Bareksa.com - Tahun 2019 telah berlalu, dengan menyisakan kinerja pasar modal terbatas yang tercermin dari kenaikan tipis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, reksadana saham syariah yang berdenominasi dolar justru mendapat keuntungan berlipat.
Berdasarkan data marketplace reksadana Bareksa, empat dari lima besar reksadana berkinerja tertinggi di Bareksa didominasi oleh reksadana syariah berdenominasi dolar AS dengan return antara 15,89 persen hingga 25,19 persen sepanjang tahun 2019. Keempat reksadana tersebut adalah BNP Paribas Cakra Syariah USD, Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS, Schroder Global Sharia Equity Fund, dan Aberdeen Standard Syariah Asia Pacific Equity USD Fund.
Tabel Top 5 Reksadana Return Tertinggi Bareksa 2019
Sumber: Bareksa.com *per 30 Desember 2019
Sementara itu, IHSG sepanjang tahun 2019 hanya tumbuh 1,70 persen. Kemudian, indeks reksadana saham justru mencatat imbal hasil (return) negatif 13,65 persen dan indeks reksadana saham syariah anjlok 29,59 persen.
Grafik Perbandingan Return IHSG, Indeks Reksadana Saham dan Saham Syariah 2019
Sumber: Bareksa
Di saat pasar saham bergerak terbatas dan mayoritas reksadana saham tertekan, reksadana saham syariah global ternyata bisa melejit, apa faktornya? Ternyata, nilai mata uang rupiah terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat, sehingga berdampak pada jenis reksadana saham syariah yang bisa berinvestasi di luar negeri ini.
Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS
Sumber: Bank Indonesia, diolah Bareksa
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru menguat menjadi Rp13.945 per dolar AS di akhir 2019, dibandingkan Rp14.508 pada akhir tahun sebelumnya. Artinya, ada penguatan 3,88 persen pada mata uang Garuda terhadap greenback.
Penguatan rupiah ini membawa kabar baik bagi reksadana saham syariah global. Sebagai informasi, reksadana syariah global boleh berinvestasi di saham-saham syariah yang tercatat di luar negeri. Baca juga Tiga Perbedaan antara Reksadana Dolar AS dengan Rupiah
Sesuai dengan peraturan OJK, ketentuan instrumen investasi yang diperbolehkan bagi reksadana dolar syariah adalah pasar uang, obligasi dan saham. Kemudian dari 100 persen dana yang dimiliki, maksimum yang boleh diinvestasikan luar negeri adalah 15 persen, dengan kata lain minimum 85 persen harus ditempatkan pada instrumen investasi dalam negeri.
Untuk reksadana saham, karena tidak tersedianya saham dalam mata uang dolar AS dan investasi ke luar negeri dibatasi maksimum 15 persen, maka umumnya manajer investasi akan menempatkannya pada instrumen saham berbasis rupiah.
Karena pembelian reksadana ini menggunakan dolar, tetapi asetnya berbasiskan rupiah, maka ketika rupiah menguat kinerjanya justru meningkat terdorong keuntungan selisih kurs. Kurs dolar AS melemah terhadap rupiah, maka reksadana mendapatkan keuntungan ganda dari kenaikan harga saham dan kurs.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.
Maka dari itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang. Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.