BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Rupiah Menguat, Investasi Indonesia Menarik Bagi Asing

Hanum Kusuma Dewi15 Januari 2021
Tags:
Rupiah Menguat, Investasi Indonesia Menarik Bagi Asing
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.

Indeks obligasi terkoreksi tipis; Stimulus AS dan permintaan minyak global bisa dorong ekonomi

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi dan investasi yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi Jumat, 15 Januari 2021.

Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berbalik menguat pada perdagangan pasar spot kemarin, setelah tertekan sejak di awal pembukaan. Penguatan rupiah menjadikan investasi Indonesia menarik di mata investor asing.

Pada Kamis (14/1/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.050/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 0,04 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Pada Rabu, rupiah sempat melemah 0,25 persen ke Rp 14.090/US$.

Promo Terbaru di Bareksa

Rupiah yang menguat terhadap dolar AS menjadi daya tarik bagi investor asing untuk menaruh dana mereka di pasar modal Indonesia, termasuk di pasar saham dan obligasi.

Di pasar saham kemarin, perdagangan terbilang ramai bahkan nilai transaksinya rekor mencapai Rp 28,2 triliun. Investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih senilai hampir Rp 400 miliar di pasar reguler.

Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan pasar saham Indonesia ditutup terkoreksi tipis di level 6.428,3 atau minus 0,11 persen, setelah mencatatkan apresiasi dalam 5 hari perdagangan beruntun sejak Jumat lalu.

Pasar SBN

Di pasar obligasi, harga instrumen investasi berpendapatan tetap di Tanah Air mengalami koreksi tipis. Harga obligasi yang turun bisa berpengaruh pada investasi reksadana pendapatan tetap yang mayoritas portofolionya adalah obligasi.

Dikutip dari CNBC Indonesia, terjadi penurunan indeks surat utang acuan INDOBeX yang turun 0,05 persen dari periode perdagangan sebelumnya.

Namun untuk Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang menjadi acuan harganya mengalami kenaikan. Surat utang pemerintah berdenominasi rupiah tersebut mencatatkan penurunan imbal hasil (yield) seiring dengan penurunan obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun.

Yield nominal SBN tenor 10 tahun yang memberikan kupon tetap sebesar 7 persen per tahun tersebut mengalami penurunan sebesar 0,008 poin dari 6,218 persen menjadi 6,21 persen.

Permintaan Minyak Global

Permintaan minyak dunia diperkirakan meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi global. Hal ini menjadi berita positif yang dapat mendorong investasi berbasis saham, terutama saham-saham energi dan komoditas. Reksadana berbasis saham juga secara tidak langsung merasakan penguatannya.

Dikutip dari oilprice.com, Organisasi Eksportir Minyak Dunia (OPEC) memperkirakan permintaan minyak dunia naik 5,9 juta barel per hari (bpd) pada 2021, dibandingkan sebelumnya 90 juta bpd di 2020. Perkiraan ini sama yang diutarakan bulan lalu, tetapi OPEC mewaspadai risiko pandemi yang masih berlangsung.

Permintaan minyak dari negara-negara maju akan naik 2,6 juta bpd tahun ini, terutama dipimpin Amerika Utara, sementara negara berkembang yang dipimpin China dan India akan mengalami peningkatan permintaan sebesar 3,3 juta bpd, menurut laporan bulanan OPEC.

Secara total, permintaan minyak dunia diperkirakan mencapai rata-rata 95,9 juta bpd di 2021, masih 5 juta bpd lebih rendah daripada level sebelum krisis di 2019.

"Permintaan minyak diperkirakan tidak akan pulih sepenuhnya dari penurunan 2020," tulis OPEC dalam laporannya yang memperkirakan permintaan 2020 telah anjlok 9,8 juta bpd menjadi rata-rata 90 juta bpd.

Stimulus AS

Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden mengungkap rencana paket stimulus yang dirancang untuk memulihkan perekonomian AS sebesar US$1,5 triliun dan bisa lebih. Rencana stimulus ekonomi ini juga positif bagi negara berkembang seperti Indonesia dan secara tak langsung mendorong pasar saham dan obligasi Indonesia.

Stimulus ini akan menyasar komunitas minoritas yang kesulitan selama pandemi corona. Penanggulangan dampak corona memang menjadi salah satu janji Biden saat kampanye.

Dikutip CNN Indonesia dari Reuters, Biden berjanji akan menangani pandemi lebih serius dari Presiden Donald Trump. Sehingga, rencana paket stimulus tersebut bertujuan untuk mewujudkan janji kampanye dengan masuknya sumber daya untuk peluncuran vaksin virus corona dan pemulihan ekonomi.

Pemerintahan baru akan bekerja dengan Kongres mengenai paket stimulus setelah Biden menjabat pada 20 Januari mendatang. Paket stimulus rencananya bakal di atas US$1,5 triliun dan Biden diharapkan untuk bermitra dengan perusahaan swasta agar meningkatkan jumlah orang Amerika yang divaksinasi.

* * *


Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Empty Illustration

Produk Belum Tersedia

Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua