Kenapa Harga Emas Naik Turun? Wajib Disimak Kalau Ingin Investasi Logam Mulia
Kondisi politik dan ekonomi adalah salah satu pemicu naik dan turunnya harga emas
Kondisi politik dan ekonomi adalah salah satu pemicu naik dan turunnya harga emas
Bareksa.com - Harga emas khususnya yang berupa emas batangan atau kerap disebut logam mulia, hari ini, Kamis (7/4/2022) baik yang cetakan Antam maupun UBS, terpantau mengalami penurunan. Ingin investasi logam mulia tapi bingung harga emas naik turun? Cari tahu penyebabnya dalam ulasan berikut.
Seperti dilansir Bisnis, harga emas 24 karat UBS ukuran terkecil yakni 0,5 gram dijual seharga Rp530.000, turun Rp2.000 dari posisi Rabu (6/4/2022). Sedangkan untuk emas Antam 24 karat ukuran 0,5 gram hari ini dibanderol seharga Rp563.000. Harga tersebut turun Rp17.000 dibandingkan harga kemarin.
Sementara harga emas UBS ukuran 1 gram, Pegadaian menjual seharga Rp994.000, turun Rp4.000 jika dibandingkan dengan sebelumnya. Untuk ukuran yang sama harga emas Antam Rp1.022.000 yang turun Rp31.000 dibandingkan harga sebelumnya.
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa Emas
Sementara itu, di Bareksa Emas, hari ini 7 April 2022, harga beli emas Pegadaian senilai Rp921.000 per gram, tidak berubah dibandingkan dengan harga kemarin. Adapun harga jual (buyback) emas Pegadaian hari ini juga tidak berubah di Rp893.000 per gram.
Baca juga Harga Emas Turun Tunggu Rilis Hasil Rapat The Fed, Namun Diprediksi akan Menguat
Penyebab Naik Turun Harga Emas
Jadi, apa saja sebetulnya yang membuat harga emas bisa naik turun sedemikian rupa? Berikut ulasannya yang Bareksa kutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK):
1. Ketidakpastian Kondisi Global
Berbagai situasi yang terjadi seperti politik, ekonomi, krisis, resesi, atau perang adalah salah satu pemicu naik dan turunnya harga emas. Mengapa begitu ya?
Sebagai contoh kasus, saat terjadi kerusuhan pada tahun 1998 dengan tujuan menjatuhkan kekuasaan Presiden Soeharto, harga emas menguat. Dalam kondisi ekonomi dan politik yang kacau balau seperti saat itu, emas seringkali dianggap sebagai penyelamat. Karena itulah saat terjadi krisis atau perang, biasanya harga emas akan melonjak naik.
Belakangan ini terjadi kita dihadapkan dengan berita kenaikan harga emas yang diakibatkan oleh situasi ketegangan bahkan perang antara Rusia dan Ukraina. Situasi ini menggenjot investor global berbondong-bondong untuk berinvestasi aset aman (safe haven), salah satunya emas. Tidak heran kalau harga emas naik karena memang peminatnya sedang banyak-banyaknya.
Namun, kala situasi mulai adem, safe haven seperti emas akan kekurangan peminat. Risk appetite investor datang lagi dan perburuan terhadap aset-aset berisiko pun dimulai. Harga emas bisa jadi akan turun nantinya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengakui lho bahwa emas kerap menjadi pilihan investor menghadapi ketidakpastian ekonomi global saat ini.
Setidaknya ada tiga alasan emas dipilih sebagai investasi manakala ekonomi sedang tidak menentu atau terdapat gejolak geopolitik. Pertama, nilai emas tetap terjaga meski terjadi inflasi atau deflasi. Kedua, nilai emas tetap terjaga meski terjadi krisis ekonomi atau perang.
Ketiga, permintaan akan emas tidak berkurang seiring dengan ketersediaan emas yang terbatas. Tak heran, pamor emas umumnya melejit ketika sedang krisis.
2. Penawaran Dan Permintaan Emas
Hukum penawaran dan permintaan juga berlaku pada emas. Lebih besar permintaan emas ketimbang penawarannya bikin logam mulia yang digemari ibu-ibu rumah tangga ini bakal naik. Sebaliknya, harganya akan turun apabila penawaran lebih besar daripada permintaannya.
Menariknya nih ketersediaan emas di dunia ini cukup terbatas. Selain dari hasil pertambangan juga berasal dari daur ulang emas. Ada dua versi hasil hitung dari total emas yang ada di dunia. Versi pertama dari Thomson Reuters GFMS yang menyebut angka totalnya mencapai 171.300 ton. Sementara versi kedua dari James Turk, pendiri Gold Money, yang memperkirakan jumlahnya mencapai 155.244 ton.
Baca juga Ada Selisih Harga Jual dan Beli Emas, Ini Tips Untung Investasi Logam Mulia
3. Kebijakan Moneter
Harga emas juga sangat tergantung dari kebijakan moneter yang diambil bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve atau secara informal disebut The Fed). Kebijakan moneter yang dimaksud adalah kebijakan menaikkan atau menurunkan suku bunga.
Kalau The Fed menurunkan suku bunga, emas berpotensi naik harganya. Sebab, dolar menjadi tidak menarik sebagai pilihan investasi dan orang-orang cenderung menempatkan uangnya dalam bentuk emas.
4. Inflasi
Inflasi adalah salah satu faktor utama yang membuat harga-harga barang semakin naik, hal ini juga berdampak pada harga emas. Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mahal pula harga emas.
Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang enggan menyimpan aset mereka dalam bentuk uang yang mudah kehilangan nilainya dan lebih memilih berinvestasi emas yang harganya cenderung stabil dan lebih aman ketika inflasi. Karena semakin diminati inilah, maka harga emas akan meningkat pula.
Sebagai gambaran, seperti dilansir Bisnis, harga emas di pasar internasional pada Rabu (6/4/2022), untuk kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, merosot US$6,5 atau 0,34 persen, menjadi ditutup pada US$1.927,50 per ounce.
Tak pelak ketika harga emas pasar internasional mengalami penurunan, demikian pula harga di dalam negeri. Meskipun demikian, harga emas domestik juga dipengaruhi faktor lainnya, seperti nilai tukar.
5. Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat
Harga emas dalam negeri mengacu pada harga emas internasional yang dikonversi dari dolar Amerika Serikat (AS) ke dalam mata uang rupiah. Oleh karena itu lah, harga emas sangat dipengaruhi oleh pergerakan rupiah terhadap dolar AS.
Jadi, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah maka harga emas lokal menguat atau tinggi. Sebaliknya, bila nilai tukar rupiah menguat, maka harga emas lokal cenderung turun.
Lihat juga Sambut Ramadan, Coba Fitur Khusus Investasi Syariah di Super App Bareksa
Bareksa Emas
Mau mulai melakukan diversifikasi investasi dengan berinvestasi logam mulia atau emas batangan? Jika tidak ingin repot membeli emas di toko, kamu bisa memanfaatkan fitur jual beli emas online yang kini sudah tersedia di BareksaEmas, yang bisa diakses melalui aplikasi Bareksa yang tersedia untuk ponsel (handset) berbasis iOS dan Android.
Di BareksaEmas, Bareksa telah bermitra dengan pedagang emas online yang menyediakan fasilitas titipan atau gadai, yaitu Pegadaian dan Indogold. Mitra pengelola emas ini sudah mendapat izin OJK sebagai salah satu usaha pergadaian (untuk penitipan emas).
Selain itu, emas yang diperjualbelikan Bareksa melalui fitur Bareksa Emas adalah logam mulia dengan kadar 99,99 persen yang diproduksi oleh ANTAM dan UBS. Emas batangan produksi ANTAM dan UBS sudah sering dijadikan alat investasi sehingga tidak perlu diragukan lagi keasliannya.
Sebagai tambahan informasi, BareksaEmas hadir bagi investor yang sudah terdaftar di Bareksa yang bisa membeli emas mulai dari ukuran 0,1 gram atau mulai dari Rp50.000 saja. Beli emas di Bareksa Emas juga berkesempatan meraih hadiah reksadana senilai hingga Rp400.000
Baca juga Gajian Beli Emas, Raih Reksadana hingga Rp400 Ribu di Bareksa
(Martina Priyanti/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.