Bareksa.com - Emas menjadi salah satu instrumen investasi paling banyak digemari masyarakat sebagai investor. Alasannya karena emas dianggap aman atau risk free, bahkan bagi orang awam yang baru mulai berinvestasi. Investasi emas khususnya yang berupa emas batangan atau kerap disebut logam mulia.
Anda juga ingin berinvestasi logam mulia tapi masih bingung dengan kenaikan dan penurunan harganya? Ada baiknya simak ulasan berikut agar bisa meraih cuan dari berinvestasi logam mulia.
Melansir resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ada lima faktor yang membuat harga emas bisa naik turun, yaitu:
Faktor pertama penyebab naik turunnya harga emas adalah berbagai situasi yang terjadi seperti politik, ekonomi, krisis, resesi, atau perang. Mengapa begitu? Sebab dalam kondisi ekonomi dan politik yang kacau balau, emas seringkali dianggap sebagai penyelamat.
Tak ayal, saat terjadi krisis atau perang, biasanya harga emas akan melonjak naik. Sebagai contoh, ketegangan antara Amerika dan China beberapa waktu lalu, sempat mendorong kenaikan harga emas di pasar dunia.
Contoh lainnya, harga emas di pasar dunia pada awal pekan ini karena adanya kekhawatiran atas kebangkrutan perusahaan properti China, Evergrande terus mendorong pembelian ke aset safe haven, salah satunya emas.
Selain itu, saat bersamaan, kenaikan emas juga terjadi menjelang pertemuan Federal Reserve yang dapat memberikan petunjuk tentang jadwal bank sentral untuk memotong stimulusnya terhadap ekonomi AS.
Kala peminatnya naik di mana para investor memburu emas karena dianggap salah satu safe haven, tak ayal harga emas naik. Sebaliknya, kala situasi mulai adem, maka aset safe haven seperti emas akan kekurangan peminat. Risk appetite investor datang lagi dan perburuan terhadap aset-aset berisiko pun dimulai. Harga emas bisa jadi akan turun nantinya.
Pada sebuah kesempatan, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengakui bahwa emas kerap menjadi pilihan investor di kala ketidakpastian ekonomi global saat ini. Setidaknya ada tiga alasan emas baru dipilih manakala ekonomi sedang tidak menentu atau terdapat gejolak geopolitik.Pertama, nilai emas tetap terjaga meski terjadi inflasi atau deflasi.
Kedua, nilai emas tetap terjaga meski terjadi krisis ekonomi atau perang. Ketiga, permintaan akan emas tidak berkurang seiring dengan ketersediaan emas yang terbatas. Makanya tak perlu heran kalau pamor emas umumnya melejit ketika sedang krisis.
Hukum penawaran dan permintaan juga berlaku pada emas. Kala lebih besar permintaan emas ketimbang penawarannya maka akan membuat logam mulia yang digemari ibu-ibu rumah tangga ini bakal naik. Sebaliknya, harganya akan turun apabila penawaran lebih besar daripada permintaannya.
Di sisi lain ketersediaan emas di dunia saat ini cukup terbatas.
Harga emas juga sangat tergantung dari kebijakan moneter yang diambil Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Saat The Fed menurunkan suku bunga, emas berpotensi naik harganya. Saat seperti itu, dolar menjadi tidak menarik sebagai pilihan investasi dan orang-orang cenderung menempatkan uangnya dalam bentuk emas. Begitu juga sebaliknya.
Inflasi adalah salah satu faktor utama yang membuat harga-harga barang semakin naik, hal ini juga berdampak pada harga emas. Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mahal pula harga emas.
Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang enggan menyimpan aset mereka dalam bentuk uang yang mudah kehilangan nilainya dan lebih memilih berinvestasi emas yang harganya cenderung stabil dan lebih aman ketika inflasi. Faktor semakin diminati inilah, maka harga emas akan meningkat pula.
Harga emas dalam negeri mengacu pada harga emas internasional yang dikonversi dari dolar Amerika Serikat (AS) ke dalam mata uang rupiah. Harga emas sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Maka, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah akan langsung diikuti harga emas lokal menguat atau tinggi. Sebaliknya, bila nilai tukar rupiah menguat, maka harga emas lokal cenderung turun.
Siap berinvestasi logam mulia atau emas batangan? Pastikan lebih dahulu instrumen investasi ini sesuai dengan profil risiko Anda ya.
(Martina Priyanti/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.