Bareksa.com - Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada perdagangan Jumat, 28 September 2018, ditutup menguat 2,6 persen dengan berakhir di level Rp3.150 per saham.
Saham BBRI bergerak atraktif pada perdagangan Jumat dengan menjuarai nilai transaksi perdagangan yang mencapai Rp485,58 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham BBRI pada perdagangan Jumat antara lain CLSA Sekuritas (KZ) dengan nilai pembelian Rp103,4 miliar, kemudian Citigroup Sekuritas (CG) Rp78,4 miliar, dan JP Morgan Sekuritas (BK) Rp57,94 miliar.
Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham BBRI secara keseluruhan yaitu 21,29 persen, 16,15 persen, dan 11,93 persen.
BBRI Sah Caplok Saham Danareksa Sekuritas
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) telah sah mencaplok saham PT Danareksa Sekuritas dari PT Danareksa (Persero) pada Kamis, 27 September 2018 di Jakarta.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan transaksi tersebut akan memperkuat bisnis BRI ke depan di bidang perbankan dan jasa keuangan. Kementerian BUMN pun menilai perusahaan sekuritas BUMN sebaiknya berada di bawah perbankan.
Alasan tersebut mengacu pada PT Mandiri Sekuritas yang merupakan anak usaha PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan BNI Sekuritas yang merupakan anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Dengan porsi kepemilikan saham mayoritas, BRI bisa lebih leluasa menentukan target kinerja dan langkah Danareksa Sekuritas ke depan.
Total nilai transaksi jual beli saham Danareksa ke BRI diperkirakan mencapai Rp819 miliar. Nilai tersebut dikeluarkan perusahaan untuk mengambil alih kepemilikan 67 persen Danareksa Sekuritas dan 35 persen PT Danareksa Investment Management.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo membenarkan perusahaan telah menandatangi perjanjian jual beli saham bersyarat dengan PT Danareksa (Persero) sebagai pemegang saham kedua perusahaan tersebut.
Dia menjabarkan, untuk akuisisi saham Danareksa Sekuritas, BRI mengeluarkan dana Rp447 miliar. Sementara untuk 35 persen saham Danareksa Investment Management, BRI merogoh kocek Rp372 miliar.
Transaksi jual beli tersebut nantinya akan mulai efektif setelah perusahaan memenuhi seluruh persyaratan dalam regulasi yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Adapun transaksi yang dilakukan dua badan usaha pelat merah tersebut harus memenuhi Peraturan Bapepam LK IX.E.1 merupakan Transaksi Afiliasi dan Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan.
Hal ini mengingat keduanya merupakan perusahaan terafiliasi karena merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Seperti diketahui, rencana BRI untuk mengakuisisi perusahaan sekuritas telah dikaji sejak tahun lalu. Ada beberapa perusahaan yang masuk ke dalam radar BRI, antara lain PT Bahana Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan perusahaan sekuritas swasta.
Pertumbuhan bisnis perusahaan efek dan perusahaan investasi diperkirakan akan menjanjikan. Hal itu seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan produk keuangan, terutama bagi kelas menengah.
Pertumbuhan bisnis juga bakal menjanjikan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan segmen wholesale terhadap produk pasar modal.
Analisis Teknikal Saham BBRI
Sumber : Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham BBRI pada perdagangan Jumat membentuk bullish candle dengan short upper shadow yang menggambarkan saham ini bergerak positif hingga ditutup dua tick di bawah level tertingginya.
Volume terlihat mengalami kenaikan menandakan adanya aksi pembelian yang meningkat dari para pelaku pasar. Kemudian investor asing juga terpantau cukup banyak mengoleksi saham ini dengan membukukan net buy pada Jumat kemarin senilai Rp193,26 miliar, atau yang paling besar dibandingkan seluruh saham lain.
Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terpantau mulai bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan yang cukup kuat dengan target terdekat untuk melewati level Rp3.190.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.