Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 26 September 2018 :
SUN
Pemerintah menyerap dana Rp20 triliun pada lelang Surat Utang Negara (SUN). Jumlah ini melampaui target indikatif yang hanya Rp10 triliun.
Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, total penawaran yang masuk untuk enam seri SUN yang dilelang Rp51,54 triliun. Ini lebih tinggi dibanding penawaran lelang SUN sebelumnya Rp36,8 triliun.
Penawaran masuk paling besar seri SPN03181226 yaitu Rp15 triliun. Nominal yang diserap Rp3 triliun. Seri yang jatuh tempo 26 Desember 2018 ini memenangkan yield rata-rata tertimbang 5,58 persen.
Meski hasil lelang capai target indikatif, pelaksanaan lelang terakhir di kuartal tiga ini hanya memenuhi 87,3 persen dari total target hasil lelang kuartal III Rp181 triliun.
PT Intraco Penta Tbk (INTA)
INTA membidik pendapatan tahun ini tumbuh 30 persen. Berbagai strategi ditempuh untuk mendongkrak kinerja di sisa tahun ini. Pendapatan pada semester I 2018, memang tumbuh signifikan 52,9 persen year on year (yoy) menjadi Rp1,53 triliun. Tapi, distributor alat berat ini masih merugi Rp125,7 miliar.
Ada beberapa faktor penyebab perusahaan merugi, yaitu kerugian selisih kurs, serta beban dan kerugian anak usaha PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN).
Mengutip Kontan, Sekretaris Perusahaan INTA Stephanus Ardhanova mengatakan, pelemahan rupiah menjadi tantangan cukup besar bagi INTA. Sebab, posisi utang banyak dalam denominasi dollar AS.
"Ke depan memang ada rencana untuk konversi utang ke instrumen lain agar mengurangi utang dolar AS yang bertenor jangka panjang. Mungkin setelah tahun poltik akan mencoba masuk ke instrumen lain," ujar Stephanus.
Cara lain, lebih memaksimalkan pendanaan berbasis ekuitas dibandingkan dengan utang.
PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID)
Isu keluarnya Northstar Pacifi dari POID kembali berembus. Calon pembelinya bahkan dikabarkan bertambah. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) disebut-sebut berminat mengambil alih kepemilikan 3,26 miliar saham Northstar atas DOID. Jumlah itu setara 38,37 persen saham.
ADRO menjadi nama keempat yang dikaitkan dengan isu tersebut. Sebelumnya, ada nama PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Tiara Marga Trakindo dan satu perusahaan asal Tiongkok. Direktur Utama ADRO Garibaldi Thohir, atau sering disapa Boy Thohir, menampik kabar tersebut.
"Itu tidak benar, kami tidak ada rencana seperti itu," ujar dia seperti dikutip Kontan.
Boy beralasan, ADRO sudah memiliki anak usaha yang bergerak di segmen jasa penambangan batubara. Anak usaha itu adalah PT Saptaindra Sejati (SIS).
"SIS juga salah satu kontraktor terbesar di Indonesia," kata Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira pada kesempatan yang sama.
PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR)
Emiten pertambangan batu bara ini melalui anak usahanya PT Antang Gunung Meratus (AGM) menargetkan produksi batu bara kalori rendah mencapai 1,5 juta ton sampai akhir 2018.
Direktur Baramulti Suksessarana Khoirudin menyampaikan, pada tahun ini AGM memulai produksi dan penjualan batu bara berkalori rendah, yakni kalori 3.700 Kcal/kg. Pasar batu bara berkode 37 ini adalah India dan China.
“Kami membangun pasar baru di India dan China, karena kebutuhan di sana cukup tinggi. Kami juga melihat peluang pemasaran di dalam negeri,” tuturnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Namun, penjualan di dalam negeri tidak mudah karena rata-rata Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) didesain untuk menyerap batu bara berkalori 4.200 Kcal/kg. Adapun, produk AGM sebelumnya berkisar antara 5.344 Kcal/kg—7.000 Kcal/kg.
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)
FREN menargetkan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) akan dieksekusi pada akhir tahun ini. Dana hasil rights issue akan digunakan untuk melunasi utang dan menambah modal kerja perseroan.
Direktur Keuangan Smartfren Telecom Antony Susilo menyampaikan jika dilaksanakan sesuai dengan harga nominalnya Rp100 per saham, perseroan berpotensi mengantongi Rp6,8 triliun dari rights issue.
“Kalau untuk pelaksanaan HMETD, kami akan lakukan sebelum akhir tahun ini. Kami sudah mendapatkan persetujuan pemegang saham,” jelas Antony seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Menurutnya, emiten berkode saham FREN ini akan menentukan harga pelaksanaan rights issue pada akhir pekan ini.
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
Perseroan dan PT Midi Utama Indonesia memperkuat bisnis online dengan memberikan suntikan modal kepada PT Sumber Trijaya Lestari.
Sekretaris Perusahaan Sumber Alfaria Trijaya Tomin Widian, mengatakan kepemilikan perseroan di Sumber Trijaya Lestari (STL) mencapai Rp299,85 miliar atau setara 99,95 persen, setelah penyetoran modal senilai Rp14,99 miliar.
Dia mengungkapkan Midi Utama juga melakukan penyetoran modal senilai Rp7,5 miliar sehingga kepemilikan MIDI di STL menjadi 0,05 persen.
“Perseroan telah melakukan peningkatan setoran modal ke STL sebesar Rp14,99 miliar,” tulisnya dalam keterbukaan informasi.
(AM)