Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 30 Januari 2019 :
Royalti Batu Bara
Royalti perusahaan tambang batu bara skala besar bakal dinaikkan menjadi 15 persen, dari sebelumnya 13,5 persen. Penyesuaian royalti itu akan menaikkan penerimaan negara hingga US$500 juta atau sekitar Rp7 triliun per tahun.
Perubahan tarif royalti rencananya akan diakomodasi dalam rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang mengatur mengenai perlakuan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terhadap pertambangan batu bara.
RPP tersebut sudah dibahas oleh pemerintah sejak tahun lalu. Dalam RPP juga diatur mengenai penyesuaian PPh Badan dari yang berlaku saat ini 45 persen menjadi 25 persen, dan akan bersifat prevailing.
Selain itu, diatur PPN yang juga berlaku secara prevailing, dan pungutan 10 persen dari laba bersih. Berdasarkan hitungan Bisnis, dengan asumsi produksi perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) sebesar 70 persen dari total produksi batu bara 2018 yang sebesar 528 juta ton dan rerata harga sekitar US$90 per ton, maka kenaikan royalti menjadi 15 persen bakal meningkatkan tambahan penerimaan negara sebesar US$498,96 juta.
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
Perseroan mengebut rencana penyelesaian pengembangan proyek pipa gas di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Saat ini, BNBR tengah merampungkan rencana anggaran atas pengerjaan proyek tersebut.
Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk Bobby Gafur Sulistyo Umar, memastikan BNBR akan membangun pipa gas di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Proyek tersebut merupakan kewajiban BNBR terhadap proyek Kalimantan-Jawa (Kalija) tahap kedua.
Bobby menyatakan saat ini BNBR masih melakukan finalisasi anggaran 2019 sehingga belum bisa memastikan kapan proyek pipa di Kalimantan mulai dibangun.
Di saat yang sama, Bobby juga belum bisa memastikan berapa kisaran investasi untuk proyek pipa gas Trans Kalimantan.
"Ini masih harus dihitung berapa pasokan gas yang bisa dialirkan, berapa besar ukuran pipa serta kompresornya dan lain-lain. Jadi, kami tengah menunggu data ini dari Kaltim," ungkap Bobby seperti dikutip Kontan.
Selain menentukan anggaran untuk proyek pipa gas di Kaltim dan Kalsel, BNBR harus memastikan memiliki pembeli gas di wilayah tersebut.
PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
Perseroan telah mengantongi kontrak senilai Rp5,8 triliun pada awal tahun ini. Kontrak baru tersebut dari sewa menara, serat optik dan kontrak infrastruktur telekomunikasi baru.
Bagi Sarana Menara, perolehan kontrak ini menjadi awal yang baik. Adam Gifari Wakil Presiden Direktur TOWR, menuturkan, ke depan masih ada kontrak yang berpotensi diraih.
"Masih ada 11 bulan lagi untuk cari tambahan di 2019," ujar dia seperti dikutip Kontan.
Apalagi operator telekomunikasi tengah gencar meningkatkan kapasitas dan jangkauan untuk memenuhi permintaan data. Di bisnis sewa menara, TOWR menjelaskan telah mendapat pesanan lebih dari 1.600 menara untuk colocations baru dan pesanan menara build to suit (BTS) di tahun ini.
TOWR telah menerima penyewa baru tahun ini dan akan mendiskusikan pembaruan kontrak sewa menara yang akan jatuh tempo pada 2020. Pada 2018, perusahaan ini memiliki 17.437 tower dengan 28.319 tenant.
PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP)
Perseroan membukukan pertumbuhan laba bersih 21 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp2,6 triliun pada tahun lalu. Kendati lebih rendah dari pertumbuhan 2016 dan 2017, capaian itu lebih baik dari proyeksi sebelumnya.
Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja sebelumnya memperkirakan, menutup 2018 dengan pertumbuhan laba yang melambat dari tahun sebelumnya, atau sebesar 20 persen yoy. Hal itu disebabkan oleh merosotnya margin bunga bersih (net interest margin/ NIM) karena tekanan kenaikan suku bunga acuan bank sentral.
Parwati menjabarkan, kinerja tersebut ditunjang oleh capaian total aset, penyaluran kredit, dan juga dana pihak ketiga (DPK) yang masing-masing tumbuh di atas 10 persen.
Dia pun mengklaim penguatan model bisnis dan transformasi secara konsisten pada berbagai aspek telah berbuah positif bagi neraca keuangan perseroan.
“Komitmen terhadap aspek keberlanjutan dan pembiayaan yang bertanggung jawab mulai memberikan kontribusi positif terhadap kinerja perusahaan,” katanya.
PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI)
Penambahan kapal kembali menjadi agenda bisnis perseroan pada tahun ini. Selain membeli, mereka menambah armada kapal dengan cara menyewa. Pada 25 Januari lalu, Pelita Samudera membeli satu kapal general cargo bernama MV. Maritime Newanda dari Newanda Navigation Company Incorporated of Panama senilai US$10,5 juta.
Kapal buatan tahun 2005 itu, berupa bulk carrier dengan bobot 30.822 gross tonnage (gt) dan 18.103 net tonnage (nt). Termin pembayaran pertama dalam tiga hari sejak perjanjian jual-beli diteken dengan besaran 10 persen dari total harga. Pembayaran 90 persen harga berikutnya pada saat serahterima kapal. Seluruh anggaran berasal dari kas internal.
"Tujuan pembelian kapal general cargo untuk meningkatkan kinerja dan menambah pendapatan usaha perusahaan," kata Sekretaris Perusahaan PT Pelita Samudera Shipping Tbk Imelda Agustina Kiagoes.
Sementara kapal sewaan baru Pelita Samudera berupa kapal induk kelas handysize. Kapal bernama Dewi Ambarwati tersebut, memiliki kapasitas 32.000 deadweight tonnage (dwt) atau bobot mati. Sejak minggu pertama bulan ini, mereka memanfaatkannya untuk mengangkut batu bara di Desa Bunati, Kalimantan Selatan.
PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM)
Perseroan mengincar pertumbuhan penjualan hingga 25 persen pada 2019, lebih tinggi dari target pertumbuhan yang dipasang sepanjang tahun lalu 10 persen. Direktur Kabelindo Murni Petrus Nugroho mengatakan, perseroan optimistis dapat mencapai target pertumbuhan penjualan yang dipasang tahun lalu atau menjadi Rp1,34 triliun pada akhir 2018.
Hingga kuartal III 2018, emiten dengan kode saham KBLM ini membukukan penjualan bersih Rp717,56 miliar, lebih rendah 18,28 persen secara year on year.
Dia mengatakan, perseroan memasang target pertumbuhan penjualan sebesar 25 persen pada tahun ini. Jika target tahun lalu tercapai, maka perseroan mengincar penjualan bersih Rp1,67 triliun hingga akhir 2019.
(AM)