BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Wacana Pembubaran BlackRock, Vanguard & State Street, Harga Minyak Melesat

Abdul Malik26 November 2020
Tags:
Berita Hari Ini : Wacana Pembubaran BlackRock, Vanguard & State Street, Harga Minyak Melesat
Kantor pusat BlackRock di Manhattan, New York, Amerika Serikat. (Shutterstock)

RI segera punya pabrik baterai lithium, IHSG tertekan, harga emas stabil, AUM reksadana akan terus tumbuh, SBN bervariasi

Bareksa.com - Berikut adalah perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 26 November 2020 :

BlackRock, Vanguard dan State Street Corporation

Tiga manajer investasi raksasa global yakni BlackRock, Vanguard, dan State Street Corporation mengelola aset gabungan mencapai senilai US$15 triliun atau setara Rp210.000 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS), angka dana kelolaan yang menakjubkan, setara dengan lebih dari tiga perempat ukuran ekonomi AS.

Dilansir CNBC Indonesia (25/11/2020), sebuah makalah yang diterbitkan pada Selasa (24/11/2020) oleh American Economic Liberties Project, kelompok yang dibentuk pada Februari lalu dengan tujuan mengkritisi monopoli bisnis tertentu, mengungkapkan, pertumbuhan pesat dari tiga manajer investasi itu sebagian didorong oleh munculnya ETF yang sangat murah.

Promo Terbaru di Bareksa

ETF atau reksadana yang bisa diperdagangkan di bursa (exchange traded fund) memberi tiga fund manager raksasa itu pengaruh besar atas pasar keuangan dan prioritas perusahaan di AS. Secara gabungan, baik BlackRock, State Street maupun Vanguard adalah pemilik terbesar di 88 persen perusahaan yang masuk daftar saham-saham unggulan di indeks S&P 500.

Misalnya, ketiganya menjadi pemegang saham utama di perusahaan termasuk Apple (AAPL), JPMorgan Chase (JPM) dan Pfizer (PFE). Kritikus mengatakan BlackRock (BLK), Vanguard dan State Street (STT) posisinya menjadi terlalu kuat, pemerintahan dan Kongres AS era Joe Biden yang memenangkan Pilpres AS perlu mengendalikan tiga fund manager ini.

"Solusinya adalah langsung ke masalah konsentrasi dengan membatasi pangsa pasar mereka," kata Graham Steele, penulis makalah American Economic Liberties Project, kepada CNN Business.

Makalah tersebut juga menyerukan untuk secara efektif untuk membubarkan tiga besar fund manager itu dengan melakukan amandemen Dodd-Frank, Undang-Undang reformasi Wall Street 2010. Dodd-Frank Wall Street Reform and Consumer Protection Act disahkan sebagai hukum federal oleh Presiden Barack Obama pada 21 Juli 2010.

UU disahkan sebagai tanggapan terhadap resesi ekonomi di akhir tahun 2000-an, dan membawa perubahan terbesar pada regulasi keuangan di AS sejak reformasi regulasi pasca-Depresi Besar.Steele, mantan staf di San Francisco Federal Reserve Bank yang sekarang menjadi Direktur Corporations and Society Initiative di Stanford Graduate School of Business, mengatakan dia berharap pemerintahan Biden akan mempelajari solusi potensial untuk tiga fund manager ini. Tapi dia menegaskan ketiganya akan melawan. "Mereka tidak akan membiarkannya [kritikan ini]," ujarnya.

Hanya saja, tidak jelas ada keinginan di Washington untuk menangani masalah ini, terutama setelah upaya pemerintahan Obama untuk membatasi kekuasaan para lembaga pengelola dana yang ditumpulkan oleh pelobi.pemerintahan baru era Joe Biden-Kamala Harris diharapkan fokus memerangi pandemi, membangun kembali ekonomi dan mengatasi krisis iklim.

Pabrik Baterai Lithium

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan Indonesia akan memiliki industri baterai lithium atau baterai untuk kendaraan listrik pada 2023. "Tadi malam kami mendiskusikan roadmap baterai lithium dan kami percaya pada 2023 bisa memproduksi baterai lithium dengan teknologi terbaru NMC811," kata Luhut pada diskusi daring Investment Summit, Rabu (25/11) dilansir CNN Indonesia.

Dia optimistis Indonesia dapat menjadi salah satu pemain kunci dalam rantai pasokan industri kendaraan listrik. Pasalnya, Indonesia memiliki 85 persen dari material yang dibutuhkan seperti nikel, bauksit, timah, tembaga, hingga karet.Khusus untuk nikel, Indonesia merupakan negara dengan cadangan terbesar dunia dan secara harga pun Luhut menyebut Indonesia dapat bersaing dengan menawarkan harga lebih murah dari Australia. Sehingga, ia yakin industri kendaraan listrik dapat dibangun di dalam negeri.

"Kita mungkin akan memiliki mobil buatan Indonesia tak lama lagi," lanjut dia. Luhut mengatakan bahwa proyek ini merupakan garapan bersama antara pemerintah, dalam hal ini BUMN yaitu PT Aneka Tambang (Persero) Tbk dan PT Freeport Indonesia dengan salah satu perusahaan asal China. Karena itu, ia menyebut proyek ini bukan eksklusif milik pemerintah sehingga ia ingin pihak swasta untuk ikut berpartisipasi.

"Tentu swasta bisa ikut bergabung, saat ini yang tergabung perusahaan asal China, Freeport, dan Antam. Kami ingin melihat sektor swasta mengambil bagian dari proyek," jelasnya.

Secara terpisah, Luhut juga sempat menyebutkan kalau perusahaan Korea Selatan, LG Chem Ltd, akan menandatangani kerja sama pengembangan baterai lithium untuk mobil listrik. Ia menjelaskan kerja sama tersebut menyusul kesepakatan sebelumnya dengan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL). Perusahaan asal China itu juga telah menandatangani kerja sama dengan PT Inalum (Persero) untuk pengembangan baterai lithium untuk kendaraan listrik.

Selain dengan dua negara itu, ia menuturkan pemerintah juga terus mendekati banyak pihak agar berinvestasi di Indonesia. Termasuk, para pemain besar di bidang industri baterai kendaraan listrik. "Sekarang kami sedang approach (mendekati) juga dengan yang lain, big player (pemain besar). Kami inginnya kemana saja kami berkawan, apakah dia China, apakah dia Amerika, atau mana," tutupnya.

IHSG

Indeks harga saham gabungan kembali tertekan pada Rabu (25/11/2020). Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif sejak awal perdagangan. Sempat terbang hingga 5.770,661 pergerakan berbalik turun memasuki pukul 10.00 WIB. Laju IHSG kian tertekan pada sesi kedua. Indeks bergerak ke zona merah dan bertahan sampai dengan akhir sesi perdagangan.

Kemarin IHSG parkir di zona merah dengan koreksi 0,38 persen ke level 5.679,25 pada akhir sesi Rabu (25/11/2020). Sebanyak 174 saham menguat, 285 terkoreksi, dan 246 stagnan. Sektor saham aneka industri menjadi penekan utama IHSG dengan koreksi 2,38 persen. Saham PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) terkoreksi paling dalam 6,98 persen.

Adapun, investor asing tercatat memborong saham-saham emiten dalam negeri. Net buy atau beli bersih asing hingga jelang sesi penutupan mencapai Rp524 miliar. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi incaran utama investor asing dengan net buy Rp509,5 miliar. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengekor dengan net buy Rp165,1 miliar.

Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan IHSG mengalami koreksi sehat. Kondisi itu terjadi setelah indeks naik hampir 5 persen dalam 2 pekan. “Faktor vaksin, kemenangan Joe Biden, dan transisi smooth dari Trump ke Biden sudah ter-priced in semua,” ujarnya dilansir Bisnis (25/11/2020).

Harga Emas

Harga emas bertahan stabil pada akhir perdagangan Rabu (25/11) setelah Wall Street melemah dari rekor penutupan sepanjang masa akibat kenaikan tak terduga pada klaim pengangguran Amerika Serikat (AS). Dilansir Kontan, hal tersebut akhirnya berhasil membuat harga emas rebound setelah sempat meluncur menuju US$1.800 per ons troi. Rabu (25/11) harga emas spot ditutup stabil ke level US$1,807,56 per ons troi.

Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga emas sempat berada di posisi terendahnya sejak 17 Juli saat ada di US$1.800,01 per ons troi. Di sisi lain, harga emas berjangka AS untuk kontrak pengiriman Februari 2021 ditutup naik tipis menjadi US$1.811,20 per ons troi.

Dorongan bagi harga emas datang setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim pengangguran untuk pekan lalu meningkat menjadi 778.000 dari 748.000 di minggu sebelumnya. Data pengangguran yang tiba-tiba melonjak ini mendukung emas.

"Hanya berdasarkan gagasan kita masih memiliki masa yang sangat kelam di depan sebelum kita berbalik akibat pandemi ini," kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.

Kenaikan mengejutkan dalam klaim pengangguran mingguan di tengah lonjakan infeksi Covid-19 mengurangi selera pasar terhadap aset berisiko. Hal ini akhirnya menghentikan reli di Wall Street yang sempat ditopang oleh harapan vaksin. Emas, yang merupakan aset safe-haven telah kehilangan hampir US$160 sejak Pfizer's mengumumkan efektivitas dari vaksin Covid-19 yang menjanjikan. Hal ini meningkatkan harapan investor untuk pemulihan ekonomi yang cepat dan mendorong pergeseran investasi ke arah yang lebih berisiko.

Harga Minyak

Harga minyak mentah naik hampir 2 persen ke level tertinggi dalam lebih dari delapan bulan pada penutupan Rabu (25/11). Dilansir Kontan, keperkasaan harga minyak datang setelah data pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan penurunan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS di pekan lalu.

Hal tersebut akhirnya memperpanjang reli mingguan pada harga minyak mentah yang sebelumnya sudah didorong oleh harapan vaksin Covid-19 akan meningkatkan permintaan bahan bakar. Pada Rabu (25/11), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2021 naik 75 sen, atau 1,6 persen, ke level US$48,61 per barel. Ini jadi rekor tertinggi bagi harga minyak Brent sejak awal Maret lalu.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Januari 2021 juga ditutup di level tertinggi sejak awal Maret, setelah menguat 80 sen atau 1,8 persen menjadi US$ 45,71 per barel. Kedua harga minyak acuan ini sempat menguat 4 persen pada sesi perdagangan Selasa (24/11), naik untuk sesi keempat berturut-turut.

Kemarin, Energy Information Administration (EIA) melaporkan, persediaan minyak mentah AS turun 754.000 barel di pekan lalu. Hasil ini cukup mengejutkan lantaran para analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan kenaikan 127.000 barel di pekan yang berakhir pada 20 November tersebut. Dengan adanya penurunan ini, maka persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk WTI, turun 1,7 juta barel.

Reksadana

Dana kelolaan industri reksadana diramal bakal terus bertumbuh seiring pemulihan pasar. Para pemilik dana jumbo alias bohir pelan tapi pasti mulai kembali setelah berlindung dari amuk di pasar keuangan. Data yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tren yang cukup menggembirakan. Per Oktober 2020, total nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan reksadana mencapai Rp529,86 triliun dan mulai mendekati posisi di awal tahun.

Sekadar mengigatkan, di akhir kuartal I 2020, dana kelolaan reksa dana menyentuh posisi terendah sejak 2017, yaitu sebesar Rp471,87 triliun. Dengan kata lain, sejak Maret hingga Oktober, dana kelolaan reksa dana bertambah Rp57,99 triliun. Itulah dana yang kembali hilang saat pasar keuangan berkecamuk pada Maret 2020.

Sebagai gambaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level terendah 3.900. Kemarin, level IHSG sudah kembali ke 5.600 bahkan sempat menyentuh level 5.700.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana meyakini dana kelolaan reksadana akan terus berlanjut hingga akhir tahun, seiring dengan pemulihan ekonomi yang kian mengerek nilai aset dasar serta pembelian unit reksa dana yang meningkat.

Dia menyebut pada dasarnya unit penyertaan akan selalu bertambah karena banyak investor yang pasti membeli reksadana secara berkala, terutama investor institusi seperti dana pensiun dan asuransi. Pun, investor institusi yang sepanjang tahun ini cenderung wait and see diproyeksi mulai kembali masuk pasar reksa dana secara bertahap. Di sisi lain, investor ritel tercatat terus bertumbuh. “Tentu penambahan jumlah investor sangat berpengaruh,” kata Wawan dilansir Bisnis (25/11/2020).

SBN

​Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Rabu (25/11/2020) ditutup bervariasi, di tengah aksi profit taking pasar saham Asia dan Indonesia, walaupun sentimen positif masih hadir di pasar keuangan global.

Dilansir CNBC Indonesia (25/11/2020), SBN tenor 1 tahun, 5 tahun dan 15 tahun mengalami pelemahan harga, sedangkan SBN dengan tenor 10 tahun, 20 tahun dan 30 tahun menguat.Imbal hasil (yield) SBN dengan tenor 1 tahun naik 1,1 basis poin ke level 3,975 persen, kemudian yield SBN tenor 5 tahun menguat 0,2 basis poin ke 5,225 persen dan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun naik 0,7 basis poin ke 6,709 persen. Sedangkan sisanya mengalami pelemahan yield.

Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 0,8 basis poin ke level 6,226 persen kemarin. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen.

Harga SBN ditutup bervariasi karena investor mulai melakukan aksi ambil untung dan pasar juga merespons beragam terkait mulainya masa transisi transisi politik di Negeri Sam (Amerika Serikat/AS).

(*)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua