PSBB Diperketat, Industri Jasa Keuangan Tetap Beroperasi
Asing mulai masuk pasar SBN; IMF ramal ekonomi Indonesia tumbuh 4,8%
Asing mulai masuk pasar SBN; IMF ramal ekonomi Indonesia tumbuh 4,8%
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi dan investasi yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi Senin, 11 Januari 2021.
OJK dan Industri Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendukung upaya Pemerintah yang kembali meneruskan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) khususnya di wilayah Jawa dan Bali yang diterapkan 11–25 Januari 2021. Kebijakan ini diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian dalam koridor upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di masyarakat.
Menurut siaran persnya, OJK menyampaikan bahwa operasional OJK dan Industri Jasa Keuangan yakni Perbankan, Pasar Modal, dan Industri Keuangan Non Bank di wilayah Jawa dan Bali tetap beroperasi dengan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Promo Terbaru di Bareksa
Hal tersebut sejalan dengan ketentuan Pemerintah yang memasukkan sektor jasa keuangan dalam 11 bidang usaha vital tetap berjalan dengan kapasitas yang diizinkan oleh Pemerintah. Langkah ini berpedoman kepada Permenkes Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19.
OJK meminta kepada seluruh lembaga jasa keuangan untuk tetap memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat dengan selalu mengutamakan protokol kesehatan untuk pencegahan penyebaran Covid–19.
Seluruh lembaga jasa keuangan tetap beroperasi secara terbatas dengan wajib menerapkan protokol kesehatan antara lain menjaga jarak fisik, menggunakan masker dan memaksimalkan layanan melalui pemanfaatan teknologi (online mobile/digital), serta melakukan pola hidup bersih dan sehat. Termasuk penyediaan uang tunai di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang dioperasikan dengan menjaga kebersihan melalui desinfektan secara berkala.
Indeks Saham
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang jadi acuan pasar modal, diprediksi menguat pada perdagangan Senin (11/1). Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan menyebut secara teknikal masih terlihat potensi penguatan.
"Potensi penguatan didukung stochastic yang melebar setelah membentuk golden cross," katanya, dikutip CNN Indonesia, Senin (11/1).
Namun, investor diperingatkan untuk mewaspadai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang mulai berlaku hari ini hingga 25 Januari mendatang di Jawa-Bali.
Dia memproyeksikan indeks saham bergerak di rentang support 6.065-6.109 dan resistance 6.177-6.201. Senada, Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menilai indeks masih akan menguat ditopang oleh fundamental perekonomian yang stabil.
Pasar SBN
Di pasar obligasi, minat investor asing terhadap aset-aset berpendapatan tetap yang diterbitkan oleh pemerintah RI mulai meningkat. Pekan lalu pemerintah melelang tujuh seri obligasi. Penawaran yang masuk mencapai Rp 97,17 triliun dan yang dimenangkan sebesar Rp 41 triliun, di atas target indikatif yang sebesar Rp 35 triliun.
Dikutip dari CNBC Indonesia, komposisi investor asing yang berpartisipasi dalam lelang juga meningkat dari 5,9 persen pada bulan Desember lalu menjadi 11,5 persen. Minat investor asing terhadap obligasi pemerintah RI juga tercermin dari jumlah kepemilikannya di Surat Berharga Negara (SBN).
Per 7 Januari 2021, nilai total kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 983,93 triliun. Ini adalah yang tertinggi sejak Maret 2020. Maklum obligasi pemerintah RI berdenominasi rupiah masih memberikan imbal hasil yang menarik.
Untuk SBN tenor 10 tahun berdenominasi rupiah, imbal hasil nominalnya di angka 6 persen. SBN tenor ini sering digunakan sebagai acuan dan untuk seri FR0082 memberikan kupon tetap 7 persen per tahun. Artinya terjadi kenaikan harga pada instrumen surat utang tersebut.
Tingkat kenaikan harga (inflasi) di Indonesia 1,68 persen pada Desember lalu, dengan begitu obligasi pemerintah RI masih memberikan imbal hasil riil 4,4 persen dan menjadi salah satu yang paling tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lain di saat yield riil obligasi pemerintah negara maju sudah menyentuh zona negatif.
Perkiraan Ekonomi IMF
International Monetary Fund atau Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh 4,8 persen. Angka ini dipangkas dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 6,1 persen.
Mission Chief IMF untuk Indonesia Thomas Helbling mengatakan perekonomian Indonesia sebenarnya mulai pulih pada kuartal III 2020. Nantinya, ekonomi diramalkan semakin positif pada tahun ini.
"Indonesia merespons dengan paket kebijakan yang berani, komprehensif, dan terkoordinasi untuk mengatasi kesulitan sosial ekonomi akibat pandemi covid-19. Intervensi kebijakan yang tepat waktu juga membantu stabilitas keuangan makro," ungkap Helbling dalam keterangan resmi, dikutip CNN Indonesia, Jumat (8/1).
Maka itu, Helbling optimistis ekonomi Indonesia semakin baik pada tahun ini hingga 2022 mendatang. Jika tahun ini diprediksi tumbuh 4,8 persen, IMF meramalkan ekonomi tahun depan tembus 6 persen.
* * *
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.