China Stop Impor Batu Bara Australia, Saham Sektor Tambang di BEI Dapat Berkah
Saham ADRO, INDY, BUMI, ITMG, dan DOID termasuk yang mendapat dorongan dari sentimen tersebut
Saham ADRO, INDY, BUMI, ITMG, dan DOID termasuk yang mendapat dorongan dari sentimen tersebut
Bareksa.com - Harga saham-saham dalam sektor pertambangan mengalami lonjakan signifikan pada perdagangan Kamis, 21 Februari 2019. Hal tersebut tercermin dari indeks sektor pertambangan yang naik 1,49 persen pada perdagangan kemarin, alias yang terbesar dibandingkan sektor saham lainnya yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Bahkan bila dilihat secara intraday, pergerakan indeks sektor pertambangan terlihat sangat atraktif dengan terus merangkak naik, terutama saat pembukaan awal sesi kedua perdagangan.
Grafik Pergerakan Intraday Indeks Sektor Tambang di BEI
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : Bareksa
Adapun beberapa saham yang mengalami lonjakan signifikan dalam sektor pertambangan disertai dengan nilai transaksi yang besar antara lain:
♦ Saham ADRO (5,20 persen) dengan nilai transaksi Rp216,21 miliar
♦ Saham INDY (11,50 persen) dengan nilai transaksi Rp183,76 miliar
♦ Saham BUMI (8,66 persen) dengan nilai transaksi Rp117,37 miliar
♦ Saham ITMG (4,77 persen) dengan nilai transaksi Rp79,40 miliar
♦ Saham DOID (5,04 persen) dengan nilai transaksi Rp59,30 miliar
Faktor Lonjakan
Sentimen positif yang menyebabkan melonjaknya saham dalam sektor pertambangan datang dari Australia. Produsen batu bara Australia menghadapi pukulan keras baru menyusul keputusan otoritas China yang melarang impor komoditas batu bara yang tidak terbatas menyusul pemberlakuan rezim kuota impor baru yang ketat.
Kantor berita Reuters melaporkan otoritas bea cukai yang berbasis di pelabuhan kunci di bagian utara China, Dalian telah menghentikan impor batu bara Australia dan berencana menetapkan kebijakan pembatasan impor melalui pelabuhan mereka sebesar 12 juta ton per tahun.
Langkah ini tampak politis, mengingat hanya batu bara Australia saja yang menjadi target dari kebijakan tersebut.
Kantor berita Reuters mengatakan impor batu bara dari Rusia dan Indonesia tidak terpengaruh peraturan baru ini. Berita larangan ini langsung membuat nilai dolar Australia jatuh di perdagangan sore hari.
Pada pukul 6:00 sore (AEST) nilai tukar mata uang dolar Australia jatuh hingga 71 sen AS, setelah sempat bergerak naik pada level 72 sen AS seiring data kinerja lebih kuat dari yang diperkirakan pada hari sebelumnya.
Otoritas bea cukai Dalian mengawasi impor melalui lima pelabuhan - Dalian, Bayuquan, Panjin, Dandong dan Beiliang - pelabuhan utama bagi produksi baja industri berat di utara China.
Berpotensi meluas ke batu bara jenis lain
Saat ini, larangan impor ini masih berpusat pada batu bara jenis kokas yang digunakan dalam pembuatan baja, tetapi dikhawatirkan akan meluas ke pelabuhan lain dan terhadap batu bara termal yang digunakan dalam pembangkit listrik.
Sebelum pemberlakuan larangan impor ini diumumkan, sejumlah eksportir batu bara Australia mengaku telah mengalami perlambatan yang signifikan dalam proses memindahkan batu bara melalui pelabuhan-pelabuhan Dalian, dengan waktu rata-rata untuk memproses muatan melambat drastis dari 25 hari menjadi 40 hari sejak awal tahun.
Salah satu sumber di industri batu bara mengatakan penundaan serupa sekarang terjadi di pelabuhan China lainnya yang menangani batu bara kokas dan termal.
Batu bara saat ini menjadi komoditas ekspor Australia yang paling bernilai yang menghasilkan pendapatan $ 64 miliar, dan China mengonsumsi sekitar seperempat dari total pengiriman.
Analis komoditas CBA, Vivek Dhar, mengatakan larangan seperti itu hanya berdampak pada sebagian kecil dari ekspor batu bara Australia, tetapi Dhar mengungkapkan kekhawatirannya aksi pelarangan impor ini akan menyebar dengan cepat.
"Ini telah menguatkan ketakutan bahwa sesuatu sedang terjadi, bahwa China menargetkan batu bara Australia," kata Dhar. (KA01/hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.