Berita Hari Ini : GMFI Perluas Hanggar, MGRO Incar Pendapatan Rp5 Triliun
MOLI siapkan dana Rp200 miliar, MASA fokus perluas pasar, ADHI lampaui target kontrak baru
MOLI siapkan dana Rp200 miliar, MASA fokus perluas pasar, ADHI lampaui target kontrak baru
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 10 Januari 2019 :
PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI)
GMF AeroAsia berencana memperluas hanggar pesawat pada tahun ini. Selain membangun hanggar baru, mereka menjalin kerjasama pemanfaatan hanggar dengan perusahaan lain.
Promo Terbaru di Bareksa
Ada dua pilihan lokasi hanggar baru yakni Bintan atau Batam. Kepastian lokasi tersebut akan sejalan dengan mitra bisnis yang digandeng. Meski demikian, GMF AeroAsia menargetkan tahap groundbreadking atau peletakan batu pertama pada semester II 2019.
Pembangunan hanggar baru akan menggunakan sebagian alokasi dana belanja modal alias capital expenditure (capex) 2019. Perkiraan capex tahun ini lebih dari US$50 juta.
"Untuk capex sebenarnya masih dalam perhitungan karena kami masih ada pembahasan intensif dengan pemegang saham," ujar Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia, Iwan Joeniarto seperti dikutip Kontan.
PT Mahkota Group Tbk (MGRO)
Emiten perkebunan ini memproyeksikan penjualan pada tahun ini berpotensi mencapai Rp5 triliun didorong oleh penjualan produk turunan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Pada 2018, emiten asal Tanah Deli itu menargetkan penjualan perseroan mencapai Rp2 triliun. Namun, pada tahun ini perseroan memasang target pendapatan yang ambisius, yakni 2,5 kali dari target 2018.
Target penjualan senilai Rp5 triliun itu dipasang sejalan dengan rampungnya pabrik refinery baru pada Juni 2019. Sekretaris Perusahaan Mahkota Group Elvi mengatakan, kontribusi pabrik refinery terhadap penjualan bakal dimulai pada Juli 2019. Pabrik baru itu, bakal menghasilkan produk turunan CPO seperti olein atau minyak goreng dan sterin yang merupakan bahan baku margarin atau oleokimia.
“Kontribusi penjualan dari refinery kurang lebih sekitar 40 persen dari target,” ungkapnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI)
Emiten produsen etanol ini menggelontorkan investasi Rp200 miliar untuk pembangunan boiler yang diprediksi beroperasi pada semester kedua tahun ini.
Chief Financial Officer Madusari Murni Indah Yonky Saputra Sim menyampaikan perseroan menargetkan dapat segera mengoperasikan boiler pengolahan limbah tersebut pada tahun ini. Setelah beroperasi, perseroan dapat menekan pengeluaran untuk energi listrik.
“Inisiasi pembangunannya sudah kami mulai sejak tahun lalu. Operasionalnya mudah-mudahan pada semester II 2019 ini,” ungkap Yonky.
Yonky menyampaikan dana senilai Rp200 miliar itu diperoleh dari pinjaman pihak ketiga dan merupakan bagian dari belanja modal emiten dengan sandi MOLI tersebut pada tahun lalu.
Direktur Utama Madusari Murni Indah Arief Goenadibrata menyampaikan pengerjaan boiler merupakan fokus pada tahun ini setelah pembangunan pabrik baru di Lampung. Dengan adanya boiler tersebut, perseroan berambisi untuk swasembada listrik.
PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA)
Perseroan akan fokus menjangkau pasar, khususnya di Makassar, Palembang, Medan dan Jawa, melalui branding ke toko skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Tahun ini, produsen ban motor dan mobil ini mengincar pertumbuhan penjualan produk ban motor hingga 20 persen year on year (yoy) dan ban mobil 5 - 10 persen yoy. Untuk menggenjot pertumbuhan tersebut, MASA akan menambah 50-100 toko baru.
Dari jumlah itu, 80 persen merupakan toko ban motor. "Fisiknya sudah ada. Biaya investasi setiap toko kurang lebih Rp 75 juta hingga Rp 250 juta. Tergantung lokasi,” ujar Direktur Multistrada Arah Sarana Uthan Muhammad Arief Sadikin seperti dikutip Kontan.
Saat ini, porsi penjualan ekspor MASA sekitar 65 persen dari total penjualannya. Porsi itu ditopang oleh ekspor 70 persen ban mobil. Sedangkan penjualan ban motor 100 persen untuk memenuhi pasar dalam negeri.
PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)
Perseroan berhasil melampaui target perolehan kontrak baru di tahun lalu. Sebelumnya ADHI menargetkan pencapaian kontrak baru Rp23,3 triliun di 2018. Target tersebut akhirnya sukses dicapai, bahkan melampaui target perusahaan konstruksi pelat merah ini.
Sekretaris Perusahaan ADHI Ki Syahgolang Permata menjelaskan, sepanjang tahun lalu, ADHI berhasil mencatat perolehan kontrak baru Rp24,8 triliun.
"Ini perhitungan di luar pajak. Jumlah ini lebih besar dibandingkan target yang ditetapkan perusahaan di awal tahun lalu, yakni Rp23,3 triliun," terang dia seperti dikutip Kontan.
Pada tahun ini, Syahgolang mengungkapkan, Adhi Karya menargetkan kontrak baru bisa tumbuh secara konservatif, yaitu sekitar 5 persen.
"Hal ini dipengaruhi oleh kondisi politik yang belum dapat diprediksi menjelang Pemilihan Umum 2019," jelas dia.
PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD)
Emiten manufaktur kayu, mengincar pertumbuhan penjualan 20 persen pada 2019 sejalan dengan strategi perluasan pasar dan peluncuran produk-produk baru.
Direktur Integra Indocabinet Wang Sutrisno memperkirakan penjualan sepanjang tahun lalu tumbuh 16 - 17 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Apabila merujuk pada raihan penjualan bersih 2017 senilai Rp1,73 triliun, emiten berkode saham WOOD itu berpotensi membukukan pendapatan Rp2,01 triliun hingga Rp2,03 triliun pada tahun ini.
Pertumbuhan penjualan dua digit diyakini masih akan berlanjut pada 2019. “Tahun ini kami cukup yakin untuk bertumbuh 20 persen,” ucapnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Untuk mengejar tingkat pertumbuhan penjualan itu, perseroan terus memperluas pemasaran produk dan meluncurkan produkproduk baru.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.