Indeks Infrastruktur Melesat Topang IHSG, PER Empat Saham Ini Termurah

Bareksa • 07 Feb 2019

an image
Foto udara kendaraan yang melintas di jembatan Cikubang Jalan Tol Cipularang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (12/2). PT Jasa Marga akan menyesuaikan tarif tol berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 15 Februari 2018 dengan kenaikan tarif rata-rata Rp500. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Sektor infrastruktur menjadi pemimpin pada perdagangan kemarin dengan kenaikan 2,88 persen

Bareksa.com - Saham-saham di sektor infrastruktur kembali memotori penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Rabu (6/2/2019) yang melesat 1,02 persen.

Sektor infrastruktur menjadi pemimpin pada perdagangan kemarin dengan kenaikan 2,88 persen, dari 10 sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Bahkan secara year to date (YtD), sektor saham infrastruktur juga masih memimpin kenaikan dibandingkan seluruh sektor saham yang ada di BEI.

Berikut kinerja sektoral saham di BEI (2 Januari 2019 – 6 Februari 2019)


Sumber : BEI, diolah Bareksa

Dari 10 saham di sektor infrastruktur dengan nilai kapitalisasi terbesar, tercatat ada empat saham yang menarik untuk di simak karena masih tergolong murah jika dilihat dari sisi price earning ratio (PER).

Sekadar informasi, PER adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham secara fundamental.

Secara sederhana, PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, di mana harga pasar saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun.

Berikut daftarnya :

1. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

Saham pertama dalam sektor infrastruktur yang tergolong murah yakni saham TBIG yang memiliki PER di level 10,46x. Secara year to date (YtD), saham emiten yang bergerak dalam bisnis jasa pendukung telekomunikasi tersebut tercatat telah melonjak 32,22 persen.


Sumber : Bareksa

Apabila dilihat secara teknikal, pergerakan saham TBIG memang terlihat cukup baik karena konsisten menguat sejak awal tahun ini, meskipun dalam beberapa waktu terakhir terlihat sedikit terkonsolidasi.

2. PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR)

Saham kedua dalam sektor infrastruktur yang tergolong murah yakni saham POWR yang memiliki PER di level 10,54x. Secara year to date (YtD), saham emiten yang bergerak dalam bidang pembangkit tenaga listrik tersebut tercatat telah terkoreksi 5,06 persen.


Sumber: Bareksa

Apabila dilihat secara teknikal, pergerakan saham POWR memang terlihat masih berada dalam fase downtrend yang cukup kuat dan belum menunjukkan adanya indikasi pembalikan arah, meskipun sempat beberapa kali dalam sehari mengalami kenaikan cukup signifikan.

3. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS)

Saham ketiga dalam sektor infrastruktur yang tergolong murah yakni saham PGAS yang memiliki PER di level 15,83x. Secara year to date (YtD), saham emiten yang bergerak dalam bidang transmisi dan distribusi gas bumi tersebut tercatat telah melesat 19,34 persen.


Sumber: Bareksa

Apabila dilihat secara teknikal, pergerakan saham PGAS memang terlihat masih berada dalam fase uptrend yang cukup kuat, meskipun sempat beberapa kali sempat mengalami koreksi sehat yang mengiringinya.

4. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)

Saham keempat dalam sektor infrastruktur yang tergolong murah yakni saham JSMR yang memiliki PER di level 17,80x. Secara year to date (YtD), saham emiten yang bergerak di bidang penyelenggara jasa jalan tol tersebut tercatat telah menguat 18,57 persen.


Sumber: Bareksa

Apabila dilihat secara teknikal, pergerakan saham JSMR memang terlihat masih berada dalam fase uptrend yang cukup kuat, meskipun sempat beberapa waktu terakhir sempat mengalami konsolidasi, namun pada perdagangan kemarin terlihat naik cukup signifikan yang mengindikasikan adanya potensi uptrend yang berlanjut.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.