Berita Hari Ini : Pemerintah Naikkan Pasokan Batu Bara DMO, KAEF Kuasai PEHA
MYRX incar marketing sales Rp1,7 triliun, WIKA dapat pipeline Rp3 triliun, PZZA siapkan capex Rp450 miliar
MYRX incar marketing sales Rp1,7 triliun, WIKA dapat pipeline Rp3 triliun, PZZA siapkan capex Rp450 miliar
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 15 Februari 2019 :
DMO Batu Bara
Pemerintah ingin mengamankan pasokan batu bara ke pasar domestik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pasokan batu bara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) pada tahun ini mencapai 128 juta ton.
Promo Terbaru di Bareksa
Proyeksi ini melampaui target DMO tahun lalu sebesar 121 juta ton, bahkan 11 persen lebih tinggi dibandingkan realisasi DMO 2018 yang sebesar 115 juta ton. Bukan hanya dari sisi volume, persentase DMO pun meningkat. Tahun lalu porsinya dari 25 persen, naik menjadi 26,17 persen dari target produksi tahun ini yang sebesar 489,12 juta ton.
Padahal realisasi DMO di 2018 meleset dari target, yakni hanya 115,09 juta ton. "Kebutuhan kelistrikan dan industri dalam negeri tahun ini meningkat, terutama untuk PLTU," kata Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM.
PT Kimia Farma Tbk (KAEF)
Perseroan gesit melakukan ekspansi. Emiten pelat merah ini mengambil alih kepemilikan di PT Phapros Tbk (PEHA) dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), yang juga merupakan perusahaan pelat merah.
Berdasarkan keterangan resmi KAEF, perseroan telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat atas akuisisi tersebut. Jika tak ada aral melintang, KAEF bakal mengakuisisi 476,9 juta saham PEHA. Jumlah tersebut setara 56,77 persen kepemilikan RNI di PEHA.
Adapun pemegang saham PEHA saat ini, selain RNI, adalah, Marizal A. Syarief sebesar 75,72 juta, atau setara sekitar 9,01 persen saham. Sementara, masyarakat memegang 287,37 juta atau setara 34,21 persen saham. Sekadar info, Phapros pada akhirnya mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir tahun lalu.
Direktur Utama KAEF Honesty Basyir menyebut, transaksi tersebut diharapkan bisa selesai dalam waktu dekat. "Kami targetkan bisa selesai di kuartal pertama tahun ini," ujarnya seperti dikutip Kontan.
PT Hanson International Tbk (MYRX)
Harga rumah subsidi akan meningkat 7,5 persen pada 2019. Hal tersebut tentu menjadi sentimen positif bagi perseroan. Head of Public Relations and Communication MYRX Dessy A Putri mengungkapkan, tahun ini MYRX menargetkan pertumbuhan pendapatan pra penjualan atau marketing sales Rp1,7 triliun, atau naik 13 persen dari tahun 2018.
"Kontribusinya akan diperoleh dari proyek yang sudah berjalan dari tahun sebelumnya yaitu Citra Maja Raya, Forest Hills serta Millenium City," ujar dia seperti dikutip Kontan.
Angka tersebut meningkat dibanding realisasi marketing sales Hanson pada tahun lalu yang senilai Rp1,5 triliun. "Hanson Group sepanjang 2018 telah menjual lebih dari 2.000 rumah yang harganya di bawah Rp200 juta," tambah Dessy.
Pendapatan pra penjualan tersebut antara lain berasal dari penjualan Citra Maja Raya Rp889,37 miliar. Selain itu penjualan Forest Hills menyumbang Rp133,79 miliar dan Millenium City Rp480,24 miliar.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
Perseroan mengantongi pipeline sejumlah kontrak baru dari luar negeri atau offshore dengan total nilai mencapai Rp3 triliun pada kuartal I/2019. Direktur Operasi III Wijaya Karya Destiawan Soewardjono mengatakan perseroan memiliki sejumlah proyek luar negeri yang tengah dalam tahap negosiasi.
Pertama, emiten berkode saham WIKA itu tengah membahas harga untuk kontrak baru 10.000 unit rumah susun di Aljazair. Kedua, WIKA melakukan negosiasi dengan Exim Bank untuk tingkat bunga pembiayaan proyek bangunan kantor di Rwanda. Ketiga, kontraktor pelat merah itu tengah melakukan pembahasan dengan kontraktor utama proyek jembatan di Taiwan.
“[Nilai kontrak] Aljazair Rp2 triliun, Rwanda Rp700 miliar, dan Taiwan Rp300 miliar,” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Destiawan mengungkapkan, perseroan tahun lalu mengantongi kontrak baru dari klien di luar negeri senilai Rp6 triliun. Dengan demikian, total kontrak dihadapi atau order book dari proyek luar negeri sekitar Rp9 triliun pada 2018. Dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2019, WIKA mengincar nilai kontrak baru dari luar negeri senilai Rp4,6 triliun.
Akan tetapi, total pekerjaan yang tengah diproses atau dalam pipeline perseroan senilai Rp5 triliun.
PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA)
Perseroan pada tahun ini mengalokasikan dana belanja modal Rp450 miliar. Mereka akan menggunakan dana itu untuk ekspansi dengan menambah gerai baru. Direktur Keuangan PT Sarimelati Kencana Tbk, Frederick Estrada Cadlaon, menjelaskan tahun ini mereka ingin menambah 52 gerai hingga 65 gerai baru.
Pulau Jawa dan Bali masih menjadi tujuan ekspansi terbesar PZZA pada tahun ini. "Sekitar 55 persen gerai baru akan berlokasi di Jawa dan Bali, Sumatra 20 persen, Kalimantan 20 persen dan sisanya Sulawesi. Tahun ini mungkin ada satu gerai di Papua," ujar dia seperti dikutip Kontan.
Hingga akhir tahun lalu, Sarimelati memiliki lebih dari 450 gerai Pizza Hut. Perinciannya, sebanyak 250 gerai Pizza Hut Restaurant (PHR), 200 gerai Pizza Hut Delivery (PHD) dan empat gerai Pizza Hut Express (PHE). Di segmen pizza, Sarimelati mengklaim menguasai 97 persen market share untuk restoran. Sedangkan PHD saat ini menguasai 65 persen pasar pengiriman pizza. Sarimelati berharap tren pertumbuhan akan terus berlanjut pada tahun ini.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.