Jumlah Investor Pasar Modal Indonesia Tembus 3 Juta, Reksadana Tumbuh Terbesar
Sepanjang tahun berjalan, jumlah investor reksadana naik 30 persen menjadi 2,3 juta investor per Juli 2020
Sepanjang tahun berjalan, jumlah investor reksadana naik 30 persen menjadi 2,3 juta investor per Juli 2020
Bareksa.com - Regulator mencatat jumlah investor pasar modal sudah menembus 3,02 juta investor per akhir Juli 2020. Pertumbuhan yang signifikan di tengah pandemi virus corona Covid-19 ini, paling banyak disumbangkan oleh jumlah investor reksadana.
Otoritas Jasa Keuangan mencatat pertumbuhan jumlah investor ini sudah tumbuh lebih dari 3 kali lipat dibandingkan akhir 2016. Sepanjang tahun berjalan, jumlah investor sudah naik 21,66 persen dengan pertumbuhan terbesar datang dari nomor single investor identity (SID) reksadana yang naik 30 persen menjadi 2,3 juta investor.
Kepala Eksekutif Pasar Modal dan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen menjelaskan bahwa pertumbuhan reksadana paling pesat bisa disebabkan reksadana memiliki saluran distribusi yang luas, tidak hanya manajer investasi, tetapi anggota bursa, perbankan dan lembaga khusus penjual reksadana yang memiliki izin Agen Penjual Efek Reksadana (APERD) seperti Bareksa. Serta, kemajuan ini didukung dengan penggunaan teknologi.
Promo Terbaru di Bareksa
"Reksadana punya distribution channel yang luas. Apalagi dengan teknologi informasi dengan beberapa pelaku industri fintech. Penggunakan teknologi informasi intens ini yang mungkin jadi faktor SID reksadana lebih cepat tumbuhnya," ujar Hoesen dalam Konferensi Pers 43 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia secara online, 10 Agustus 2020.
Grafik Pertumbuhan SID Investor Pasar Modal dan Reksadana Indonesia
Sumber: KSEI
Hoesen juga mengatakan penambahan jumlah investor ini di luar ekspektasi karena tidak diduga bisa tercapai dalam waktu yang singkat. Terlebih lagi, sedang ada pandemi Covid-19 yang menghambat aktivitas secara umum masyarakat Indonesia.
"Harapan kita memang mencapai 3 juta, tetapi kami tidak meyakini akan tercapai di bulan ini. Secara normal harusnya 3 juta di tahun depan, ini di luar ekspektasi kita. Publik membutuhkan alternatif di era pandemi ini, dengan berbagai usaha tidak berjalan, kegiatan terbatas, yang memungkinkan adalah transaksi online di pasar modal. Ini mungkin hikmah di balik Covid," katanya.
Grafik Pertumbuhan SID Investor Saham dan SBN di Indonesia
Sumber: KSEI
Sementara itu, secara lebih rinci, pertumbuhan investor Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang tahun berjalan juga meningkat 21,09 persen menjadi 382.972 investor per 30 Juli 2020. Terakhir, pertumbuhan jumlah investor saham yang terlihat dari investor C-BEST naik 15,88 persen secara year to date menjadi 1,28 juta per akhir Juli 2020.
Menambahkan paparan dari Hoesen, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi juga menjelaskan bahwa jumlah investor reksadana yang lebih tinggi daripada jumlah investor saham adalah kondisi yang ideal dan wajar. Sebab, reksadana adalah instrumen yang memang dikhususkan bagi investor pemula dan dikelola oleh manajer investasi profesional.
"Nature-nya ke depan demikian. Sebelum investor awam masuk ke langsung ke saham, mereka bisa melakukan investasi melalui reksadana yang dikelola MI profesional. Kita lihat ke depan pertumbuhan lebih tinggi di reksadana daripada saham," jelas Inarno dalam kesempatan yang sama.
Kemudian, Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Uriep Budhi Prasetyo menambahkan, salah satu faktor yang membuat pertumbuhan jumlah investor pesat adalah kemudahan pembukaan rekening di KSEI. Proses pengenalan nasabah atau know your customers (KYC) sudah diterapkan secara elektronik (e-KYC), sehingga lebih cepat.
"Simplifikasi pembukaan rekening di KSEI jadi satu faktor. Kini ada 14 rekening efek, yang bisa diverifikasi melalui Dukcapil dengan KSEI sebagai administrator e-KYC. Pertumbuhannya per hari sudah lebih dari 20.000 investor. Ini prestasi yang luar biasa," kata Uriep.
Secara lebih rinci, Uriep mengatakan kelompok investor yang mendominasi saat ini adalah usia di bawah 30 tahun, dengan porsi 46,14 persen dari jumlah total. Bila digabung dengan usia di bawah 40 tahun, porsinya mendominasi 70,77 persen.
"Kemungkinan banyak generasi milenial mulai belajar dan investasi di pasar modal. Program dari SRO ada galeri investasi, ada 430 yang masuk dari sekolah pasar modal. Padahal tahun lalu porsi di bawah 30 tahun masih 44 persen, sekarang sudah 46 persen. Jadi bertumbuh sangat baik," jelas Uriep.
Meskipun demikian, terlepas dari pencapaian tersebut, jumlah investor ini masih kurang dari 2 persen jumlah penduduk Indonesia dan investor dimaksud masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sebesar 73 persen, atau belum merata di seluruh Indonesia.
Sejumlah alasan belum meratanya jumlah investor di selurut Indonesia antara lain, pertama, terbatasnya channeling distribution di daerah, karena saat ini jumlah kantor cabang perusahaan efek sekitara 600, dan 50 persen di antaranya berada di Pulau Jawa.
Kedua, belum optimalnya infrastruktur jaringan pemasaran dalam menambah jumlah basis investor domestik. Ketiga, rendahnya tingkat literasi dan inklusi investor pasar modal yang posisinya jauh di bawah tingkat literasi perbankan.
Hoesen menambahkan, ke depan OJK menargetkan jumlah investor mencapai 3,4 juta di akhir tahun 2020. Hal itu dilakukan dengan berbagai strategi antara lain: pertama, mempermudah pembukaan rekening efek dan kedua, mempermudah akses calon investor daerah.
Ketiga, penentuan harga efek melalui sistem informasi (e-bookbuilding); keempat, memberikan pemahaman mengani pasar modal kepada calon investor milenial melalui Junior Program; kelima, mempermudah investasi reksadana dengan program digitalisasi pemasaran reksadana; keenam, melakukan sosialisasi terpadu pasar modal.
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.