Bareksa.com - Saham-saham di sektor perbankan (finance) masih menunjukkan tren menguat atau bullish dalam setahun terakhir (terhitung sejak awal Oktober 2017). Hal ini seiring dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih menguat tipis.
Penguatan indeks saham sektor perbankan ini didukung dengan pergerakan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Saham BBRI memberikan keuntungan kepada para investor termasuk juga reksadana yang memegang saham ini di dalam portofolionya.
Indeks sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia yang sejak Oktober 2017 hingga penutupan Selasa, 02 Oktober 2018 (setahun terakhir) menguat 4,83 persen. Penguatan di sektor Perbankan ini ditopang oleh pergerakan harga saham BBRI.
Saham BBRI telah mencatatkan kenaikan 5,44 persen dalam setahun terakhir. Pada awal Oktober 2017, saham BBRI berada di level Rp2.940 dan pada penutupan perdagangan Selasa, 02 Oktober 2018 pada level Rp 3.100 per saham.
Perbandingan Indeks Sektor Finance dengan saham BBRI
Sumber : Bareksa.com
Portofolio Reksa Dana
Seiring dengan meningkatnya harga saham BBRI ini, kinerja sejumlah reksadana yang memiliki saham ini di portofolionya juga ikut bergairah.
Tercatat ada tiga produk reksadana saham yang memegang saham BBRI dalam portofolionya. Di antaranya Simas Saham Unggulan, Syailendra Equity Opportunity Fund, dan TRAM Consumption Plus, yang masing-masing dikelola PT Sinarmas Asset Management, PT Syailendra Capital dan PT Trimegah Asset Management.
Return Reksadana dalam Setahun Terakhir (per 03 Oktober 2018)
Sumber : Bareksa
Simas Saham Unggulan
Dalam fund fact sheet periode Agustus 2018, lima besar alokasi aset Simas Saham Unggulan, yaitu pada saham PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Reksadana saham ini telah memberikan return dalam setahun 34,03 persen dan secara year to date telah memberikan keuntungan kepada investor 26,35 persen.
Syailendra Equity Opportunity Fund
Sedangkan, untuk reksadana Syailendra Equity Opportunity Fund memiliki alokasi aset pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Reksadana saham ini telah memberikan return dalam setahun 6,64 persen. Namun secara year to date, Syailendra Equity Opportunity Fund mengalami pelemahan 1,29 persen.
TRAM Consumption Plus
Untuk reksadana TRAM Consumption Plus memiliki alokasi aset pada saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Reksadana saham ini telah memberikan return setahun terakhir 3,85 persen. Meskipun sejak awal tahun TRAM Consumption Plus masih mengalami pelemahan 3,76 persen (year to date).
Perbandingan Kinerja Reksadana Saham
Sumber : Bareksa
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.