Kredit BBNI Melonjak 16,2 Persen, Laba Bersih Naik 10,3 Persen
BNI mencatatkan nilai aset di atas Rp800 triliun per Desember 2018
BNI mencatatkan nilai aset di atas Rp800 triliun per Desember 2018
Bareksa.com - PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatat pertumbuhan kredit sepanjang 2018 sebesar 16,2 persen year on year (yoy), dari Rp441,31 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp512,78 triliun pada akhir 2018.
Direktur Kepatuhan BNI Endang Hidayatullah mengatakan pertumbuhan kredit tersebut mampu menopang peningkatan laba bersih BNI 10,3 persen (yoy), dari Rp13,62 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp15,02 triliun pada akhir 2018.
Penyaluran Kredit BNI didorong oleh kredit segmen korporasi swasta yang tercatat menyumbang 29,6 persen dari total kredit yang disalurkan. Kredit pada segmen korporasi swasta ini mencapai Rp151,71 triliun pada 2018 atau tumbuh 12,9 persen YoY.
Promo Terbaru di Bareksa
"Kredit BNI juga tersalurkan ke badan-badan usaha milik negara (BUMN) 21,6 persen dari total kredit. Nilai kredit ke BUMN mencapai Rp110,99 triliun pada 2018, atau tumbuh 31,6 persen YoY,"ujar dia di Jakarta, Rabu (23/1).
Khusus untuk kredit yang disalurkan pada segmen usaha menengah, BNI menjaga pertumbuhan yang moderat 6,4 persen YoY menjadi Rp74,73 triliun pada akhir 2018. Adapun untuk kredit pada segmen usaha kecil, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan 17 persen YoY menjadi Rp66,06 triliun pada akhir 2018.
Kredit payroll menjadi kontributor utama penyaluran kredit pada segmen konsumer dengan pertumbuhan 34,2 persen YoY, menjadi Rp23,74 triliun pada akhir 2018.
Kredit pemilikan rumah BNI dan kartu kredit pun menunjukkan pertumbuhan, masing-masing 9,9 persen YoY dan 7,9 persen YoY, atau menjadi Rp40,75 triliun dan Rp12,56 triliun pada akhir 2018.
Penyaluran kredit tersebut sebagian besar dilakukan dalam skema kredit modal kerja (KMK) yang mencapai 52,5 persen dari total kredit yang disalurkan atau senilai Rp269,26 triliun pada akhir 2018. Nilai KMK BNI tumbuh 19 persen YoY dibandingkan posisi akhir 2017 yang sebesar Rp226,19 triliun.
Penyaluran kredit pun disalurkan dalam bentuk kredit investasi (KI) 29,1 persen dari total kredit atau senilai Rp149,27 triliun pada akhir 2018. Nilai tersebut tumbuh 14,6 persen YoY dari posisi 2017 yang mencapai Rp130,29 triliun.
Sepanjang 2018, kredit BNI disalurkan secara selektif dan fokus pada pembiayaan sektor-sektor unggulan yang memiliki risiko terkendali atau relatif rendah, antara lain sektor manufaktur dengan porsi 19,1 persen dari total kredit yang disalurkan. Nilai kredit ke sektor manufaktur mencapai Rp98,03 triliun atau tumbuh 32 persen (YoY) dibandingkan 2017 yang mencapai Rp82,74 triliun.
Kredit BNI lainnya disalurkan pada sektor perdagangan, restoran, dan hotel (17,5 persen dari total kredit), jasa usaha (10,3 persen), konstruksi (6,7 persen), transporasi, pergudangan, dan komunikasi (6,1 persen), pertambangan (3,6 persen), serta jasa sosial (3,1 persen).
Kredit pada proyek-proyek pembangunan infrastruktur merupakan salah satu prioritas BNI dalam meningkatkan pinjaman pada segmen korporasi. Penyaluran kredit ke proyek-proyek infrastruktur ini terutama tertuju ke proyek-proyek konstruksi dan jalan tol.
Pertumbuhan kredit untuk proyek infrastruktur mencapai 11,1 persen YoY, yaitu dari Rp99,51 triliun pada 2017 menjadi Rp110,6 triliun pada 2018.
BNI juga fokus pada supply chain financing dalam melakukan ekspansi pada segmen menengah, yaitu menyalurkan kredit pada debitur menengah yang memiliki keterkaitan bisnis dengan nasabah korporat BNI. Kredit segmen menengah ini rata-rata tersalur ke sektor perdagangan, restauran, perhotelan, perindustrian, transportasi, pergudangan, dan komunikasi.
Khusus untuk pinjaman pada segmen usaha kecil, BNI mencatat pertumbuhan tertinggi pada penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yaitu 42,9 persen YoY dan mencapai Rp20,3 triliun.
Pertumbuhan segmen usaha kecil tertinggi tercatat tersalurkan ke sektor agrikultur,yang meningkat 54,7 persen YoY. Ekspansi kredit BNI pada segmen usaha kecil ini dilakukan dengan menambah jumlah outlet yang diberi kewenangan untuk menyalurkan kredit kecil dari 197 outlet pada 2017 menjadi 266 outlet pada 2018.
Laba Bersih
Pertumbuhan kredit BNI tersebut menghasilkan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 11 persen YoY yaitu dari Rp31,94 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp35,45 triliun pada akhir 2018. NII tersebut menjadi sumber pertumbuhan laba bersih BNI yang utama.
Pertumbuhan laba bersih BNI juga ditopang oleh pertumbuhan pendapatan non bunga 5,2 persen YoY yaitu dari Rp11,04 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp11,61 triliun pada akhir 2018.
Pertumbuhan pendapatan non nunga didorong oleh peningkatan kontribusi fee dari trade finance, pengelolaan rekening, dan fee bisnis kartu.
Pencapaian laba bersih BNI juga didukung dari membaiknya kualitas aset, ditunjukkan oleh NPL gross yang membaik dari akhir 2017 yang sebesar 2,3 persen menjadi 1,9 persen pada akhir 2018.
Sehingga BNI mampu menekan credit cost dari 1,6 persen pada akhir 2017 menjadi 1,4 persen pada akhir 2018. Di sisi lain, coverage ratio meningkat dari 148 persen pada Desember 2017 menjadi 152,9 persen pada Desember 2018 untuk mengantisipasi kondisi global yang challenging di 2019.
BNI juga berhasil meningkatkan efisiensi di dalam operasionalnya selama 2018, tercermin dari cost to income ratio (CIR) yang membaik menjadi 42,5 persen pada Desember 2018, dibandingkan posisi Desember 2017 yang sebesar 43,9 persen.
Hal ini juga disebabkan oleh keberhasilan BNI dalam menjaga pertumbuhan biaya operasional (OPEX) tetap pada level 6,8 persen.
Kombinasi pertumbuhan NII, peningkatan pendapatan non bunga, perbaikan kualitas aset, dan efisiensi OPEX telah menumbuhkan laba bersih BNI sebesar 10,3 persen pada akhir 2018. Dengan profitabilitas tersebut, BNI mencatatkan pertumbuhan return on equity (ROE) dari 15,6 persen menjadi 16,1 persen yoy.
Ditopang Tumbuhnya Likuiditas
Kinerja penyaluran kredit BNI tersebut tidak terlepas dari kemampuan dalam mengelola likuditas secara optimal. Meskipun berada pada kondisi pasar likuiditas yang sangat ketat, BNI mampu menjaga pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 12,1 persen YoY, yaitu dari Rp516,1 triliun pada Desember 2017 menjadi Rp578,78 triliun pada Desember 2018.
Penghimpunan DPK BNI tersebut diiringi dengan menurunnya cost of fund dari 3 persen pada Desember 2017 menjadi 2,8 persen pada Desember 2018. Hal ini tersebut tercapai karena BNI berhasil menumbuhkan rasio dana murah (CASA) dari level 63,1 persen pada Desember 2017 menjadi 64,8 persen pada Desember 2018. Perbaikan rasio dana murah ini tidak terlepas dari pertumbuhan giro 18,2 persen YoY dan tabungan 13 persen YoY, yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan deposito BNI yaitu 6,7 persen YoY.
Keberhasilan penghimpunan DPK tersebut disebabkan oleh langkah-langkah strategis yang telah dilakukan BNI sepanjang 2018, yaitu terus meningkatkan hubungan baik dengan institusi-institusi BUMN dan pemerintah, menyediakan produk dan layanan yang kompetitif, serta mengembangkan layanan digital banking. Keberhasilan dalam upaya ini dapat dibuktikan dengan adanya penambahan jumlah rekening 11,2 juta, yaitu dari 32,8 juta rekening pada Desember 2017 menjadi 44 juta rekening pada Desember 2018.
Selain itu, terjadi pertumbuhan jumlah branchless banking dari 70.000 Agen46, menjadi 112.000 Agen46 disertai aktivitas promosi agen kemitraan.
Aset Lampaui Rp800 Triliun
Pada akhir 2018, untuk pertama kalinya BNI berhasil mencatatkan total aset melampaui Rp800 triliun, tepatnya Rp808,57 triliun atau tumbuh 14 persen yoy dibandingkan akhir 2017 yang mencapai Rp709,33 triliun. Pertumbuhan aset BNI ini jauh melampaui pertumbuhan aset di industri perbankan yang mencapai 9,1 persen YoY per November 2018.
Kinerja anak perusahaan BNI disepanjang 2018 juga menunjukkan tren peningkatan yang positif dan memberikan kontribusi terhadap laba bersih BNI. BNI group memiliki 5 perusahaan anak yang meliputi BNI Syariah, BNI Life, BNI Multifinance, BNI Sekuritas dan BNI Asset Management. Kelima perusahaan ini pada 2018 mampu memberikan kontribusi 9,24 persen terhadap total laba BNI konsolidasian.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.