Daya Beli Tidak Turun, Tiga Faktor Ini Sebabkan September Deflasi 0,18 Persen

Bareksa • 03 Oct 2018

an image
Pedagang menata bahan makanan yang dijual di Pasar Jembatan Lima, Jakarta, Rabu (3/1). BPS mencatat inflasi pada tahun 2017 secara tahunan (year-to-year) sebesar 3,61 persen dan dianggap masih aman karena berada di bawah target dalam APBNP sebesar 4,3 persen, salah satunya dipicu harga pangan yang masih aman. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Dua bulan terakhir, Indonesia mencatatkan deflasi MoM

Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi 0,18 persen pada September 2018. Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender Januari hingga September (YTD) sebesar 1,94 persen. Sementara inflasi year on year September 2017 hingga September 2018 (YOY) 2,88 persen.

Deflasi September 2018 yang sebesar 0,18 persen, terjadi pada dua kelompok pengeluaran yaitu bahan makanan deflasi 1,62 persen memberi andil 0,35 persen dan kedua kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan deflasi 0,05 persen.

Historikal Inflasi MoM Setahun Terakhir

Sumber : BPS, diolah Bareksa

Apakah Daya Beli Turun?

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto, membantah deflasi Agustus dan September mengindikasikan adanya penurunan daya beli masyarakat. Menurutnya, deflasi lebih disebabkan oleh terkendalinya harga bahan pangan di kota dan desa.

Menurut analisis Mandiri Sekuritas, di tengah pergerakan kurs rupiah yang telah terdepresiasi 12,3 persen year to date dari Rp13.388 menjadi Rp15.035 per 2 oktober 2018, serta harga minyak dunia yang telah naik 32,6 persen YTD dinilai belum merefleksikan keadaan consumer price index (CPI) yang sebenarnya.

Tiga faktor yang menyebabkan keadaan tersebut antara lain :

1. Para produsen belum membebankan kenaikan wholesalers price index (WPI)

Sumber : Mandiri Sekuritas

Jika dilihat pada grafik tersebut, dapat dikatakan jika inflasi WPI sudah berada di level 4,95 persen YoY atau 2 kali lebih tinggi dibanding CPI.

Kemudian selisih dari kenaikan harga tersebut belum dibebankan kepada konsumen melalui kenaikan harga barang dan jasa.

2. Kenaikan harga minyak dunia maupun komoditas belum terefleksi ke dalam CPI karena pemerintah belum menaikkan harga BBM yang disubsidi.

Harga minyak dunia jenis RON 88 dan RON 91 sudah mempunyai nilai ekonomis 40 - 50 persen di atas harga BBM pemerintah saat ini.

3. Rendahnya Inflasi sektor foods

Sumber : BPS, diolah Mandiri Sekuritas

Seperti diketahui, sektor pangan mengalami deflasi di bulan September dan berdampak pada turunnya inflasi YoY, sebab bobot pangan pada keseluruhan komponen inflasi mencapai 18,9 persen.

(AM)