Bareksa.com - Berikut ini intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 12 Oktober 2018 :
PT Asuransi Jiwasraya
PT Asuransi Jiwasraya tengah terbelit masalah likuiditas. Perusahaan asuransi pelat merah ini menunda pembayaran polis jatuh tempo produk bancassurance asuransi jiwa berbalut investasi yang mereka sebut "saving plan" hasil kerja sama dengan sejumlah bank sebagai agen penjual.
Direktur Utama Jiwasraya Asmawi Syam mengatakan saving plan yang jatuh tempo dan tidak bisa dilunasi Jiwasraya saat ini berjumlah Rp802 miliar.
"Produk ini dijual lewat sejumlah bank, yang bertindak sebagai mitra distributor," terang Asmawi bersama jajaran direksi Jiwasraya lainnya
Hexana Tri Sasongko, Direktur Investasi & Teknologi Jiwasraya menambahkan, sampai 30 September 2018, Jiwasraya masih mampu membayar polis produk saving plan yang jatuh tempo.
"Tapi sejak 1 Oktober, kami sudah tidak bisa," kata Hexana.
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
Emiten properti APLN telah membukukan nilai pemasaran atau marketing sales Rp1,94 triliun hingga akhir kuartal III 2018, atau baru sekitar 40 persen dari target perseroan tahun ini Rp4,9 triliun.
Cesar Dela Cruz, Direktur Keuangan Agung Podomoro Land, mengatakan bahwa kinerja pemasaran sepanjang tahun ini memang masih berat bagi emiten properti, termasuk perseroan.
Dengan target Rp4,9 triliun, artinya emiten dengan kode saham APLN ini harus mengejar nilai pemasaran hampir Rp3 triliun pada kuartal keempat ini.
PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI)
GMFI menandatangani kerja sama dengan dua korporasi asing dengan nilai US$900 juta (Rp13,5 triliun, kurs Rp15.000 per dolar Amerika Serikat).
Kerja sama itu dilakukan oleh perusahaan dengan Airfrance Industries KLM dan PT China Communication Construction Indonesia.
Penjabarannya, kerja sama dengan Airfrance Industries KLM ini berbentuk kerja sama strategis yang diberikan dalam bentuk development maintenance capabilities dan process improvements in component, engine dan airframe maintenance yang bernilai US$400 juta.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
Hingga Juni 2018, BMRI telah mengucurkan pembiayaan senilai Rp165,8 triliun di sektor infrastruktur.
Dari nilai tersebut, Rp39,3 triliun dialokasikan untuk pembangunan transportasi, termasuk bandara dan pelabuhan, Rp36,8 triliun untuk pembangkit listrik, Rp24,1 triliun untuk proyek migas dan energi terbarukan, Rp18,3 triliun untuk sektor jalan tol, konstruksi dan sisanya untuk pembangunan telematika, perumahan dan fasilitas kota serta sektor lainnya.
Bank Mandiri juga memberikan fasilitas kredit transaksi khusus senilai Rp2,5 triliun kepada PT Indonesia Infrastruktur Finance. Fasilitas kredit transaksi khusus ini bertenor tiga tahun. Selain itu, Bank Mandiri juga memberikan fasilitas kredit jangka pendek seniai Rp500 miliar bertenor satu tahun, serta fasilitas treasury line US$100 juta dengan jangka waktu fasilitas selama lima tahun sejak penandatanganan.
Harga Minyak Mentah Dunia
Harga minyak mentah dunia melanjutkan penurunan selama dua hari berturut-turut karena pelemahan ekuitas AS yang luber ke pasar komoditas.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan 0,84 poin atau 1,15 persen menjadi US$72,33 per barel. Harga sempat menyentuh US$71,92 per barel dan mencatatkan kenaikan harga hingga 19,03 persen secara year to date (ytd)
Adapun, harga minyak Brent ikut tergelincir 0,97 poin atau 1,17 persen menjadi US$82,12 per barel. Pada sesi yang sama harga minyak Brent sempat menyentuh US$81,5 per barel dan naik 21,88 persen selama 2018 berjalan.
(AM)