 7,3%.
Surat utang US Treasury 10 tahun menghasilkan pengembalian tahunan 4,2% di periode yang sama, Setelah dikurangi inflasi, maka imbal hasil tahunan Obligasi Negara AS 1,5%. Sementara itu, emas menghasilkan imbalan tahunan 5% sebelum inflasi. Setelah dipangkas inflasi, return tahunannya menjadi 2,3%. Kinerja logam kuning itu jauh lebih baik dari obligasi, namun masih tertinggal dari saham AS dengan selisih yang lebar.
Perlu dicatat harga emas sebenarnya turun sekitar 27% dalam 10 tahun antara tahun 1989 hingga 1999. Emas seringkali kehilangan nilainya di saat ekonomi sedang meningkat, seperti yang terjadi pada tahun 1990-an.
Awal abad ke-21 adalah masa keemasan logam mulia. Sejak 2000 hingga 2023, emas menghasilkan laba tahunan 8,7% sebelum inflasi. Jika dikurangi inflasi, maka imbal hasil investasi emas menjadi 6% per tahun.
Saham AS berada di posisi kedua dalam periode yang sama, dengan total imbal hasil tahunan 7% sebelum dipotong inflasi, atau 4,4% setelah memperhitungkan inflasi. Perlu dicatat, di masa ini, pasar saham sempat terdampak pecahnya dua gelembung, yakni bubble teknologi serta bubble real estate dan kredit yang dimulai sekitar tahun 2007.
US Treasury 10 tahun harus rela berada di posisi terakhir dalam 3 periode. Di periode 2000-2023, Obligasi AS memberikan laba tahunan sebelum inflasi 3,1%. Adapun setelah dikurangi inflasi, imbalannya hanya 0,5% per tahun.
Menurut riset Tim Analis Bareksa, berinvestasi emas dalam jangka 5 dan 10 tahun terakhir, berhasil mencatat keuntungan 90-148%. Hal ini membuktikan investasi emas jangka panjang memang sangat menarik. Periode waktu yang dianalisis ialah jangka waktu 1 Agustus 2019 hingga 1 Agustus 2024 dan 1 Agustus 2014 hingga 1 Agustus 2024. Tim Analis Bareksa melakukan simulasi pembelian emas senilai Rp100 juta pada 5 tahun dan 10 tahun lalu. Agar simulasi lebih akurat, imbal hasil dihitung dari perbandingan harga beli dengan harga jual kembali (buyback).
Hasilnya jika seorang investor membeli emas Rp100 juta pada 5 tahun lalu (1 Agustus 2019), saat itu harga emas Rp663.670 per gram, maka dia mendapatkan emas 150,68 gram. Harga beli dalam rupiah itu kemudian dibandingkan harga buyback saat ini (per 1 Agustus 2024) yang sudah naik jadi Rp1,26 juta per gram. Maka emas seberat 150,68 gram itu nilainya sudah naik jadi Rp190,12 juta. Artinya dalam 5 tahun terakhir, investasi emas di mata uang rupiah cuannya mencapai 90,12%.
Investasi Emas 5 Tahun dalam Rupiah
Nilai Investasi | Harga emas per 1 Agustus 2019 | Gramasi emas | Harga buyback 1 Agustus 2024 | Total Nilai Emas 1 Agustus 2024 | Kenaikan |
Rp100 juta | Rp663.670 | 150,68 gram | Rp1.261.815 | Rp190.126.870 | 90,12% |
Sumber : Bareksa Emas, diolah Tim Analis Bareksa
Tim Analis Bareksa kemudian menganalisis periode pembelian emas 10 tahun terakhir. Tercatat dengan uang Rp100 juta pada 10 tahun lalu, investor bisa membeli emas 196,5 gram, karena saat itu harganya masih Rp508,909 per gram. Kemudian saat ini ketika harga buybacknya sudah naik jadi Rp1,26 juta, maka emas yang seberat 196,5 gram itu nilainya sudah meroket jadi Rp247,94 juta. Dengan begitu, investor mendapatkan cuan hingga 148%.
Nilai Investasi | Harga emas per 1 Agustus 2014 | Gramasi emas | Harga buyback 1 Agustus 2024 | Total Nilai Emas 1 Agustus 2024 | Kenaikan |
Rp100 juta | Rp508.909 | 196,5 gram | Rp1.261.815 | Rp247.945.114 | 148% |
Sumber : Bareksa Emas, diolah Tim Analis Bareksa
Untuk diketahui, seiring kinclongnya harga emas dunia hingga beberapa kali mencatat rekor tertinggi sepanjang masa (all time high), Tim Analis Bareksa telah merevisi naik prediksi harga emas dalam negeri pada 2024 dari sebelumnya Rp1,15 juta hingga Rp1,25 juta per gram menjadi Rp1,5 juta per gram. Revisi naik itu mempertimbangkan menguatnya prospek pemangkasan suku bunga AS pada September dari sebelumnya 0,25% menjadi 0,5%. Saat ini Fed Rate di level 5,25-5,5%.
Karena itu, Tim Analis Bareksa menilai masuk akal jika harga emas global berpotensi menembus level US$2.700 tahun ini, atau berpotensi naik 30-40% dari level penutupan akhir tahun lalu di US$2.064 per troy ounce. Sepanjang tahun lalu, harga emas naik 13%.
(Christian Halim/Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin investasi emas dan reksadana di Bareksa?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.