Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah akan IPO, Bagaimana Prospeknya?
BTPS, BRIS dan PNBS sebelumnya sudah IPO, namun performa harga sahamnya berbeda-beda sesuai dengan kinerja perusahaan
BTPS, BRIS dan PNBS sebelumnya sudah IPO, namun performa harga sahamnya berbeda-beda sesuai dengan kinerja perusahaan
Bareksa.com - Sebanyak dua bank syariah, yakni PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT BNI Syariah berencana untuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) sebagai cara untuk menambah permodalan. Realisasi IPO tersebut akan dilakukan pada 2019 atau 2020 mendatang.
Direktur Finance and Strategy Bank Syariah Mandiri Ade Cahyo Nugroho menjelaskan, pihaknya berencana melakukan IPO pada 2020 untuk memperkuat rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perusahaan yang pada Desember 2018 baru berada di angka 16,26 persen.
“CAR kami masih di bawah rata-rata bank BUKU III yang pada umumnya mencapai 20-21 persen,” ujar dia di Jakarta, Selasa (12/3/2019).
Promo Terbaru di Bareksa
Sebelum bisa melakukan IPO tersebut, Bank Syariah Mandiri terus memperbaiki kinerja perusahaan, mulai dari rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) hingga rasio terhadap modal (return on equity/ROE).
“Tahun ini, kami targetkan laba bisa tumbuh 50-60 persen sehingga diharapkan ROE bisa naik dua digit, di atas 10 persen,” papar dia.
Perbaikan ini tidak sia-sia karena sepanjang 2018, Bank Syariah Mandiri berhasil membukukan peningkatan laba bersih 65,74 persen (yoy) menjadi Rp605 miliar, dibandingkan posisi per akhir 2017 sebesar Rp365 miliar. Peningkatan laba antara lain ditopang oleh membaiknya fee based income (FBI) sebesar 19,4 persen semula Rp943 miliar pada tahun 2017 menjadi Rp1,13 triliun per akhir 2018.
Selain dari FBI, sumber laba perusahaan adalah pertumbuhan pendapatan margin bagi hasil bersih yang meningkat Rp402 miliar atau secara tahunan tumbuh 5,52 persen menjadi Rp7,69 triliun per akhir 2018. Pendapatan margin bagi hasil bersih perseroan pada tahun 2017 sebesar Rp7,29 triliun. Pertumbuhan margin bagi hasil bersih tersebut didorong oleh pertumbuhan dan perbaikan kualitas pembiayaan
Sepanjang tahun 2018 indikator bisnis perusahaan seperti pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan juga membaik.
‘’Tahun ini dengan total aset mencapai Rp98,34 triliun Mandiri Syariah sudah naik ke peringkat 15 di Indonesia. Kami sudah masuk 15 bank besar,’’ tutur Toni lagi.
Dari sisi pembiayaan, sampai dengan akhir tahun 2018 Mandiri Syariah telah menyalurkan Rp67,75 triliun atau tumbuh 11,63 persen dibanding Rp60,69 triliun pada akhir 2017. Penumbuhan pembiayaan tersebut diiringi dengan perbaikan kualitas yang tercermin dari penurunan NPF nett dari 2,71 persen menjadi 1,56 persen
Selain Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah juga berencana melakukan IPO, namun dengan target yang lebih cepat yakni pada tahun ini. Langkah IPO ini dilakukan perseroan untuk bisa naik ke BUKU III.
BNI Syariah
Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah Dhias Widhyati mengungkapkan modal inti perseroan saat ini sudah mencapai Rp4,2 triliun. Untuk bisa naik ke BUKU III, perseroan membutuhkan tambahan modal Rp800 miliar, karena untuk menjadi bank buku III harus memiliki modal inti Rp5 triliun hingga 30 triliun.
"Target laba kami tahun ini adalah Rp550 miliar dan akan digunakan untuk penambahan modal, maka sisanya diharapkan dari capital injection," ujarnya.
Selain dua bank syariah ini, sebelumnya sudah ada beberapa bank syariah yang melakukan IPO, yakni PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) dan PT BRI Syariah Tbk (BRIS). Dari segi harga saham, ketiga bank ini memiliki performa yang berbeda.
Setelah IPO pada 8 Mei 2018, harga saham BTPS terus meningkat tajam, yakni dari Rp1.460 per saham pada 8 Mei 2018 menjadi Rp 2.110 per saham pada 11 Maret 2019.
Harga saham ini juga meningkat tajam dibandingkan harga saham pada saat penawaran umum, yakni Rp975 per saham.
Sumber : Bareksa
Sementara itu, harga saham BRI Syariah terus mengalami fluktuasi. Harga saham BRIS sempat mencatat harga tertinggi di Rp660 per saham pada 23 Agustus 2018, jauh lebih tinggi dibandingkan harga pencatatan awal di Rp510 per saham. Namun menurun lagi pada 11 Maret 2019 ke level Rp 535 per saham.
Sumber : Bareksa
Sedangkan saham PNBS terus menurun ke angka Rp66 per saham pada 11 Maret 2019, dari Rp85 per saham pada 12 Maret 2018. Harga saham ini sudah jauh menurun dibandingkan harga pencatatan awal pada 2014 di angka Rp100 per saham.
Sumber : Bareksa
Dari segi kinerja, perolehan laba BTPS memang cukup baik pada 2018, yakni dengan pertumbuhan laba 44 persen dari Rp670 miliar menjadi Rp965 miliar. Perseroan juga membukukan pertumbuhan pembiayaan 20,2 persen ke angka Rp7,3 triliun dengan NPF yang rendah di angka 1,39 persen.
Sedangkan BRI Syariah, walaupun sempat mencatat pertumbuhan laba 18,37 persen pada September 2018. Namun, NPF perseroan menembus 4,3 persen pada kuartal III 2018.
Bank Panin Dubai Syariah bahkan mencatatkan penurunan perolehan laba bersih 21,96 persen pada kuartal III 2018, yakni dari Rp 15,07 miliar pada kuartal III 2017 menjadi Rp11,76 miliar pada kuartal III 2018.
Perbandingkan Kinerja Saham BRIS, BTPS, dan PNBS
Sumber : Bareksa
Dengan berdasar pada performa bank-bank syariah sebelumnya, BSM dan BNI Syariah tentunya harus menjaga pertumbuhan laba dan rasio NPF untuk bisa menjaga harga saham. Apabila tidak dijaga dengan baik, mungkin akan bernasib sama dengan bank-bank syariah sebelumnya.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.